Siapa

3.3K 237 0
                                    


"Ar, pacar lo ada berapa sih?" tanya Bintang.

"Satu tambah satu dikurang satu," balas Artan.

"Buset dah, malah nyanyi dia." Bintang menggeleng, tak habis pikir dengan sahabat sablengnya itu.

Tanpa Artan dan Bintang duga, Athala malah ikut bernyanyi. "Itulah cintaku ... Dua di kurang satu cintaku untukmu hm."

Artan yang mulai asyik dengan lagu yang dinyayikan oleh Athala lantas ikut bergabung bernyanyi. Sama halnya dengan Artan, Bintang yang tadinya badmod lantaran Artan tadi, jadi ikut bernyanyi bersama kedua sahabatnya itu.

Bila ada cinta datang padaku janganlah cemburu
Karena ku takkan selingkuh ku kan setia padamu

Satu cinta hanya untuk kamu saja
Satu cinta takkan terbagi dua
Karena cinta ku bukan cinta biasa
Karena cinta aku bisa gila

Kalau kau tak percaya cintaku belahlah dadaku
Sungguh ku cinta padamu honey I love you

Oh
Satu cinta hanya untuk kamu saja
Satu cinta takkan terbagi dua
Karena cinta ku bukan cinta biasa
Karena cinta aku bisa gila

Satu cinta hanya untuk kamu saja
Satu cinta takkan terbagi dua
Karena cinta ku bukan cinta biasa
Karena cinta aku bisa gila

Au au au au au
Au au au au au
Honey ku cinta padamu
Au au au au au
Honey ku sayang padamu

Ho satu cinta hanya untuk kamu saja
Satu cinta takkan terbagi dua
Karena cinta ku bukan cinta biasa
Karena cinta aku bisa gila

Satu cinta hanya untuk kamu saja
Satu cinta takkan terbagi dua
Karena cinta ku bukan cinta biasa
Karena cinta aku bisa gila
Ha ha ha ha

"Oy, ini di kantin bukan tempat konser!" teriak Mak Mina—salah satu pedagang di kantin.

"Ya elah, Mak, lagian nyanyinya juga udah selesai. Harusnya emak itu berterima kasih karna nih kantin jadi ada hiburan gratis dari kita bertiga. Di luaran sana malah loh bayaran buat seorang penyanyi. Tapi sayangnya gue, Bintang, sama Atha ngak minta bayaran sama sekali," jelas Artan yang sedaritadi memegang sapu lidi yang memainkannya seolah-olah benda tersebut adalah gitar.

"Yang nyuruh kalian nyanyi siapa?"

"Mak, kayak ngak tau aja. Kita bertiga ini punya bakat dalam bernyanyi. Jadi, itung-itunglah latihan di kantin biar kalau ada lomba nyanyi kami langsung ikut daftar." Kali ini bukan Artan yang menyaut, melainkan Bintang.

"Sekarang saya tanya ke emak. Emak juga daritadi nikmatin nyanyian kami 'kan?" tanya Athala.

"Iya."

"Terus, menurut emak gimana suara kami? Bagus?" Lagi, Athala kembali mengajukan pertanyaan.

"Bagus banget malah."

"Ya udah, berarti emak ngak perlu mempermasalahkan hal ini 'kan?"

"Iya."

"Harusnya emak ngucapin terimakasih ke kami bertiga karna udah ngehibur emak di pagi hari kek gini."

"Eh iya juga ya."

"Berarti boleh dong kalau saya minta minuman dingin gratis?"

"Iya, boleh kok. Gratis, ngak usah dibayar."

Yes! Akhirnya rencana Athala untuk mengelabui Mak Mina berhasil juga. Artan dan juga Bintang sampai dibuat tercenang karna ulahnya. Namun, jangan pernah meniru apa yang dilakukan oleh Athala, karna sekecil apapun dosa yang kita perbuat akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

***

"Tadi lo bilang di sekolah kita bakal kedatangan murid baru 'kan? Kalau ngak salah namanya Dinar?" Athala menatap intens Bintang. "Ngak mungkin 'kan kalau Dinar yang dimaksud Bintang itu ... cewek yang dijodohin dengan gue?" batin Athala.

Seakan paham dengan raut wajah bingung Athala, Bintang menyikut sang sahabat dan dibalas tatapan tajam oleh Athala. Bintang hanya terkekeh, lantas mengangkat sebelah alis seakan bertanya 'Ada apa?'

Namun, Athala masih tetap diam. Hanya menatapnya sekilas dan kembali menyeruput jus yang telah ia pesan tadi. Rasa penasaran  terus menghantui Athala, siapa murid baru itu? Dan nantinya murid baru tersebut akan duduk di kelas berapa?

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantui Athala. Cowok itu tak tahan lagi, akhirnya ia segera berdiri lantas berlari menuju koridor sekolah.

"Kenapa tuh, si Atha?" tanya Artan pada Bintang yang masih asyik melahap pisang goreng.

"Ngak tahu, mungkin si Atha mau ikut ngantri minyak goreng kayak ibu-ibu. Kan sekarang minyak goreng tuh, langkah. Mahal lagi," timpal Bintang dan langsung mendapat pukulan di pahanya. "AW SAKIT ARTAN!" ringisnya.

"Makanya, kalau orang nanya yang serius tuh dijawab bagus-bagus. Ini malah bercanda."

Bintang mengusap bagian tubuhnya yang terasa berdenyut itu "Hidup ngak perlu dibawa serius, ntar yang ada lo gampang dibohongi lagi."

"Udah, ah, ngomong sama lo berasa kek lagi ikut tes ujian masuk ke perguruan tinggi. Banyak ngelesnya!"

Tanpa menunggu lama, Artan segera meninggalkan Bintang. Tak peduli jika sahabatnya itu berteriak memanggil-manggil namanya.
Setibanya di koridor, Artan mencari-cari keberadaan Athala.

Pasalnya, di tempat tersebut sudah banyak siswa dan sisiwi yang berkumpul. Netranya terus berkeliling, mencari seseorang yang ingin ia tuju.

Ketika Artan kembali melaniutkan langkahnya, ia melihat Athala yang tengah berdiri tak jauh darinya seraya bersandar di dinding.

"Kenapa lo?" tanya Artan setelah berdiri tepat di samping Athala.

"Gue mau nungguin si murid baru itu lewat sini. Gue penasaran banget sama si murid baru itu."

Tak lama, Pak Gilang—wali kelas XII IPA 2 sekaligus guru Biologi, memasuki lorong koridor. Tatapan para siswa dan sisiwi yang berada di sana, kini teralihkan karena kehadiran Pak Gilang.

Seorang gadis berparas ayu, mengenakan hijab berwarna putih, dan menenteng ransel berjalan di belakang guru tersebut.

Semua yang berada di koridor terkejut karena kehadiran gadis asing itu. Suara pujian kini terdengar dari beberapa siswa, yang secara terang-terangan mengakui kecantikan dari murid baru itu.

Namanya Dinar, gadis yang telah dijodohkan dengan Athala belum lama ini. Gadis itu sesekali melemparkan senyuman pada beberapa siswi yang tengah menatapnya. Dan yang membuat Dinar senang, siswi-siswi yang ia senyumi membalas dengan hal yang sama.

Athala yang melihat kehadiran Dinar di sekolahnya, tampak terkejut. Pasalnya tidak ada badai, tidak ada hujan, gadis yang telah ia khitbah itu bersekolah di SMA yang sama dengannya.

Ia terus memperhatikan gerak-gerik Dinar, dan tanpa sengaja  netra keduanya saling bertubrukan. Jujur, Athala merasa sangat risi mendengar  berbagai pujian yang dilontarkan dari para siswa. Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.

"Gila, murid barunya cantik banget. Pengen gue culik deh," kata Artan yang masih memandang ke arah Dinar.

"MasyaAllah, mimpi apa gue semalam sampai ketemu bidadari kayak tuh cewek." Bintang, yang baru saja datang berujar demikian. Ia sama halnya dengan siswa lain, mengagumi kecantikan dari seorang Dinar.

"Lebay tahu ngak, lo berdua?!" sentak Athala dan langsung pergi meninggalkan Artan dan Bintang.

"Eh, Atha! Lo mau ke mana?!" teriak Bintang setelah Athala mulai menjauh.

"Gue mau nyamperin murid baru itu!"

Dear Pacar Halal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang