Love (part.3)

309 15 1
                                    

|~<•>~|

Di pelarian mereka, Monica tak sengaja menabrak salah satu orang. Siapa yang menyangka yang ia tabrak adalah ibunya sendiri?

Monica kaget, begitu juga dengan Davin-sahabat kecilnya. Mereka berdua tak menyangka ibu Monica ada di rumah Alland.

"Ibu? Apa yang sedang ibu lakukan disini?!"

Monica panik dan bingung secara bersamaan, ibunya kelihatan ketakutan dan ada pancaran emosi di matanya.

"Kekasihmu menculik ibu dan ayah. Siapa yang mengira pacar yang kamu agung-agungkan ternyata berniat membunuh ayah dan ibu, Monica?!" Ibu Monica berseru.

"Apa? Ayah juga? Aku saja baru tau dia sebejat ini kurang dari 24 jam yang lalu bu!"

Davin berusaha menyela perseteruan ibu dan anak tersebut. Di tengah kondisi mereka yang seperti ini, tidak mungkin mereka tidak akan tertangkap jika salah satu dari mereka tidak ada yang ingin mengalah.

"Sudah cukup bibi, Monica. Kita harus segera lari dari rumah ini. Dia bisa jadi sudah menyuruh pengawalnya mengejar kita."

Apa yang dikatakan Davin membuat Monica sadar jika dari tadi ia sudah mengulur waktu nya sia-sia. Ia tanpa basa-basi langsung saja menarik lengan ibunya dan berlari bersama.

"Apa kau tahu dimana ayah berada bu?"

Carolina- Ibu Monica menggeleng sedih, ia tidak tahu berada dimana suaminya saat ini. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali melihat wajah suaminya setelah hampir 2 minggu lebih ia telah di kurung.

"Ibu tidak tahu... Ibu dan ayah di kurung di tempat yang berbeda. Bahkan ibu tidak tahu apakah ayah mu masih hidup atau tidak..."

"Ibu! Jangan berkata seperti itu! Ayah masih hidup-

Dor!

Monica dan ibunya menoleh ke belakang, melihat para anak buah Alland yang sudah menembakkan salah satu peluru mereka ke belakang kepala Davin.

Davin ambruk begitu saja, darah mulai menetes deras dan sudah dipastikan ia tidak bernyawa sekarang.

Monica histeris, ia berusaha lari ke belakang untuk melihat jasad Davin namun di tahan keras oleh ibunya. Ia menoleh ibunya marah, namun ibunya lebih lagi keras kepala.

"Lari sekarang. Tidak ada gunanya jika kamu mengecek keadaan-nya sekarang." ucap Carolina.

"Tapi bu-"

"LARI MONICA!"

Monica menangis, langsung lari sekencang mungkin. Menoleh ke belakang dan melihat ibunya mengalihkan perhatian para anak buah Alland. Ibu nya menoleh ke belakang dan tersenyum kepada Monica, hingga akhirnya kepala ibunya di pukul menggunakan kayu dan anbruk begitu saja.

Monica menangis semakin kencang, ingin memutar arah namun ia tahu ini semua akan sia-sia. Perjuangan Davin dan ibunya akan percuma jika Monica tak berlari sejauh mungkin.

Namun, sebelum ia melangkah lebih jauh, dilihatnya gerbang depan yang perlahan mulai menutup.

Monica semakin mempercepat larinya, tak perduli bebatuan yang mengiris kaki nya hingga berdarah dan mengotori halaman dengan darahnya sendiri.

Unexpected [SHORT STORY]Where stories live. Discover now