RUMAH SAKIT

352 9 0
                                    

Aku merasa bosan menunggu di rumah. Hanya ada asisten rumah tangga yang sedari tadi sibuk membersihkan rumah. Tak ada yang bisa kuhubungi untuk mengetahui bagaimana keadaan Moondy sekarang. Jujur aku sangat kuatir. Aku takut dia mengalami hal yang tidak kuinginkan.

"Ma, bagaimana keadaan Moondy ?" Tanyaku pada mama Moondy begitu mereka sampai rumah.

"Tadi sempat kritis, tapi sekarang sudah membaik." Jawab mama.

"Iyalah, orang yang ngerawat aja Pelangi !" Sambung kakak iparku.

"Pelangi ?" Tanyaku.

"Iya ! Kenapa ? Ngerasa gak berguna ya ? Kasian deh ! Makanya jangan jadi pelakor ! Kalau aja lu gak gangguin adek gue Pelangi, kejadiannya gak akan seribet ini !"

"Sudah ! Sudah !" Lerai papa Moondy.

"Biarin aja pa ! Gedek banget aku sama cewek satu ini !"

"Ayo bereskan pakaian adikmu, kita kan harus ke rumah sakit lagi."

"Moondy kan gajadi cerai sama Pelangi, berarti nanti begitu sembuh kamu harus segera bercerai dari Moondy, agar tidak terus menerus jadi benalu di dalam rumah tangga Moondy dan Pelangi !"

Kakak iparku langsung pergi meninggalkanku. Memasuki kamarku begitu saja tanpa seijinku untuk bebenah pakaian Moondy. Sungguh sedikitpun dia tak menghargaiku sebagai adik iparnya.

"Harusnya kamu itu sadar, ranjang dan kamar ini tu milik Pelangi. Setiap mereka pulang mereka tu disni. Kamu gak malu apa ya ?" Tanya kak Starla begitu saja dan langsung melenggang begitu saja dari hadapanku.

"Moondy sebaiknya kamu berhenti mengunjungi Pelangi. Segera urus secepatnya perceraian kalian. Jangan memnyiksa dia lagi!" Perintah papa.

"Ma Pa, Moondy gak jadi cerai sama Pelangi. Pelangi memberikan kesempatan pada Moondy untuk kembali bersama lagi."Kata Moondy.

"Kamu yakin Moond ?" Tanya mama meyakinkan.

"Iya ma." Jawab Moondy lagi.

"Kamu harus menjaga pernikahan kalian, apalagi kalian sudah memiliki seorang putri, jangan sia-siakan dia lagi ya ?" Kata mama.

"Iya ma. Doakan Moondy ya ?"

"Selalu sayang."

"Moondy ke kamar dulu ya ma ?"

Aku menutup pintu perlahan setelah mendengar pembicaraan Moondy dengan kedua orang tuanya. Aku tak menyangka kalau Pelangi sebaik itu padanya, bagaimana bisa Moondy tidak menceritakannya padaku ?

"Sayang ..." Panggilku pada Moondy saat dia memasuki kamar.

"Iya sayang ? Ada apa ?"

"Aku tadi tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan mama dan papa soal Pelangi, apakah itu ..... "

Moondy menarik kursi rodaku. Dia memintaku menutup mulut dan memelankan suaraku.

"Kenapa ?" Tanyaku bingung.

"Aku hanya berbohong pada mereka agar papa dan mama tidak memaksaku untuk menceraikan Pelangi." Kata Moondy sambil berbisik.

"Kamu tau kan aku sangat mencintai Pelangi, mana mungkin aku menceraikannya ? Aku akan terus berusaha agar bisa mendapatkan Pelangi kembali." Lanjutnya.

****

Setelah melalui perdebatan yang panjang dan alot, akhirnya keluarga Moondy mengijinkan aku untuk ikut pergi ke rumah sakit melihat kondisi Moondy. Keadaannya sungguh mengkhawatirkan. Air mataku terus berlinang melihat suamiku terkulai lemah di atas hospital bed.

"Pelangi ..... Cilla .... " Moondy mengigau. Entah kenapa di saat seperti ini justri aku tak cemburu mendengar Moondy memanggil maduku itu.

"Ma, sudahkah menelpon Pelangi ?" Tanyaku pada mama.

Mama tidak menjawab. Beliau hanya terdiam sambil memandang papa mertuaku.

"Tidak apa-apa ma, pa. Mas Moondy membutuhkannya, siapa tau dengan kehadiran Pelangi akan membuat mas Moondy melewati masa kritisnya, dia juga masih istri Moondy pa ma."

