Chapter 7

543 61 11
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

Setelah menemani Calvin dan menghabiskan waktu setengah hari di istana untuk memenuhi jadwalnya bersama Xavia, akhirnya Sandra memiliki waktu bersantai sejenak di kedai es krim—dekat toko kuenya—sambil menikmati waktu senja di musim panas ini. Sandra duduk di outdoor kedai, hanya berdua dengan Xander karena Ryana diperintahkan kembali ke mansion olehnya.

Seperti pada umumnya, deretan toko berhadapan dengan alun-alun akan semakin ramai menjelang sore. Seluruh toko—juga taman ibukota dipenuhi orang-orang dari berbagai kalangan usia. Bersenda gurau, menikmati cemilan sore, berbelanja, dan banyak hal lain.

Namun, berbeda dengan Sandra. Tanpa memedulikan keramaian di sekitarnya dan banyak orang memperhatikannya, Sandra dengan mata terpejam bergeming di tempat duduknya. Tidak seperti biasanya, kali ini Sandra duduk bersandar. Satu kakinya menyilang ke atas kaki lain. Kedua tangan yang terbalut sarung tangan putih mencapai siku pun ditaruh di atas pangkuannya.

Wajahnya menengadah ke langit dengan raut yang sangat tenang. Perempuan itu membiarkan cahaya hangat senja serta semilir sejuk angin sore, menyinari wajahnya hingga membelai rambutnya yang tergerai. Gaun soft pink sederhana tanpa aksesoris yang dikenakannya melambai mengikuti arus angin, sehingga kesan anggun dan elegan dalam dirinya tampak begitu memancar.

Orang-orang yang memperhatikan justru tidak lagi berpikiran buruk tentang sang Putri Mahkota, apalagi mencela dengan masa lalu yang dimilikinya. Mereka yang melihat justru merasa kagum dan terpana akan visual perempuan itu. Tak sedikit dari mereka yang berhenti melangkah hanya untuk melihat jelas dan mengagumi lebih detail akan kecantikan dan kewibawaan sang Lairene yang padahal hanya bergeming.

Di mata mereka, julukan ‘Peri Musim Dingin’ yang melekat pada perempuan itu memang bukanlah sekadar julukan biasa. Kecantikan yang begitu langka dan murni, penampilan yang begitu sederhana dan anggun, tingginya martabat dan keagungan sang Lairene, membuat orang-orang memahami, meyakini, hingga menyetujui, bahwa titel Putri Mahkota sang calon permaisuri Victorion memanglah sangat pantas disandang oleh perempuan itu.

Xander yang masih menyuap es krim mendongak ketika mendengar Sandra mendesah panjang. Setelah dua puluh menit terpejam, akhirnya perempuan itu membuka mata. Sandra menutup mulut dengan satu tangan, kemudian menguap dengan mulut tidak terlalu terbuka lebar karena untungnya dia masih ingat tata krama.

Berbeda dengan yang orang-orang pikirkan—hanya terpejam menikmati musim panas di sore hari—nyatanya, Sandra selama dua puluh menit sedang tertidur.

Anginnya terlalu sejuk. Sandra yang kelelahan jadi ketiduran. Beruntung dia tidak mendengkur atau meneteskan air liur. Jika iya, maka reputasinya sebagai perempuan bangsawan paling elegan yang di panuti seluruh perempuan di Victorion, akan hancur seketika.

“Tidurnya nyenyak?” tanya Xander dan dibalas anggukan.

“Lumayan.” Sandra melenguh kecil. Ingin sekali meregangkan tubuhnya, tetapi dia tidak lupa sedang di tempat umum. “Aku tidur lima belas menit. Iya, ‘kan?”

“Dua puluh menit.”

“Harusnya aku jadikan tiga puluh menit saja kalau begitu,” celetuknya tak acuh.

Sandra melirik mangkuk es krim miliknya yang telah dia habiskan sebelum tidur tadi. Faktor kekenyangan juga menjadi salah satu alasan dia ingin tidur. Tetapi, setelah bangun dia jadi ingin es krim lagi.

“Xander. Aku mau es krim,” kata Sandra begitu lugu. “Pesan lagi, yuk.”

“Aku sudah pesan.”

Lairene : The DESTINY Of VictorionWhere stories live. Discover now