AKU MENCINTAIMU

4.5K 86 2
                                    

"Terimakasih sudah belanja di butik kami. Kami tunggu ketangannya kembali ya." Ucapku pada pelangganku, kusiratkan senyum termanisku tentu saja.

"Sama-sama, kami permisi dulu ya." Jawabnya sambil meninggalkan butik milikku.

Aku Bulan. Nama lengkapku Bulan Permata Sari. Anak tunggal dari ayah dan ibuku. Ayahku seorang penjahit jas di kota kelahiranku Boyolali. Sedangkan ibuku seorang perias pengantin. Aku hidup merantau di Semarang, ibu kota provinsi Jawa Tengah. Bermula dari melanjutkan kuliah di perguruan tinggi kemudian lulus dan memutuskan untuk membangun bisnis disini. Aku memiliki sebuah butik yang terletak tidak jauh dari pusat kota Semarang. Usiaku kini sudah menginjak 25 tahun. Namun aku masih memilih untuk mengembangkan bisnisku dulu.

"Halo sayang, maaf ya nunggu lama." Sapaku pada Moondy kekasihku yang sudah menunggu untuk menjemputku.

Dia Moondy AlSegara. Pria yang selama 4 tahun ini sudah menemaniku. Kami saling mengenal saat kami masih duduk di bangku kuliah. Dan berlanjut sampai sekarang. Moondy yang menemani usahaku dari 0 sampai butikku besar seperti sekarang. Moondy adalah seorang pengusaha restaurant anak muda atau sering biasa disebut Cafe. Cafe turunan dari keluarganya dulu. Cafenya memiliki cabang dimana-mana, apalagi jika itu lingkungan kampus. Pasti ada cafe Moondy disana. Meskipun hanya cafe warisan tapi di tangan Moondy cafenya menjadi lebih besar dan sukses daripada ditangan keluarganya yang terdahulu.

"Nggak pa-pa sayang. Aku ngerti kok." Jawab Moondy sambil mengusap rambutku.

Moondy sangat mencintaiku. Setidaknya itulah yang kurasakan selama ini. Moondy selalu memanjakanku. Menghujaniku dengan pujian dan kata cinta. Tak pernah dia berkata kasar padaku bahkan menyakitiku. Selalu saja ada kejutan yang dia berikan padaku. Dari bunga, coklat, perhiasan semuanya dia berikan padaku.

"Jadi keluar sayang ?" Tanyaku pada Moondy

"Berbicara dirumahmu sepertinya lebih nyaman sayang." Jawab Moondy sambil menggenggam tanganku.

Kulihat wajahnya, seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku. Aku hafal betul bagaimana kekasihku itu. Tau saat dia bahagia, sedih, ada masalah bahkan saat dia menyembunyikan sesuatupun aku tau.

"Kamu kenapa ? Ada masalah ?" Tanyaku.

"Aku tidak apa-apa sayang." Jawabnya masih dengan senyuman meskipun kutau itu hanyalah senyum paksaan.

"Yaudah kita pulang ke rumahku ya."

Rumahku dan rumah Moondy berada tidak terlalu jauh. Hampir setiap hari kami bertemu, sekedar untuk makan bersama atau ada urusan berat sekalipun. Kami membeli perumahan yang jaraknya berdekatan. Bedanya dia memilih perumahan elit dan aku hanyalah sebuah cluster. Tapi jangan salah ya, kita membeli rumah dengan uang masing-masing.

"Aku bikinkan teh hangat kesukaan kamu dulu ya." Kataku begitu sampai rumah.

"Sayang ...... " Moondy menarikku. Dia memelukku erat. Sesekali mengelus rambut dan mencium ubun-ubunku.

"Kamu kenapa sayang?" Tanyaku sambil mengusap punggungnya.

"Aku mencintaimu." Katanya.

"Aku juga mencintaimu." Balasku sambil memeluknya.

"Aku ingin kita segera menikah." Katanya lagi.

"Aku juga ingin segera menikah denganmu." Jawabku lagi.

"Bagaimana kalau kita menikah saja?" Tanyanya.

"Ya ayo, 4 taun kurasa cukup untuk kita mengenal satu sama lain. Kapan kamu dan orang tuamu akan melamarku ?" Tanyaku.

Moondy melepas pelukannya. Dia menatapku sebentar. Setelahnya dia berjalan membelakangiku.

"Aku tidak bisa." Katanya.

orang ketiga حيث تعيش القصص. اكتشف الآن