Papa mengangguk. Kudengar beliau menjauh dan menyebut nama Pelangi. Mungkin papa sudah menelponnya.

"Biar Bulan yang berada disini menunggu Moondy sadar. Papa dan mama pulang saja, beristirahat."

"Kamu yakin bisa ?" Tanya mama.

"Insyallah ma, pa. Asal mama dan papa percaya, pasti Bulan bisa. Bulan yakin, setelah ini Pelangi pasti akan datang. Dia orang baik. Tidak mungkin tega membiarkan suaminya tergeletak lemah seperti ini."

Tak berapa lama setelah papa menelpon Pelangi, akhirnya yang ditunggupun datang. Setelah bertegur sapa dengan mertuaku akhirnya papa dan mama Moondy pulang, aku bahkan mendengar sendiri mereka menitipkan Moondy padaku, daripada aku terus sakit hati aku kembali fokus pada Moondy. Selang infus dan banyak selang-selang lain tersambung di tubuhnya, hatiku ngilu melihatnya.

"Assalamualaikum." Sapa seseorang yang suaranya tak asing bagiku.

"Walaikumsalam Pelangi."

Ya ! Dia Pelangi. Maduku yang dulu pernah aku sia-siakan. Maduku yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri tapi aku sudah membuatnya diberlakukan tidak adil oleh Moondy hanya karena rasa takutku kehilangan cinta Moondy. Maduku yang sungguh baik kepadaku meski aku sudah jahat kepadanya.

"Bagaimana keadaan mas Moondy Lan ?" Tanya Pelangi.

"Beginilah Pelangi... " Jawabku sambil menahan air mataku.

"Maaf, aku tidak bermaksud, aku hanya ....... tadi .... "

"Ga pa-pa Pelangi, justru aku yang meminta papa untuk menelponmu. Moondy membutuhkanmu. Dia terus memanggil namamu dan Cilla."

"Aku ...... "

"Kemarilah !" Pintaku kepada Pelangi.

Kuraih tangannya, kusatukan dengan tangan Moondy, sempat Pelangi menolaknya, tapi kutahan .

"Terima kasih untuk tidak membantah papa dan mama soal perceraian itu. Kembalilah Ngi, kembalilah bersama kami. Aku dan Moondy sama-sama menyayangimu. Aku ingin kita hidup bersama seperti dulu. Tinggal satu atap bersama sebagai istri-istri Moondy. Aku janji kali ini kita akan bahagia, bahkan lebih bahagia dari yang kemarin, apalagi dengan hadirnya Cilla dan anak-anak kalian yang lain nanti." Kataku tulus.

"Kalian itu sudah ditakdirkan untuk bersama, dan akulah orang ketiganya. Kalian berhak hidup bahagia tanpa aku, jadi tidak perlu mengharap aku kembali di tengah kehidupan kalian." Kata Pelangi dengan senyuman sinis.

"Moondy mencintai kamu Ngi !"

"Iya, setelah ada Cilla kan ?"

"Bahkan sebelum Moondy tau jika Cilla anaknya."

"Kalian itu sama aja, saling menutupi kesalahan masing-masing ! Pantas Allah menjodohkan kalian !"

"Ngi ! Aku serius. Moondy merasa kehilangan kamu. Sering aku melihat dia tidur sambil memeluk foto pernikahan kalian. Aku pernah kan DM kamu dan meminta kamu untuk kembali ? Tapi apa kamu meresponnya ?"

"Pelangi .... Cilla ..." Moondy kembali mengigau.

"Bisikkannlah suaramu di telinga Moondy, beritahukan padanya jika kamu disini."

"Itu tidak perlu Lan."

"Tolonglah ... Dia mencintaimu. Hanya kamu yang dia butuhkan saat ini."

"Dia suami kamu. Harusnya kamu yang melakukan itu."

"Dia juga masih suami kamu. Ingatlah kalian belum bercerai. Ayolah Pelangi, aku yakin kamu masih menjadi wanita baik seperti dulu. Demi Moondy. Demi nyawa Moondy. Demi ayah dari Cilla anak kamu."

"Mas Moondy, aku Pelangi. Aku sudah disini, di samping kamu mas." Kata Pelangi berbisik di telinga Moondy.

"Sayang .... Lihatlah Pelangi disini. Dia ada bersama kamu. Sadarlah." Aku juga ikut membangunkan Moondy.

orang ketiga Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