Mempertanyakan Agama dan Sains

213 33 4
                                    

Selasa, 28 Juni 2022

Yang saya ketahui, agama dan sains itu terpisah. Padahal, esensinya sama. Sama-sama punya semacam prinsip yang tidak boleh dibantah. Agama punya dogma, sains punya aksioma. Keduanya tidak perlu diuji kebenarannya.

Herannya, pengikut fanatik agama dan sains masing-masing merasa paling benar.

Pernah terjadi, seorang agnostik pemuja sains mengejek pemeluk agama untuk membuktikan kebenaran ilmu agama secara empiris, padahal dia sendiri tidak pernah membuktikan sains secara langsung. Hanya katanya. Kata buku, kata literatur, kata para ahli. Sama persis seperti seorang pemeluk agama yang sami'na wa atho'na--kami dengar dan kami taat--kepada kitab suci dan pemuka agama mereka.

Namun, di sisi seberang, para pemeluk agama yang antisains pun seharusnya sadar bahwa agama tidak selalu harus diikuti. Maksud saya, penafsiran ajaran agama secara literal, apalagi dilakukan oleh satu orang atau satu kelompok saja, itu harus disesuaikan dengan konteks kekinian dan dibandingkan dengan penafsiran lainnya. Oleh karena itu, belajar dari banyak guru dan banyak sumber menjadi penting.

Kesimpulannya, agama dan sains itu sebenarnya saudara kembar. Jadi, jangan saling merendahkan dong. Lebih bagus lagi, memadukan agama dan sains menjadi sarana untuk memajukan peradaban. Iya gak sih?

Tumpah SampahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang