Eps 11: Stasya

761 39 0
                                    

Selamat membaca~

"Kehidupanku, kehidupanmu dan
kita adalah satu"
Stasya A.

Stasya, gadis itu tengah berbaring sambil menonton televisi.

Ia mengambil telfonnya yang berdering dan mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum, bu."
"Wa'alaikumsalam, kangen banget sama anak ibu. Kamu disana baik-baik aja kan? Nggak ada yang jahatin kamu kan?"

Stasya terkekeh mendengar ucapan ibunya. "Nggak ada, ibu. Stasya baik-baik aja kok. Di sekolah juga Stasya punya teman banyak."

Bohong, Stasya berbohong pada ibunya. Bahkan dia mempunyai satu teman pun tidak.

"Ibu khawatir banget sama kamu."
"Stasya gapapa, bu. Oh iya, bapak kemana?"

"Bapak lagi di sawah. Yaudah kalo gitu, ibu mau bersih-bersih rumah dulu ya. Kamu jaga kesehatan, kalo ada apa-apa bilang sama ibu."

Stasya mengiyakan ibunya, dan setelah itu telfonnya terputus.

"Jam berapa sekarang? Hah?! Jam tujuh?!!" Stasya langsung bangkit dan bersiap-siap untuk kerja.

Stasya bekerja di salah satu kafe dekat SMa Borge. Dia bekerja karena ingin membantu orang tuanya dan itu juga tanpa sepengetahuan mereka.

🌻🌻

"Hai, bro!" Farzan menepuk pundak Rafan dengan kencang, membuat Rafan kesal setengah mati. Rasanya dia ingin sekali membogem Farzan sejak dulu.

"Cih, lo bisa nggak? Kalo nepuk jangan kenceng-kenceng, sakit bego." Rafan sepertinya punya dendam pribadi terhadap Farzan. Sebab, setiap kali melihatnya Rafan ingin sekali memukul wajah Farzan.

"Aelah....ngopi ngapa," Farzan merangkul pundak Rafan tetapi sudah ditepis oleh Rafan.

"Yang lain kemana?"
"Lo bisa liat kan? Belum dateng." Baru juga damai, tapi Farzan sudah membuat ulah lagi.

"Surut gue lama-lama sama lo." Kesal Rafan.

"Lah kok surut?"
"Lo tau nggak kalo air mendidih kan panas, kalo lama kelamaan bakal habis airnya. Sama kaya lo, buat mendidih orang aja "

Bukannya kesal, Farzan malah menggoda Rafan. "Jelas dong, gue kan hot." Saat mengucapkan kata 'hot', Farzan menggigit bibir bawahnya.

"NAJIS!"

Rafan bersyukur karena yang lainnya sudah datang. Jika tidak, ia pasti sudah menghabisi Farzan disini juga.

"Ada apa nih? Raf, kenapa lo?" Aarav dan yang lainnya duduk bersama Rafan dan Farzan.

"Habis gue anu si Rafan." Rafan sudah tidak sabar, ia menampar pipi Farzan dengan keras membuat semua orang yang ada di kafe menatap ke arah lima cowok itu.

"Sakit bego." Farzan mengelus pipinya yang memerah.

"Kalian belum pesen?" Gibran bertanya kepada mereka berdua dan dibalas gelengan olehnya.

"Mbak!!" Teriak Gibran.

Seorang gadis seumuran dengannya datang menghampiri tempat kelima cowok itu. Dia adalah Stasya.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Mbak, saya pesen nasi goreng spesial sama jus jeruk satu." Ujar Gibran.

"Ehem, gue apa ya? Gue cappucino aja."
"Gue...samain kayak Gibran."

"Eh tarzan lo pesen apa? Malah ngebo," Arsen menabok lengan Farzan yang digunakan sebagai bantalan untuk tidur.

"Ck, ganggu orang aja lo. Gue jus jeruk aja."

"Baiklah, mas-nya mau pesen apa?" Tanya Stasya kepada Aarav.

Aarav pun menghentikan permainannya di handphone dan menatap pelayan kafe itu.

"Coffe latte."

"Baik, silahkan tunggu lima belas menit."

Setelah lima belas menit berlalu, Stasya mengantarkan pesanan kelima cowok itu.

"Permisi, ini pesanannya." Stasya menurunkan satu-satu makanan dan minumannya.

Tidak sengaja mata Stasya bertemu dengan seseorang, mata itu? Ia seperti mengenalnya tapi siapa?

"Aws, kepalaku sakit." Rintih Stasya tiba-tiba.

"Eh-eh....tuh anak kenapa?" Panik Farzan saat melihat Stasya memegangi kepalanya yang sakit.

Pelayan yang lainnya pun datang menghampiri Stasya dan membawanya pergi, tak lupa meminta maaf karena mengganggu.

"Sya, kamu kenapa?" Tanya rekan kerja Stasya.

"Gapapa kok, mungkin kelelahan aja." Stasya sudah sedikit lebih baik setelah diberi minum oleh teman-temannya.

"Aku gapapa, ayo lanjutin aja nanti dimarahin sama Pak Toni." Stasya melanjutkan pekerjaannya meskipun kepalanya masih sedikit sakit.

_
_
_
_
_
_
_

Who Is She? [END]Where stories live. Discover now