12

1.6K 204 15
                                    

🐚

"—Aku menginginkanmu Ced"

Bagai pesta kembang api, seketika membuat jantungnya berdegup dengan kencang dan perutnya bagai digelitik dengan kupu-kupu yang berterbangan ketika Lelia menangis menginginkan dirinya.

"Lia" Tangan Cedric perlahan-lahan mengusap air mata Lelia, rasanya Ia ingin memeluk gadis di depannya sepanjang waktu.

"Aku tahu ini salah" Lirih Lelia.

Salah. Dan Lelia tahu betul tentang itu, dan ditambah Cedric sudah mempunyai Cho sebagai 'Kekasih'.

"Harusnya Aku mengakuinya sejak awal" Cedric menyesal.

Jari-jemari Lelia meremas jubah Cedric, Kembali membenamkan wajahnya pada dada Cedric, Perasaan bersalah kembali menyeruak dalam hatinya bagaimana Ia menjadi egois yang kemudian berujung menyakiti kedua hati.

"Aku tak ingin menjadi egois" Lelia melepas pelukkan Cedric.

Haruskah? Haruskah Ia memutuskan untuk menjadi egois untuk kebahagiaan dirinya sendiri? Yah memang harus seperti itu, Cedric sudah merelakan hal-hal terpenting untuk orang-orang disekitarnya dan kali ini Ia hanya meminta sedikit keegoisannya untuk hatinya.

Tangan Cedric menangkup pipi Lelia "Aku ingin menjadi egois, Lia"

Bibir Cedric untuk yang kedua kalinya menempel pada bibir Lelia, Alasan ia berani melangkah untuk menyukai Lelia lebih jauh adalah 'Tidak ada hubungan darah'.

Cedric sedikit menjauh, memandang wajah gadis di depannya kemudian ibu jarinya kembali mengusap air mata Lelia yang kembali jatuh.

"Aku menyukaimu dan juga Terrence" Isak Lelia kembali pecah.

Rasanya Cedric tak bisa menerima hal itu.

"Benarkah?" Tanya Cedric.

Bola mata Lelia bergetar ketika melihat wajah Cedric yang tersenyum manis ke arahannya, Pertanyaan yang dilempar kakaknya itu seketika membuat dirinya ragu dengan perkataannya sendiri.

Benar, pasti salah satunya ada yang lebih besar.

"Benarkah Lia? Menyukaiku dan Higgs dengan satu hati?"

.....

Sepanjang hari Lelia sedikit murung karena memikirkan perkataan Cedric yang membuatnya harus bertanya-tanya dengan hatinya, Bahkan saat Terrence menghampirinya saja Ia mengatakan kalau Ia sedang tak enak badan dan ingin istirahat.

"Kau mau kuantar ke Hospital Wings?" Tanya Justin yang terlihat khawatir.

"Tak apa Justin, Aku hanya butuh istirahat saja"

"Mau kupanggilkan Cedric?" Hannah sedikit melihat wajah Lelia yang seperti orang sakit.

Ernie menghela napas panjang, Ia paham gadis disampingnya itu membutuhkan seseorang untuk bercerita.

"Ayo ke Hospital Wings" Ernie mengangkat Lelia dengan menarik kerah kemeja bagian belakang Lelia.

"ERNIE!" Hannah memukul pemuda itu dengan bantal sofa.

"Bisakah kau lebih manusiawi" Justin menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa teman-teman, Aku tak mau ke Hospital Wings" Lelia menepis tangan Ernie.

Ernie memutar bola matanya, Ia kemudian mendekat kearah Lelia dan sepertinya cara inilah yang akan berhasil walau efek sampingnya akan membuat teman-temannya curiga.

"Mau apa kau?" Lelia mendelik tajam.

Keringat dingin seketika mulai muncul di pelipis Lelia, Bagaimana bisa? Rahasia yang diketahui dirinya dan Cedric tersebar hingga Ernie Macmillan mengatakan padanya dengan berbisik.

"Hospital Wings" Ernie mengulurkan tangannya dan dengan mudah diterima oleh Lelia.

"Kita juga ikut" Kata Justin.

"Kalian disini saja, bukankah kalian ada keperluan dengan Professor Sprout?" Perintah Ernie dan menarik Lelia keluar dan asrama.

"Jadi Lia, Hatimu menginginkan siapa?" Tanya Ernie.

"Kau mau mengancamku?" Tanya Lelia.

"Aku mustahil menusukmu dari belakang"

"Ernie, Bagaimana kau tahu?"

"Sejak ciuman pertamamu dengan Cedric"

.....

Lelia menghela napas panjang, Setelah percakapan panjang dengan Ernie Ia merasa hatinya sedikit lega karena semua rahasia yang Ia simpan sendiri dan menyiksa dirinya telah Ia bagi dengan orang yang Ia percayai.

"Hari ini tantangan pertama Triwizard, Aku penasaran siapa yang akan berada di posisi teratas" Kata seorang murid yang berbicara dengan temannya sambil berjalan menuju lokasi pertandingan.

"Apa yang kau khawatirkan?" Terrence sedikit mengamati wajah kekasihnya itu.

"Ah hanya khawatir dengan Cedric" Itu sepenuhnya bukan kebohongan.

"Aku yakin dia bisa, Piala api tidak memilih sembarang orang" Terrence tersenyum tipis, berusaha menghilangkan kekhawatiran kekasihnya itu.

Mereka berdua sudah berjanji untuk menonton pertandingan bersama, Banyak murid dan juga para tamu yang sudah mengisi tempat duduk.

Terence memandang Lelia dari sudut matanya, Ia menyadari ada sesuatu yang mengganjal pikiran kekasihnya itu akhir-akhir ini, Rasanya Ia ingin sedikit memanipulasi secara halus agar kekasihnya itu mengatakan apa kegelisahan hatinya.

Ah, Lagi-lagi Terence sedikit ingin memukul dirinya sendiri karena terlalu memikirkan sopan santun, Ia tak bisa jika diam saja.

"Lia" Panggil Terence dengan senyum manisnya.

"Yah"

Tangan Terence menjalar untuk mengusap punggung gadisnya, mengecup pucuk kepala Lelia dan kemudian tangannya yang lain mengusap bibir gadis itu.

"Aku khawatir kemarin mendengarmu diantar Macmillan ke Hospital Wings" Kata Terence.

Senyum manis pemuda itu tak luntur dari wajahnya, hanya perlu senjata dan pertahanan.

"Aku tak apa Terence, Hanya sakit kepala biasa?"

"Benarkah?" Tangan Terence kini mengusap punggung tangan Lelia.

Lelia tersenyum gemas ketika melihat wajah Terence, Sungguh pemuda yang ada di sampingnya itu.

Hanya butuh usaha lagi.

"Kau tak merindukanku? Rasanya kau terlalu sering terlihat dengan yang lain selain diriku" Terence tersenyum tipis lagi, Sedikit lagi.

"Maafkan aku, Akhir-akhir ini ada sedikit masalah"

"Masalah yang membuatmu sakit kepala?"

"Aku benar-benar minta maaf Terence, tapi kakakku sedikit khawatir dengan turnamennya"

Terence, menyadarinya.

🐚

Maafkan Zie yang baru Up, Karena sedang pemulihan lahir batin setelah di gempur UTS dan Laprak

RUMORS : 𝐂.𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang