Balas Dendam

1.8K 111 0
                                    

"MasyaAllah, pinter banget sih pacar  halalnya Athala," puji Athala setelah Dinar mengakhiri kegiatan murojaahnya.

"Makasih juga ya, buat pacar  halalnya Dinar karena udah mau nemenin aku buat murojaah," ujar Dinar seraya tersenyum  simpul.

Athala menyandarkan  kepala Dinar di pundaknya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk  merangkul  sang istri. Dinar sendiri merasa sangat nyaman dengan  posisi mereka saat ini.

Sekejab, kedua  remaja itu saling  diam, menikmati semilir angin yang menerpa wajah keduanya. Athala teringat akan kejadian yang Dinar alami  beberapa  hari yang lalu, ia masih penasaran  dengan  pelaku dibalik semua itu.

"Nar," panggil Athala dan hanya dibalas deheman oleh Dinar. "Kamu udah siap buat cerita kenapa kamu bisa kekunci di gudang?" tanyanya dengan  hati-hati.

"Tapi kamu ngak bakal marah 'kan setelah  aku  nyeritain  semua yang terjadi?"

Athala mengangguk  seraya mengelus puncak kepala Dinar yang tertutupi hijab. "Iya, aku ngak bakal marah."

Dinar yang awalnya ragu untuk menceritakan mengenai sikap Clara padanya sewaktu di gudang pun, akhirnya  mulai terbuka untuk  jujur pada Athala. Ia bercerita mengenai awal mula ia terkunci  digudang sampai ia tak sadarkan diri.

Athala yang mendegar  hal itupun segera mengepalkan  tangan kirinya  sekuat mungkin. Rasanya  ia benar-benar ingin  menghabisi Clara saat ini juga.

"Terus kamu cuman diam aja digituin sama Clara?" Dinar hanya mengangguk. "Makasih karena kamu  udah mau jujur sama aku, Nar."

Athala memegang kedua tangan Dinar dengan  sangat  erat. Tak lama, ia mengangkat  kedua tangan mungil  itu lalu mengecupnya  secara bergantian.

"Tapi kamu ngak bakal marah 'kan sama Clara?"

'Gue ngak bisa janji, Nar. Orang yang udah nyakitin lo berhak buat dapat  balasan yang setimpal,' batin Athala.

"Tha, jangan hanya diam aja," tegur Dinar membuat Athala hanya bisa mengangguk sekilas. "Ya udah, aku masak dulu ya, ntar habis sarapan kita langsung berangkat ke sekolah."

"Ya udah gih, sana. Masak yang enak ya," ujar Athala.

Setelah kepergian Dinar, pemuda itu mengeluarkan ponsel dan langsung  menghubungi Artan. Entah apa yang akan direncanakan olehnya.
Lain halnya dengan  Dinar, gadis itu tengah berkutat dengan  alat-alat  dapur. Ia berniat untuk memasak ayam goreng serta nasi goreng untuk sarapan mereka hari ini.

Kata Athala, setiap kali ia memasak nasi goreng, pasti rasanya akan sangat lezat. Maka dari itu, Dinar selalu bersemangat untuk membuatkan makanan  favorit  sang suami itu setiap pagi.

Saat ia sedang memasukkan sejumput garam, tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. Aroma jeruk menyeruak mulai tercium oleh Dinar, gadis itu sangat  hafal  dengan  aroma parfum tersebut. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Athala.

"Harum banget sih, masakannya. Aku udah ngak sabar  deh buat makan masakan kamu," kata Athala yang masih memeluk Dinar.

"Mohon bersabar ya, pacar halalnya Dinar. Bentar lagi pasti masakannya bakal matang kok. Dari pada kamu gangguin  aku lagi masak, lebih baik kamu mandi  dulu gih!" pinta Dinar yang masih fokus dengan  masakannya.

"Jadi ceritanya  ngusir nih." Athala segera melepaskan pelukannya dan hendak pergi. Namun, belum genap empat langkah, Dinar langsung menahan pergelangan  tangannya lantas memberikan sebuah kecupan di pipi kanannya. Seketika senyuman Athala mengembang, gegas cowok itu berbalik  badan  dan mencubit pipi Dinar dengan  gemas.

Dear Pacar Halal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang