Part 26 - Jawaban?

2.6K 389 36
                                    

Warning! ⚠️
Authornya lagi nulis beberapa project novel di beberapa aplikasi gaess jadi mohon pengertiannya kalau misal update lama. Dan meskipun lama, aku pasti sempetin update seminggu ada bahan. Ini belum seminggu aku sempetin update lagi. Mohon pengertiannya ya. Aku selalu bilang kasih pengumuman di wall akun ini, follow biar gak ketinggalan info, follow akun ini. Biasanya aku juga taruh pengumuman update di IG kalian bisa juga mengunjungi kesana.


❤️❤️❤️

Perkataan Aidan kemarin sore membuat Gladys kepikiran sampai pagi-pagi menjelang kerja seperti ini. Gladys masih menggantungkan hubungan. Dia bingung menjawab ya atau tidak. Takut hubungan yang tak baik-baik saja terjadi kembali layaknya dia dengan Arga dulu.

Pantulan dirinya di cermin membuatnya menelaah bahwa apakah dia pantas dengan Aidan atau tidak. Keseriusan Aidan masih dia ragukan. Dia masih terbayang-bayang kegagalan hubungan layaknya dulu, "Sebenernya gue nggak jelek-jelek banget. Imut juga kadang-kadang. Cuma kurang dandan aja makanya burik. Tapi kalo dibandingin sama Dokter Selena ya ... bener sih beda jauh, kayak pembantu sama majikan," ungkapnya pada dirinya sendiri.

Tangan Gladys mengambil sebuah parfum yang ada di meja riasnya. Tangannya menyemprotkan sedikit demi sedikit parfum itu ke arah beberapa sudut tubuhnya. Sembari memakai parfum, bibirnya menitah untuk berbicara lagi, "Pak Aidan lihat gue dari apanya sih? Dikasih Dokter Selena milihnya malah Kendal Jenner KW," serunya ragu.

Bingung dengan perasaannya sendiri, dia reflek mengambil ponsel yang dia letakkan di atas meja rias itu. Otaknya berputar ingin menghubungi Sang Mama untuk meminta pendapatan tentang hubungannya ini. Biasanya, masalah apapun tak pernah lepas dari curhatannya dengan Mamanya, "Nelfon Mama aja kali ya? Curhat!"

Belum sempat dia menekan nomor ponsel milik Mamanya, kepalanya spontan menggeleng cepat, "Tapi masa nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba curhat ke Mama tentang Pak Aidan. Nggak ah ... Kalo Mama nggak cocok gimana?"

Sedari tadi hatinya bergemuruh bingung dengan perasaanya sendiri. Ingin menerima tapi banyak pertimbangan. Ingin menolak pun banyak alasan yang ia pertimbangkan, "Tapi masa sekelas Pak Aidan, Mama nggak cocok? Kan hobi mereka sama. Sama-sama suka buku," ungkapnya mencoba untuk menghubungi Mamanya.

Tapi hati kecil yang lain menahannya. Dia mengurungkan niatnya lagi untuk menekan nomor ponsel Mamanya, "Nggak ... Nggak Gladys, hobi sama belum tentu hati juga sama. Kapan-kapan aja bilang ke Mama. Mungkin kapan-kapan kalau pulang, sekalian curhat sama Mama. Kalo lewat telfon, takut Mama salah paham dan nggak setuju," ucap diambang keraguan lagi.

Saat ini Gladys dihadapkan dua perasaannya yang saling bertarung. Sebentar lagi Aidan pasti menjemputnya, karena tadi malam dia sudah telanjur mengiyakan ajakan Aidan untuk berangkat bersama. Tapi bagaimana kalau nanti Aidan menagih jawaban sedangkan Gladys masih dihadapkan dengan kebingungan yang tak ada ujungnya?

Alasan tak bisa menerima Aidan, dia takut hubungannya seperti Arga dulu. Manis di awal, dan menyeramkan di akhir. Tak lupa, masalah Dokter Selena yang dijodohkan dengan Aidan bersamaan dengan Aidan yang mengungkapkan perasaannya pada Gladys. Gladys takut jadi batu loncatan. Atau disalahkan pihak keluarga Dokter Selena.

"Lagian, bisa aja Pak Aidan cuma iseng ngomong gitu kemarin. Barangkali gue cuma dijadikan batu loncatan. Kayak Arga, waktu awal kenal baik. Giliran udah tau busuknya, kelakuannya kayak setan. Males banget," gerutu Gladys pada dirinya sendiri di depan pantulan cermin.

"Ngapain lo belum berangkat? Udah jam segini juga," sahut Dita saat dirinya tahu bahwa sahabatnya masih tak beranjak dari meja rias.

Tangan Adita kemudian menyentil pelipis milik Gladys sebelum ia menyemburkan kalimatnya lagi ke arah Gladys, "Masih mikirin jawaban buat Mas Aidan?" tanyanya pada Gladys.

Previous Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang