03. P e r b e d a a n

555 107 11
                                    

Happy reading Gees!🖤

"Calva."

"Iya, Kenapa, Mel?"

Amella terdiam. Membuat Calva bertanya-tanya. Saat ini mereka sedang berada diparkiran tempat dimana mobil Calva terparkir rapi bersama kendaraan lainnya. Amella mencengkeram tali tasnya dengan erat. Amella merasa tidak enak untuk mengatakan kalau dirinya batal pergi sama lelaki itu.

"Amel, ada apa?" tanya Calva. "Kita mau ke rumah sakit, kan?"

"Kayaknya gue nggak jadi pergi sama lo, Cal."

Dahi Calva mengerut saat mendengar suara cicitan gadis di hadapannya itu. Calva menghela napas pelan lalu menatap Amella. "Kenapa? Lo nggak jadi ke rumah sakit?"

"Bukan, gue pergi sama seseorang, maaf." Amella menatap wajah lelaki yang didepannya  dengan ragu dan sialnya Calva tersenyum hingga membuat lesung pipinya terlihat jelas. Sangat tampan.

Calva masih tersenyum, manis. "Sama siapa? Caca?"

Amella menjawab dengan gelengan kepala.

"Lalu sama siapa?" tanya Calva lagi.

"Amel perginya sama gue," ucap seorang lelaki yang tidak lain dan tidak bukan Gempa Azaka Putra. Lelaki berwajah tampan itu sudah berdiri menjulang tinggi di samping Amella. Gempa tersenyum tipis pada Amella lalu beralih menatap Calva.

Calva menatap Amella untuk meminta penjelasan. Tidak biasanya Gempa mau menemani Amella ke rumah sakit. Bukannya menuduh yang tidak-tidak pada Gempa hanya saja dia sedikit tidak percaya dan kecewa.

"Bukannya lo ada janji sama Kana," kata Calva.

"Kana bisa nanti." jawabannya. Gempa menarik tangan Amella lalu melewati Calva yang menatap keduanya. "Masuk!" perintahnya pada Amella.

Sebelum masuk kedalam mobil Amella sempat melirik Calva sambil mengucapkan kata maaf dengan bahasa isyarat. Sebenarnya dia ingin lebih lama bercakap-cakap sama lelaki itu, namun saat melihat kedatangan Gempa membuat dia mengurungkan niatnya itu.

"Gue pergi!" seru Gempa.

Calva hanya mengangguk. Saat setelah mobil Gempa menghilang di depannya barulah dia bisa menghembuskan napas.

"Kenapa kak?" tanya Kana yang tiba-tiba muncul membuat Calva terjengkit.

Calva mengusap dadanya dengan pelan. "Kaget gue. Sejak kapan lo disini?"

Gadis berparas cantik itu bergumam, lalu menjawab, "Baru aja, kak Calva liat Kak Gempa tidak?"

"Udah pergi." jawab Calva membuat wajah Kana yang tadinya ceria menjadi sendu.

"Kemana kak? Padahal aku sama kak Gempa ada janji."

Calva menyeringit, walaupun dalam kebingungannya ia menjawab pertanyaan dari gadis itu. "Ke Rumah sakit." Calva bisa melihat jelas wajah gadis itu tepat saat dirinya melanjutkan kalimatnya, "Bersama Amella."

Kana terdiam, gadis itu bergumam pelan. Setelah tahu kemana Gempa pergi Kana segera pamit pada Calva. Tidak ada gunanya juga ia menunggu Gempa jika sudah bersama Amella.

Amella (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang