51. Cuddle

1.1K 95 45
                                    

🌸 Nadira

Aku jadi mengedip-ngedipkan mataku saat merasakan tubuhku seperti tertimpa sesuatu.

Setelah kedua mataku sedikit terbuka. Aku berusaha untuk menggerakan tubuhku, tapi ternyata tidak bisa.

Kini, aku malah jadi berubah merinding saat merasakan ada ciuman lembut yang mendarat di pipiku. Dan itu sungguhan sangat berhasil untuk langsung membuat kepalaku jadi tertoleh dengan begitu cepat ke arah sampingku.

"Mas Alan," seruku tak percaya. Karena kini, aku bisa melihat dengan sangat jelas bahwa suamiku ada tepat di depan mata.

"Halo, sayang."

Walau baru membuka mataku dari tidur yang memang belum panjang, kini aku langsung bisa tersenyum dengan sangat senang, lalu segera memutar tubuhku untuk berbalik dan masuk ke dalam pelukan suamiku tersayang.

"Sampai kapan?" tanyaku sambil mengusap-usap dada bidang milik Mas Alan.

"Baru beberapa menit yang lalu," jawab Mas Alan sambil mengeratkan pelukannya padaku.

Aku makin tersenyum di pelukan suamiku, dan menyamankan posisiku di dada bidang yang memang sejak lama telah jadi kesayanganku.

"Kenapa Mas Alan pulang ke Solo nggak ngabarin Dira?"

"Kan kejutan."

Aku terkekeh pelan, lalu mengangkat sedikit wajahku untuk menatap Mas Alan. "Tadi, dari bandara, pulang ke rumah, Mas Alan naik apa?"

"Naik taksi. Mas udah pesen dari sebelum terbang. Jadi pas sampai Solo, Mas bisa langsung pulang tanpa harus nunggu lama."

"Kenapa nggak ngabarin Dira? Kalau Mas ngabarin, kan Dira jadi bisa jemput di bandara."

Mas Alan menunjukan senyum teduhnya untukku, lalu mendaratkan satu kecupan lembutnya di dahi dan juga pipiku. "Ini juga kan Mas pulangnya dadakan, sayang. Jadi Mas nggak mungkin buat Dira repot kalau malam-malam harus jemput Mas di bandara. Apalagi Mas juga jelas tahu kalau Dira baru aja pulang dari dinas luar di Semarang."

"Dira nggak akan mungkin jadi repot kalau itu soal Mas Alan."

Mas Alan memperdengarkan tawa bahagianya, lalu segera menarik tubuhku untuk kembali masuk ke dalam pelukannya. "Yang penting kan sekarang, Mas udah sampai di rumah. Dan bisa peluk Dira kaya gini. Jadi nggak papa, sayang. Semua baik-baik saja."

"Tapi besok-besok, kalau mau pulang ke Solo, harus kabarin Dira ya? Biar Dira bisa siap-siap."

Mas Alan kembali tertawa, lalu tiba-tiba jadi jahil sekali meniup daun telingaku yang membuat tubuhku langsung meremang seketika. "Siap-siap apa hayo? Dira udah kangen banget ya sama Mas Alan?"

Aku mengulum bibirku karena menahan senyum.

Lalu segera menyembunyikan wajah maluku di dalam pelukan hangat Mas Alan.

"Iya ya? Dira udah kangen banget ya sama suami? Emang kalau Mas Alan mau minta sekarang, Dira udah siap?" bisik Mas Alan tepat di dekat telingaku.

Aku makin menempelkan wajah meronaku di dada bidang Mas Alan. Lalu melingkarkan tanganku dengan sangat sempurna di pinggang Mas Alan. "Nggak usah goda-goda Dira ya, Mas."

Mas Alan kembali terkekeh dengan begitu bahagia. "Iya, sayang. Kalau nggak bisa langsung sekarang, nggak papa kok. Mas dapat cuti lumayan banyak. Jadi kita masih bisa kangen-kangenan besok. Dan besoknya lagi. Bahkan lusa, Mas juga masih tetap ada sama Dira."

Mendengar berita begitu menyegarkan dari Mas Alan, aku langsung mengangkat wajahku lagi untuk menatapnya. "Emang Mas Alan dapat libur berapa hari?"

"Tiga hari. Ditambah minggu, berarti jadi empat hari. Bahkan, bisa tambah juga kalau jadwal masuknya belum langsung. Lumayan kan?"

Nadira Beserta Bahagia Miliknya ✔Where stories live. Discover now