D E L A P A N

7.2K 692 120
                                    

Suara tangisan begitu terdengar di ruang kamar Echa. Gadis mungil itu menangis karena begitu bangun tidur mendapati tangan kirinya yang tertusuk jarum infus. Pagi tadi dokter datang untuk melakukan pemeriksaan terhadap alergi Echa, dan ya untuk hasilnya belum keluar.

Raynzal menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri guna menenangkan adiknya dengan nanny berada di sampingnya untuk memegang tiang infus Echa, sedari tadi gadis mungil itu tidak berhenti menangis. Adiknya harus di infus karena menolak makan.

"Hiks...," isakan itu masih terdengar.

"Sssttt sakit ya hm?," ucap Raynzal lalu membawa tangan mungil itu ke dekat bibir nya untuk Ia kecup.

"Maaf tuan, ini susu nona," nanny Kia memberi sebotol susu untuk Echa yang sedari tadi Ia pegang.

Raynzal menerimanya lalu memberikan susu itu pada Echa, "Mum sayang,"

Echa meminum susu itu dengan isakan yang belum berhenti. Ia bersandar nyaman di dada bidang milik abangnya.

Tok tok

Suara ketukan pintu itu terdengar lalu terbuka setelah Raynzal mengizinkan masuk. Terlihat Arthur yang datang.

"Permisi tuan, ini ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani, dan....," Arthur menjeda ucapannya.

Raynzal menaikan alisnya, "Apa?,"

"Meeting hari ini tidak bisa diundur tuan, client memaksa untuk tetap hari ini,"

"Apa tidak bisa diwakilkan?,"

Arthur menggeleng, "Maaf tuan, tidak bisa,"

Raynzal mengangguk lalu menunduk melihat adiknya yang masih meminum susu dalam diamnya. Ia bisa saja membatalkan meeting hari ini, namun ini semua sudah tanggung jawabnya. Ia tidak boleh semena mena pada pekerjaannya, apalagi memutuskan keputusan ini secara sepihak.

"Ya, kau atur semuanya,"

"Baik tuan, permisi," Arthur menunduk lalu pergi meninggalkan ruang kamar milik adik dari tuannya.

"Saya ada meeting, jaga Echa," perintah Raynzal pada nanny yang berdiri dibelakangnya.

"Baik tuan," nanny ingin mengambil Echa dari gendongan Raynzal, namun Echa menggeleng.
"Amauu,"

"Sama nanny dulu sayang,"

Adiknya merengek tak mau, bahkan tangannya memegang erat kemeja Raynzal.

"Sebentar aja hm," Raynzal tetap merayu adiknya.

Namun adiknya kembali menangis, "Amauu abangg,"

"Nona kita main yuk, naik kuda unicorn mau ya?,"

"Sama abang ajaa hiks....," Nah kan, jika sedang sakit seperti ini, Echa tidak bisa lepas dari abangnya.

Raynzal mengelus rambut adiknya, lalu berbisik "Shhhttt iya iya, jangan nangis,"

Berjalan keluar kamar adiknya menuju ruang bermain milik Echa. Ya mungkin Ia akan menemani adiknya sebentar, jika Echa sudah tenang Ia akan mencari cara untuk pergi.

Raynzal mendudukkan Echa di kuda mainan itu hati hati supaya tidak terkena selang infus adiknya dan berusaha terus mengalihkan perhatian Echa. Setelah genggaman itu terlepas, Raynzal sedikit menjauh pada Echa yang masih fokus pada mainannya. Lalu matanya memberi kode pada nanny untuk mengganti posisinya di sebelah Echa.

Dirasa sudah aman, Ia berjalan pelan keluar ruang bermain itu.

.....

Echa diam tak bersuara sembari memperhatikan nanny yang sedang mengoles salep pada ruam merah yang ada ditubuhnya. Tangannya menggaruk paha putih miliknya saat ruam itu dioles salep. Infus yang ada ditangan kirinya kini sudah tidak ada, karena siang tadi botol infus itu sudah habis.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang