Anak: Tanggung Jawab yang Gimana?

62 9 0
                                    

Minggu, 15 Oktober 2023

Satu tahun telah berlalu usai ketikan (bukan tulisan) teranyar saya di Wattpad. Selalu ada keinginan untuk mengetik lagi, sekadar menuangkan lintasan-lintasan pikiran. Namun, setelah jadi diketik, seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: untuk apa saya mempublikasikan tulisan semacam ini, apa dampaknya bagi diri saya dan orang lain, apa layak dikonsumsi orang banyak. Setelah dibaca lagi, dipikirkan kembali, kemudian dihapus. Kejadian itu berulang kali saya lakukan.

Usia semakin tua, semakin banyak yang harus saya pertimbangkan, terutama keluarga. Lebih khusus lagi: anak.

Ngomong-ngomong soal anak, saya punya pandangan baru tentang itu.

Anak, dahulu saya anggap sebagai tanggung jawab yang hadir karena konstruksi sosial memang menuntut demikian. Tanggung jawab terhadap anak mengikuti peran saya sebagai orang tua. Tentunya, di samping insting alamiah makhluk hidup untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya dan kasih sayang yang sifatnya naluriah.

Namun, akhir-akhir ini saya mendapatkan semacam insight bahwa tanggung jawab besar orang tua kepada anaknya sebenarnya lebih pada penyebab hadirnya mereka di dunia ini.

Orang tua, adalah penyebab utama (tentu atas kehendak Tuhan) kehadiran anak di dunia. Bagaimanapun kondisi anak itu terlahir di dunia, orang tua adalah faktor penentunya. Orang tua dapat memutuskan untuk punya anak atau tidak (dengan pembuahan melalui hubungan seks atau pembuahan buatan seperti bayi tabung). Sebaliknya, anak tidak dapat memutuskan lahir sendiri di dunia. Itu sepenuhnya keputusan orang tua.

Pada kenyataannya, tidak ada anak yang dapat memilih orang tuanya. Entah itu kaya atau miskin, berkedudukan tinggi atau rendah, beragama A atau B, di negara damai atau penuh peperangan, orang tua yang bijak atau tidak peduli.

Yang pasti, saya kini beranggapan bahwa keberadaan anak di dunia ini merupakan tanggung jawab penuh orang tuanya. Penuh oleh ayah dan ibunya, tanpa terbagi kepada orang lain.

Siapa suruh punya anak jika tidak mampu mencukupi kebutuhannya, mengurusnya dengan baik, dan membimbingnya dengan benar?

Siapa yang tidak berpikir panjang atas konsekuensi hubungan seks yang memungkinkan pembuahan?

Maka, betul apa yang dikatakan oleh Husein bin Ja'far Al-Hadar atau biasa dikenal Habib Ja'far. Banyak orang yang tidak sadar bahwa kata durhaka itu bukan hanya dapat dilekatkan pada anak, melainkan juga pada orang tua.

Ya, sebenarnya orang tua pun dapat durhaka pada anaknya. Orang tua yang menelantarkan anaknya, orang tua yang tidak peduli dengan tumbuh kembang anaknya, orang tua yang toxic, orang tua yang tidak mampu menjadi orang tua seutuhnya.

Oleh karena itu, sejatinya tanggung jawab orang tua tidak hanya sebatas karena kita berstatus orang tua dari si anak, tetapi juga karena orang tua merupakan penyebab awal dari kehadiran mereka di dunia ini, penyebab awal dari kebahagiaan yang mereka alami (jika mereka bahagia) sekaligus kesengsaraan mereka (bila mereka sengsara).

Lalu, apabila saya kaitkan dengan isu overpopulasi dan tuntutan zaman yang penuh dengan dinamika, saya hanya mampu berkata kepada anak-anak saya ...

"Nak. Terima kasih atas kehadiran kalian yang membahagiakan Ayah. Maafkan Ayah apabila suatu saat kalian ingin menyalahkan Ayah. Dan ... tolong kuatkanlah diri kalian sendiri (fisik, mental, iman) sampai waktu yang telah ditentukan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tumpah SampahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang