03. Duel

199 170 50
                                    

_______________

"Kau sudah mempersiapkan segala hal nya untuk pemberontakan kali ini, Nata?" tanya Vara.

Natalie mengangguk. "Tentu saja. Tapi tidak sepenuhnya, bisa dikatakan aku hanya bermodal nekad dan sisanya ada pada kalian berdua."

Eve dan Vara yang mendengarnya langsung berbalik dan menatap tajam pada Natalie. Sedangkan dia hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.

Eve menghela napas. "Sudah ku duga," gumamnya pelan.

Ketiga gadis itu kini sudah sampai diwilayah kekuasaan bangsa demon, lebih tepatnya dibagian utara. Sebelum melakukan serangan ketiganya berunding terlebih dulu dan mengamati situasi dengan berada diatas pohon.

Pohon yang mereka jadikan untuk mengintai situasi sekaligus berunding cukup besar. Sehingga mereka bisa berdiri ataupun duduk diantara dahan-dahan pohonnya.

Tidak akan ada yang menyadari keberadaan ketiganya. Mereka menggunakan jubah berwarna hitam yang dapat menyamarkan aroma tubuh juga menghilangkan mereka.

"Baiklah kita akan mulai menyerang dari mana?" tanya Eve pada kedua temannya.

"Kita bermain halus saja, dengan menyulut api peperangan," sahut Natalie.

"Jangan sampai kita tertangkap basah. Kalian tahu bukan jika kawasan ini sangat dekat dengan kastil demon. Kita bisa mati konyol jika sampai tertangkap," jelas Vara.

Eve juga Natalie terdiam mendengar penjelasan Vara. Eve menyusun ulang kembali rencana yang sebelumnya sudah ia pikirkan. Eve mempertimbangkan segala konsekuensi nya jika sampai mereka tertangkap.

Dirasa yakin, sebuah bola api sudah berada pada genggaman Eve. Sekarang iris hazel itu sudah berubah menjadi warna hitam pekat. Aura kegelapan menguasai tubuh Eve dengan cepat.

Bola api itu Eve lempar kearah atap rumah yang jaraknya tidak jauh dari tempat dia sedari tadi terdiam. Dengan cepat api itu melahap habis rumah yang terkena bola api milik Eve. Tak lama kemudian sang penghuni rumah keluar untuk menyelamatkan diri.

Bangsa demon mungkin kebal terhadap api, namun api yang berasal dari sihir Eve berbeda dengan api pada umumnya.

Teriakan kesakitan bisa didengar oleh mereka saat api itu tanpa sengaja mengenai bagian tubuh mereka. Bagian tubuh yang terkena api itu akan langsung membuatnya menjadi hangus. Bayangkan jika api itu berhasil melahap tubuhnya dalam sekejap, mungkin tubuhnya kini sudah berubah menjadi abu yang siap diterbangkan oleh angin.

Tak berselang lama, para penghuni kawasan utara itu keluar dari huniannya saat mendengar teriakan nyaring dari tetangga mereka. Suasana menjadi lebih riuh dan kacau. Mereka semua berusaha membantu memadamkan api dengan alat seadanya. Sedangkan korban yang terkena api itu hanya bisa terbaring lemah dan diberi bantuan medis untuk menyelamatkan nyawanya.

Namun seperti yang dikatakan Natalie sebelumnya, Aku pastikan tidak ada yang bisa lari dari serangan ku.

Suasana sudah seperti yang diinginkan ketiga gadis itu. Tudung jubah ketiganya dinaikkan keatas sehingga menutupi sebagian dari wajah mereka. Perlahan tubuh mereka menghilang sesaat setelah tudung itu tersampir diatas kepala mereka.

Ketiganya sudah siap dengan senjata masing-masing. Jika tadi sore Vara menggunakan sebuah busur panah kini gadis itu menggunakan sebuah katana berwarna biru kehitaman. Berbeda dengan Natalie gadis itu justru menggunakan sebuah busur panah untuk senjatanya. Sedangkan Eve menggunakan sihir serta racun yang sebelumnya ia buat.

The Written DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang