58

404 80 9
                                    

Semenjak memerintahkan prajuritnya untuk mencari keberadaan Ratu Joohyun, dan Yoo Taehan, Taehyung memilih untuk kembali ke paviliunnya guna mengistirahatkan tubuhnya yang masih lemas.

Sekitar  tiga jam ia habiskan untuk memejamkan mata. Dan tepat pada pukul enam pagi, dirinya disapa oleh semburat cahaya hangat yang berasal dari celah jendela.

Ia mengerjapkan mata kemudian mengeliat guna merenggangkan otot-ototnya. Namun sayangnya akibat ulahnya ini, luka yang belum kering itu kembali menciptakan nyeri.

"Asshhh!" ringisnya sembari memegangi perutnya yang masih terbalut oleh semacam kain putih yang elastis.

Itu perban, hanya saja ia tidak tahu, mengingat Taehyung baru pertamakali mendapati benda seperti itu.

Merasa ada yang mengganjal, ia pun melihat lukanya. "Dia yang mengobatiku?" ujarnya ketika teringat semalam ia bangun di paviliun Jennie.

Kemudian bayang-bayang Jennie yang semalam hendak membantunya kembali terputar di otaknya. Ia teringat pada gadis pemilik gummy smile itu. Bohong jika ia tak merindukannya, ia sungguh menginginkan Jennie di sisinya. Tetapi di sisi lain ia juga membencinya mengingat dirinya telah ditipu.

Karena rekaman memori itu mengganggunya, ia lantas menggelengkan kepala sembari mendesis. "Aishhh! Dia memang pantas untuk dipenjara."

Usai mengumpulkan nyawanya untuk bangkit, Taehyung segera menuju kamar mandi guna membersihkan diri dan bersiap menjalani hari.

Singkat cerita, dirinya sudah rapi dengan jubah besar yang menjadi kebanggaannya. Tepat setelah merapikan tatanan rambutnya pria itu menoleh kala pintu ruangannya diketuk.

Ah, itu pasti dayang istana yang akan mengabari tentang sarapan, terkanya.

"Masuk," ucap Taehyung mengizinkan orang itu.

"Selamat pagi, Yang Mulia."

Suara laki-laki yang ditangkap oleh indera rungunya sukses membuat dahinya mengerut.

"Eoh, Jungkook? Aku pikir dayang istana yang datang," ujar Taehyung yang hanya diikuti senyum canggung oleh prajurit muda itu.

"Ada apa? Tumben kau datang pagi-pagi sekali."

Senyum Jungkook perlahan memudar, pemuda itu teringat akan tujuan awalnya. "Ah maaf datang pagi-pagi, saya hanya ingin menginformasikan bahwa ada sebagian  prajurit yang hilang entah kemana, Yang Mulia."

"Hilang? Kau yakin mereka hilang? Prajurit divisi lima itu sedang pergi mencari Ratu."

"Iya saya tahu. Maksudnya bukan divisi lima Yang Mulia. Tapi, prajurit yang lainnya."

Kali ini Taehyung memicingkan salah satu alisnya. Merasa heran dengan pernyataan Jungkook.

"Kau yakin? Mungkin saja mereka sedang berpatroli atau sedang membantu warga di posko."

"Saya yakin Yang Mulia. Teman-teman prajurit lainnya sedang tidak ada jadwal berpatroli. Di posko juga hanya ada 20 prajurit."

Ucapan Jungkook barusan membuat Taehyung tertegun.

"Jungkook-ah, kita tidak bisa menganggap mereka hilang jika belum 24 jam. Bisa jadi mereka pergi ke perbatasan untuk membereskan peperangan kemarin."

Jungkook tak menyerah, entah mengapa firasatnya kali ini begitu kuat bahwa ada yang tidak beres di sini.

"Prajurit kita yang masih hidup sudah di evakuasi kemarin Yang Mulia. Tidak ada yang masih di Manchuria."

Untuk kali omongan Jungkook membuat Taehyung merotasikan bola matanya. Pria itu masih mengaggap jika omongan Jungkook tak serius.

In Your Time Onde histórias criam vida. Descubra agora