Chapter 01

203 48 1
                                    

Ketukan meja yang tak begitu keras namun menciptakan suasana begitu tegang itu membuat lima orang yang berada di ruang OSIS terdiam.

Tak ada yang berani membuka percakapan selain menunggu pembina OSIS datang.

Jeune Chandra Rebecca—kerap dipanggil Jeje, tapi dia bukan Jeje slebew. Sekertaris OSIS ini sibuk mencari lembar program kerjanya, sembari mencari ia berusaha untuk mengingat kembali dimana ia meletakkan lembaran itu.

"Bagaimana?" tanya Pak Catur lagi.

Rendra diam, ketua OSIS itu mencoba terlihat tenang meskipun dirinya begitu memikirkan bagaimana lembar program kerja yang Kezia simpan.

"Kenapa diam?"

Jeune menundukkan kepalanya takut, sejujurnya ia sangat merasa bersalah dengan sikapnya yang ceroboh.

Perempuan itu tak berani menegakkan kepalanya, jikalau dirinya memiliki jurus menghilang, pasti ia akan secepatnya menghilang dari hadapan guru killer itu.

"Maaf pak, saya sudah membuat program kerja bersama teman teman, namun buku program kerja tersebut hila-"

"Hilang?" potong guru dengan kumis tebal itu.

"Bagaimana bisa?"

Jeune kembali menunduk, kedua tangannya panas dingin. Rendra yang tak bisa apa apa selain menyadari kelalaian dengan cara kerja temannya itu hanya bisa diam.

"Maaf pak, saya yang menghilangkan buku program kerjanya."

Sontak mata tajam itu menatap pada satu sumber suara, Jeune menegakkan kepalanya cepat.

"Zeline? kenapa bisa kamu hilangkan berkas penting itu?"

Perempuan dengan nama indah itu mengatupkan bibirnya, kedua bola matanya menatap mata Pak Catur sekejap.

"Sebenarnya saya tidak ada niatan untung menghilangkan berkas itu pak, tapi kemarin setahu saya-"

"Buat berkas kemarin, persis seperti kemarin."

"Baik pak." Setelahnya Pak Catur pergi, jelas beliau terlihat marah dari raut wajahnya.

Jeune melirik Rendra, seakan tatapan itu mengatakan 'maaf' untuk yang ia perbuat.

"Mau ke kantin?" tanya Zeline memecah keheningan.

"Gue engga, sama Jeje aja sana." tolak Rendra.

Jeune diam sejenak, rasanya sangat canggung. Kecerobohannya itu membuat temannya kecewa, mungkin? Jeune yakin hal itu pasti sangat berpengaruh pada rasa kecewa mereka.

"Gue juga engga, deh, sorry ya?"

Zeline mengangguk paham, tak ingin panjang lebar perempuan dengan rambut ikal itu melenggang pergi dari ruang OSIS.

Derap langkah menggema di lorong kelas XI MIPA, langkah kaki mungil Zeline mampu memecah keheningan. Matahari baru saja menunjukkan kehadirannya, namun ia sudah mendapatkan masalah.

Zeline membuang napas panjang, ia tidak ingin membuat mood pagi harinya rusak, tangan kanannya kini merogoh saku rok abu abu, mencari sepasang (yg buat dengerin lagu tanpa kabel, aku lupa namanya apa 😭)

Tak ingin membuang waktunya yang berharga, Zeline memutar lagu Ditto - NewJeans yang baginya bisa menaikkan mood. Ia mengernyitkan dahinya ketika melihat satu buku kini berada di koridor.

Zeline mengambil buku tersebut tanpa ragu, mungkin seseorang tidak sengaja menjatuhkan buku, atau mungkin bisa jadi buku tersebut jatuh dari tas pemiliknya?

Tetapi sulit untuk berpikir positif bagi Zeline karena buku tersebut penuh dengan sobekan, ditambah lagi penampilan sampul bukunya yang sobek.

Ah, sudahlah. Memikirkan hal yang tidak penting hanya membuang waktu berharga.

*****

Hal yang ditunggu bagi kaum kaum ambis yaitu pelajaran. Berbeda dengan

𝗚𝗔𝗥𝗗𝗔𝗣𝗔𝗧𝗜Where stories live. Discover now