Prolog

23 1 0
                                    

Hujan menari-nari diatas genting, bunyi yang dihasilkan terdengar seperti irama menenangkan hati. Seorang anak berbaring diatas pangkuan sang ibu, tubuh beralaskan selimut bulu yang lembut dan hangat.

Kelopak mata si anak sayup-sayup, seolah akan terlelap kapan saja. Namun, dia berusaha untuk tetap terjaga. Mendengarkan sebuah kisah dari mulut sang ibu, tiap tutur kata diucapkannya dengan pelan dan jelas, suara sang ibu terdengar lembut dan menenangkan seperti aliran mata air.

"Ini adalah cerita tentang gadis roh pelindung pulau tempat ibu lahir."

Tidak ada naskah fabel, buku gambar, atau apapun di genggaman sang ibu. Ini adalah sebuah cerita yang dibawa turun-temurun, cerita itu bersemayam di dalam memori.

"Dahulu kala, di sebuah pulau yang jauh. Penduduk hidup dengan rukun, alam memberikan berkah yang melimpah. Namun, manusia adalah mahluk yang dipenuhi rasa iri.

Mereka yang tinggal di pulau seberang mengetahui mulai membandingkan dengan yang mereka miliki. Rasa iri menggerogoti hati mereka, "Kenapa hanya mereka yang mendapatkan itu semua? bagaimana dengan kami?"

Waktu demi waktu berlalu, rasa iri itu berubah menjadi rasa dengki, dan rasa dengki itu yang memancing mereka untuk merebut apa yang seharusnya tidak mereka miliki.

Perang pun terjadi, dua pihak penduduk ini saling mencelakai satu sama lain. Tak lain tidak bukan hanya untuk memuaskan rasa iri dengki, alam pun sangat marah.

Dari kedalaman hutan, pepohonan yang tinggi, kabut yang tebal. Seorang gadis menampakkan diri, sosoknya tidak memiliki wajah, mengenakan pakaian panjang dan indah, serta membawa sebilah pedang berpendar memantulkan sinar bulan yang dingin.

Seorang diri, gadis itu menjatuhkan penghakiman kepada mereka yang diselimuti rasa iri dan dengki. Tiap tebasan pedang miliknya memberikan ketakutan, tiap aliran darah yang mengalir memberikan pengampunan.

Berkat bantuannya, perang telah usai. Gadis itu menghilang diantara pepohonan tinggi dan kabut tebal, tugasnya sudah selesai. Penduduk yang berada di pihaknya memuja gadis itu, mengangkatnya sebagai entitas tinggi dan simbol yang melindungi mereka dari mara bahaya.

"Dia adalah roh pelindung hutan."

...

...

Sang ibu menghela napas, terlalu asyik bercerita sampai lupa kalau anaknya sudah terlelap di pangkuannya. Dia tersenyum hangat, mengelus-elus pucuk kepalanya.

"Untunglah kamu tidak perlu mendengar cerita itu hingga selesai."

Phantom Of The IslandWhere stories live. Discover now