PROLOG

1.8K 140 13
                                    

WELCOME

⋇⋆✦⋆⋇ HAPPY READING ⋇⋆✦⋆⋇

⋇⋆✦⋆⋇ HAPPY READING ⋇⋆✦⋆⋇

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

°•°

Istana Victorion, yang setiap sudutnya dihiasi cat emas dan putih serta berbagai furnitur dan ornamen emas murni, hari ini tampak sibuk. Musim semi telah menginjak bulan kedua, namun bukan berarti pasukan yang memberantas pemberontakan di berbagai wilayah diliburkan. Meskipun perang besar-besaran telah berakhir dan kemenangan dibawa Victorion, bukan berarti musuh takut serta mundur untuk menaklukkan wilayah atau benteng yang telah dimiliki Victorion sejak tanah ini didirikan oleh Kaisar Pertama.

Seperti siang ini. Pasukan yang tiga minggu lalu dikirim ke wilayah perbatasan telah kembali. Tentu membawa kabar gembira yang disambut hangat dan meriah oleh Keluarga Kekaisaran, fraksi bangsawan, serta rakyat jelata. Melempari bunga, para rakyat jelata memberi sambutan kepada rombongan pasukan yang tengah melewati jalan utama menuju istana.

Tidak seperti biasanya, pasukan dengan tujuh ribu prajurit ini tidak dipimpin oleh Panglima Tertinggi Victorion ataupun di antara kelima kesatria beliau. Tetapi, dipimpin oleh seorang perempuan yang juga termasuk pahlawan perang.

Perempuan itu tampak hebat dengan armor emas serta jubah merahnya. Di tangan kirinya—yang tidak pernah absen menggunakan sarung tangan—menggenggam kuat pedang kebanggaannya yang telah menjadi saksi bisu akan setiap pertarungan. Rambut putih saljunya di kuncir tinggi sedikit mengayun ketika dirinya melangkah ke dalam aula singgasana yang telah diisi ratusan fraksi bangsawan serta sang Kaisar untuk menyambut kedatangannya.

Diikuti sepuluh orang para pemimpin setiap divisi pasukan, perempuan itu dengan langkah percaya diri membelah kumpulan fraksi bangsawan. Dengan segan dan penuh rasa hormat, mereka menundukkan pandangan kepada sang perempuan. Lantas, tepat beberapa meter di hadapan sang Kaisar yang duduk di kursi singgasana, perempuan itu bersimpuh dengan satu kaki dan pedang menopang tubuhnya. Gerak tubuhnya diikuti kesepuluh prajurit di belakangnya.

Suasana aula hening, membuat suaranya lantang dan tegas hingga menggema di satu aula, "Saya, Cassandra Lairene Nearsen, dengan rendah hati dan penuh rasa hormat menghadap kepada matahari Kekaisaran Victorion, Baginda Kaisar. Kami persembahkan kemenangan serta Benteng Adan kepada Anda, Baginda Kaisar."

Kaisar Stephen Caesarion tidak langsung menjawab. Jubah merah beludrunya menyapu lantai ketika pria itu berjalan mendekati Cassandra. Dengan senyum merekah, Kaisar Stephen berdiri tepat di hadapan Cassandra yang masih bersimpuh. "Berdirilah."

Cassandra berdiri, para prajurit pun mengikuti. Namun, raut wajah tenang andalannya segera terganti dengan keterkejutan yang tidak terlalu kentara ketika Kaisar Stephen tiba-tiba memeluknya. Meski hanya belasan detik dan Cassandra hanya bergeming, perlakuan sang Kaisar sukses memicu seluruh bangsawan jadi memiliki bahan perbincangan baru.

Lairene : The DESTINY Of VictorionOù les histoires vivent. Découvrez maintenant