deForsaken [3] Lady yang arogan (3)

234 31 0
                                    

Bayangan barusan mampu memantik rasa penasaran Thea. Dengan penuh hati-hati, ia membuka pintu balkon.

Kritt.

Derakan kasar terdengar jelas karena malam yang sepi.

"Uhuk, uhuk--" Thea sedikit terbatuk, debu di balkon menumpuk tebal. Ia ingat, mungkin terakhir kali ia menyentuh balkon ini adalah 3 bulan lalu.

"Hm ... bayangannya pergi," gumamnya pelan.

Perlahan, Thea menyentuh dinding pembatas balkon yang penuh dengan debu tebal.

Sesaat kemudian, gadis itu menepuk-nepuk bagian dinding pembatas atas dan menaruhkan kepalanya di sana, dengan beralaskan tangannya yang kecil.

"Bayangan tadi apa, ya?"

"Ah, jangan-jangan itu siluet ayah yang mau memberiku roti?" Tawa kecil keluar dari bibirnya yang sedikit pucat.

Krukkk ....

"Ugh, aku masih lapar." Thea kembali memegang perutnya yang terasa sakit.

Sudah 3 hari ia hanya bertahan dengan air kolam dan roti kering sekeras batu. Thea bahkan harus memukul roti itu dengan batu di pinggir kolam agar bisa memakan rotinya.

Thea, kau lapar?

Deg.

Sebuah suara tiba-tiba terdengar lirih di telinganya.

"Hei! Si-siapa kau?" Gadis itu mundur beberapa langkah. Tubuhnya gemetar? Apa ini suara hantu?

Hei, aku bukan hantu! Enak saja! Kalau kau kelaparan, aku ikut menderita di sini.

Gadis itu terhenyak sebentar. "Ta-tapi kau makhluk apa?"

Haah, bisakah kau makan dulu? Sudah kubilang, kalau kau kelaparan, aku juga menderita.

"Tapi ... aku tidak punya makanan sama sekali." Kepalanya tertunduk, sesekali mempertanyakan takdirnya yang menyedihkan.

Huh! Itu hal gampang, makanya kau harus sedikit berani.

"Memang aku harus apa?"

Hohoho, kalau mereka tidak memberi, ya kita curi!

"Hah?! Aku tidak mau mencuri!"

Haah, kau mau aku mati lemas di dalam sini?

Thea terpekur sebentar. "Kalau aku lapar? Kau menderita, ya?"

Yah, bisa dibilang begitu.

"Berarti selama ini kau juga ikut menderita?"

Hening menyeruak sejenak. Sesaat, suara aneh itu berdeham pelan.

Entahlah, mungkin begitu?

"Ah, kalau begitu maaf--" Suara Thea sedikit bergetar di ujung kalimatnya.

Sudahlah, lagipula itu bukan salahmu.

"Eh, tapi kenapa baru sekarang kau berbicara denganku?"

Karena hari ini kau ulang tahun. Selamat ulang tahun ke Thea, semoga kau selalu bahagia.

Thea tersenyum sumringah, selama 12 tahun ia hidup, baru kali ini ia diberikan ucapan selamat ulang tahun.

"Apa hubungannya dirimu dan ulang tahunku?"

Ahh, nanti aku jelaskan. Yang penting kau makan dulu sana, aku hampir mati lemas, tahu!

"Hmm, baiklah, kau tunggu di sini ya? Aku akan menyekinap ke dapur."

deForsakenWhere stories live. Discover now