Kerja Kelompok

400 36 1
                                    

Keesokan hari tiba dan Eren sedang berjuang untuk bangkit dari tempat tidurnya. Sayangnya ternyata tubuhnya lebih memilih untuk melanjutkan tidur panjangnya yang mungkin akan selesai saat tsunami melanda.

"Eren bangsat, bangkit sayang, kamu kan ada kerja kelompok sama Levi!" Seruan terdengar dari samping telinganya tapi iya tak menghiraukan. Kembali ia molor tidak mempedulikan sekitar. Alhasil orang yang berusaha membangunkannya tersebut mencapai batas kesabarannya. Ditendangnya Eren hingga terjatuh dari kasur tapi tetap tidak dipedulikan. Tetap saja ia tidur seolah dia adalah mayat.

"Renn!! Bangun lo kebo!! Hewan dipukul bisa nurut! Elu apa perlu gw sembelih dulu baru bangun?!!!"

Alhasil, orang tersebut naik keatas badan Eren dan mulai menampari pipinya hingga merah.

Plak, Plak, Plak!

Ditamparnya Eren bolak balik hingga akhirnya mayat tersebut mulai membuka mata.

"Demiiiiiii tuhaannnnnnnnnnnnnn~ gua berasa bakal menuju ke langit ketujuhhhhhhhh~ sakit banget bundaaa~"

"Bunda mata lo. Lu liat nih siapa!" Teriak orang tersebut didepan wajahnya hingga membuat Eren melebarkan matanya.

"Anjir, bidadari!"

"Gue cowok!"

"Oh iya, bidadara!"

"Perlu gue colok mata lu baru nyadar?" Tanya orang tersebut sambil memegang obeng hingga Eren langsung bangkit dan membuat orang tersebut berguling ke samping.

"Lu kok ada dirumah gue?!!!" Eren ditatap datar olehnya.

"Kerja kelompok. Lu liat nih dah jam berapa." Eren menoleh kearah jam.

"Jam dua belas??"

"Hmm...and lu masih kebo ampe jam segini. Lu mau nyuruh gue nunggu disana ampe berapa lama dicafe? Nunggu gue beranak satu dulu baru lu dateng?"

"Emang lu mau nikah sama siapa ampe buat anak?"

"Suka suka gue dong."

"Kalau sama gue mau gak?"

"Boleh lah."

'Anjir, diterima beneran. Tapi boleh lah. Eh gue dah punya pacar bangsat.' batin Eren.

"Jadi ngapain lu langsung ke rumah gue? Kan bisa nelpon vi..." Levi menatapnya geram.

"Lu kira gue mau ke sini gitu aja? Bunda yang nyuruh gue dateng ke sini bangunin elu."

"Bunda?"

"Emak lu."

"Deket banget ampe manggil bunda."

"Emak lu yang nyuruh."

"Iya deh. Btw emak gue dimana? Tumben ga ngebangunin gue." Levi menghela nafas.

"Mereka pergi liburan."

"Hah?! Kemana?!"

"Hawaiii~"

"Liburan ga ngajak ngajak."

"Dih kek anak kecil aja tukang ngambek."

"Ya kan pengen ikut."

"Lu kan mesti sekolah bego." Levi bangkit dan mengulurkan tangannya ke arah Eren. Eren meraih uluran tersebut dan bangkit.

"Mandi lu nyet, gue nunggu dibawah."

"Ga jadi ke cafenya?"

"Disini aja ngerjainnya."

"Oke lah." Levi keluar kamar dan Eren melihat pantulan bayangannya di cermin.

"Bangsat! Levi tadi ngeliat dengan penampilan begini?! Duhh malu banget....." Sementara Levi yang mendengar seruan tersebut dari luar hanya terkekeh kecil.








Eren sudah selesai berpakaian dan pergi menuju ruang tamu dimana Levi berada.

"Trus kita neliti apa nih?" Tanya Eren langsung dan duduk disofa dihadapan Levi.

"Lu ngomong seolah-olah gue dah tau apa yang bakal kita lakuin."

"Ya kan elu yang ngajak ketemuan-"

"Pasti tuh otak ga dipake buat mikir kan. Pasti lu langsung molor." Dan yah Eren tak dapat berkutik.

"Lu mau yang mudah apa sulit?" Tanya Levi.

"Mudah."

"Panjang atau pendek?"

"Pendek."

"Bisa ngejelasinnya ga nanti?"

"Umm..."

"Lu udah minta yang mudah dan singkat tapi disuruh ngejelasin aja ga bisa? Dasar beban."

'Anjir, nyelekit banget dihati.' batin Eren.

"Yaudah kita bikin penelitian yang paling mudah aja." Ujar Levi.

"Cara nanam kacang hijau?"

"Cara buat anak." Eren terdiam dengan mulut ternganga.

"Ga salah nih?" Tanya Eren memastikan.

"Ga salah. Mudah, singkat, padat."

"Ehh... Oke deh, mulai dari mana dulu?"

"Mulai dari PW WiFi. Password-nya apa?"

"Jaeger gans"

"Jadi emak lu ganteng juga gitu."

"Ga ya gitu juga beb."

"Matamu 'beb' ga sudi gue jadi simpanan." Ujar Levi sambil mencoba menghubungkan jaringan WiFi ke handphonenya.

"Kalau resmi and satu satunya mau?" Levi melirik Eren sebentar.

"Not bad. Boleh kalau ada kesempatan."

"Kalau gitu kapan kapan lah."

"Ya kapan?"

"Ya kalau gue dah putus sama Historia."

"Ga sudi gue jadi pelarian."

"Eits siapa bilang?"

"Lalu apaan?"

"Yah kira kira gue bakal nyoba buat mulai mencintai lu."

"Ya sama aja gue jadi pelarian lu karna lu putus dan ga bakal dapat kasih sayang dari tuh cewek lagi." Levi tetap menatap handphonenya dan mulai mencari informasi terkait penelitian mereka.

"Ga tuh. Kan gue ga cinta sama dia." Nah, sekarang Levi mematikan handphonenya dan menatap Eren sepenuhnya.

"Maksud lo?"

"Ya gitu, gue ga cinta sama dia."

"Terus kenapa lu nerima dia jadi pacar lu?"

"Yah gue risih dia ngejar-ngejar gue tiap hari and ngegoda gue kayak cabe. Jijik tau ga."

"Ya kan tinggal lu tolak."

"Udah. Tapi dia maksa. Lagian dia juga nawarin tubuh dia. Ya gue terima aja."

"Ciri-ciri fuckboy."

"Ya ga salah. Tapi ini pertama kalinya gue tertarik sama orang."

"Trus siapa orang yang beruntung itu?"

"Elo lah. Siapa lagi?"











TBC
Maaf typo:)
Votmen!

Remember YouWhere stories live. Discover now