9.Ndalem

467 21 5
                                    

"Ndalem itu Rumahnya Kiai," sahut Ayu.

Seperti kata Ayu tadi, sekarang mereka sudah berada di dapur Ndalem untuk memasak.

"Masak apa kita hari ini?"tanya Ayu pada Lili.

"Kek biasa," jawab Lili dingin lalu mengambil beberapa jenis sayuran di dalam kulkas.

Sedangkan Ayu sibuk menyiapkan panci untuk memasak sup Ayam.

"Kay tolong kamu cuci ayamnya ya," kata Ayu sambil mengisi panci dengan air.

"Mana Ayamnya?" Tanya Kay.

"Itu di kulkas," sahut Ayu.

Setelah mengambil ayam, kay pun mulai mencucinya.

"Baru juga sekolah udah disuruh kayak ginian, apa lagi entar. Gue gak boleh pasras gitu aja, pokoknya gue haris cari cara biar bisa keluar dari sini,"batin Kay dan tersenyum miring.

Setelah selesai mencuci Ayam, Kay pun membantu Lili menotong sayuran.

"Eh Li ini kayak gimana motongnya?" Tanya Kay saat ingin memotong wartel.

"Potong bulat-bulat aja," sahut Lili masih fokus memotong sayur bayam.

Tak

"Kayak gini?" Tanya Kay dan menunjukkan hasil potongannya.

"Itu ketebalan," kata Lili, melihat wartel sepanjang dua ruas jari itu.

"Sini aku ajarin," kata Lili dan mengambil wartel itu dari tangan Kay, lalu mulai memotongnya.

"Nah kayak gini," kata Lili menunjukkan hasil potongannya.

"Owh kayak gitu, btw makasih," kata Kay dan memotong wartel seperti potongan Lili.

_____🖋

Akhirnya Kay beserta Ayu dan Lili telah selesai memasak. Bukan hanya sup ayam saja, ternyata mereka juga memasak telur mata sapi, prakedel, oseng tempe dan tahu, serta ikan gurame goreng.

"Udah selesai masaknya?" Tanya Nyai Roro yang baru saja masuk ke dapur.

"Sudah Nyai," jawab Ayu.

"Ya sudah, kalian boleh kembali keasrama," kata Nyai Roro.

"Lah gak makan dulu ini?" Kata Kay.

"Hahaha, itu masakkannya buat makan malam nak. Tapi kalau kamu mau, kamu bisa datang kesini untuk makan malam," sahut Nyai Roro.

"Rejeki emang gak kemana, nanti aku pasti datang kok Nyai" kata Kay dengan senyum mengembang sempurna.

"Ihh kamu malu-maluin aja sih," bisik Ayu pada Kay.

"Namanya juga rejeki, gak boleh ditolak kan Nyai?" Kata Kay.

"Iya," sahut Nyai Roro sambil tersenyum.

"Ya udah kami pamit dulu Nyai, Assalamu'alaikum," kata Ayu dan menarik tangan Kay keluar dari dapur lewat pintu belakang diikuti Lili.

"Malu-maluin aja sih kamu," kata Ayu setelah keluar dari dapur Ndalem.

"Ya kan gue gak tau, lo sih gak ngasih tau gue," kata Kay menyalahkan Ayu.

"Ya kamu gak nanya," sahut Ayu.

"Udah gak usah diperpanjang lagi," kata Lili menengahi.

Membuat Kay dan Ayu diam.

Saat asyik berjalan sambil melihat sekitar, tiba-tiba pandangan Kay terhenti pada pohon mangga besar yang berada di dekat pagar tembok yang tak jauh dari kolam ikan.

"Eh kalian duluan aja, aku kebelet nih," kata Kay berbohong sambil memegang perutnya.

"Mau kita temenin?" Tanya Ayu.

"Gak usah gue bisa sendiri kok," jawab Kay.

"Ya udah kami duluan, hati-hati Kay," kata Ayu lalu kembali ke asrama duluan bersama Lili.

Kay pun melihat sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang akan melihat aksinya.

"Aman," guman Kay dan segera berjalan mengendap-endap ke arah pohon mangga itu.

"Lumayan tinggi juga nih pohon," kata Kay sambil melihat pohon mangga itu dari bawah sampai atas.

"Gue harus cari tangga nih,"batin Kay dan mulai mencari tangga.

Setelah beberapa saat akhirnya Kay melihat tangga kayu yang bersandar di tembok dinding gudang.

Lalu segera mengambilnya dan menaruh di batang pohon mangga.

"Semoga masih kuat ini tangga," kata Kay dan mulai naik.

"Mati gak yah kalau gue loncat dari atas sini," kata Kay pada dirinya sendiri sambil melihat ke arah bawah sebelah tembok.

"Kalau mati nanti bonyok gue sedih, trus ada berita 'seorang santri wati tewas karena loncat dari atas pohon mangga saat ingin kabur dari pesantren' kan gak elit plus malu-maluin," gumam Kay.

"Mana perut gue laper lagi, atau gue kaburnya setelah makan malam aja kali ya?, gue makan malem dulu di Ndalem trus baru deh kabur, apa lagikan sup ayamnya menggiur kan banget," monolog Kay sambil memegang perutnya dan membayangkan sup ayam buatannya tadi.

"Eh kalau nunggu makan malem keburu gelap, apa lagi ini udah senja, takutnya ada mbak kunti lagi di sini. Bisa-bisa gue gak jadi kabur," kata Kay lagi.

"Dah lah mending sekarang aja," kata Kay dan akan segera melompat.

"Kamu ngapai disitu?" Tanya seseorang, membuat aksi Kay terhenti.

"Mampus, ketahuan lo Kay,"batin Kay merutuki aksinya.

Kay pun membalikkan badannya lalu menatap ke sumber suara.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now