³⁰. tigapuluh

7.6K 1.2K 200
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 💛

Happy reading 💗







Shareen meletakkan sapu ke ujung tembok, dia juga menghapus papan tulis di depan, itu semua dia lakukan karena jadwal piket.

Dia kembali teringat kejadian kemarin—dua hari lalu, Sunghoon meninggalkannya di sebuah penginapan tanpa mengatakan apa-apa. Entah dia marah atau bagaimana, sampai sekarang Shareen belum bertemu dengannya.

Cowok itu tidak meninggalkan kabar padanya.

Tidak sengaja indra pendengarannya terusik oleh nama Sunghoon.

"Lo tahu, gak? Denger-denger temennya Kak Sunghoon balik dari Amerika."

"Kak Heeseung? Bukannya dia di sini?"

"Ck, dulunya kan mereka bertiga."

"Loh, siapa? Gue anak baru, mana tahu yang begituan. Eh, tapi kalau beneran bertiga, artinya ganteng juga, dong?!"

"Parah banget liat mereka bertiga."

Para penggosip itu mengunci bibirnya menyadari kehadiran seseorang di depan pintu.

"Yang namanya Jung Shareen." Kedua lengan Heeseung terlipat di depan dada. Dia berdecak saat matanya kemasukan debu. "Yang ngerasa namanya Jung Shareen, buruan ke sini."

Semua mata tertuju pada Shareen. Si empu nama pun menghampiri.

"Saya?"

Heeseung mengusap kelopak matanya yang terasa perih. "Iya, iya lo. Ikutin gue." Dia berbalik arah membelah koridor yang berbisik-bisik ria, Shareen yang berada di belakang mengekor.

"Mau ke tempat Sunghoon ya, Kak?"

"Wih, pantes aja Sunghoon gak langsung ngabisin lo. Lo aja gak sayang nyawa nyebut namanya gitu. Seumur hidup, yang ngelakuin itu langsung dibuat tittt sama Sunghoon."

Tittt?

"Tapi kayaknya lo istimewa, jadi gue bocorin nama panggilannya. Hoonie."

"Hoonie...?"

"Ho'oh. Kapan-kapan panggil gitu, deh. Hoonie tipe bucin kalau kata gue, buktinya dia nempel terus ke gue." Seharusnya itu lucu, kan? Namun raut wajah Heeseung menunjukkan keseriusan tanpa sedikit pun bercanda. "Btw, lo bilang apa ke dia kemarin? Brutal banget ngabisin dua cewek."

Kalimat itu terdengar ambigu bagi Shareen. Tapi dia tidak bisa menghentikan pikirannya yang mulai menjalar ke mana-mana.

"Bercanda. Tegang amat muka lo. Enggak dua, kok, cuma lima."

Raut Shareen bertambah pucat. Heeseung tidak melewatkan ekspresi itu.

"Dari dulu seleranya Sunghoon gak berubah. Pantes."

"Gimana, Kak?"

"Lo terlalu manis, sih."

Tidak beberapa lama, mereka tiba di sebuah ruangan putih yang Shareen tidak ketahui itu ada di sekolahnya. Sesampai di sana, tidak ada siapa pun seperti yang Shareen pikir.

"Nyariin Sunghoon? Oh, lo salah. Gue ngajak lo ke sini cuma ngasih ini. Gue males ngambil lagi." Dia memberikan paperbag. "Sunghoon-nya lo cari sendiri."

Berkas.

"Dari Kak Sunghoon?"

"Lebih aneh kalo dari gue."

Itu adalah tanda tangan hak waris. Harta orangtuanya yang diturunkan padanya jika sudah berusia 18 tahun. Bagaimana bisa? Sunghoon yang mendapatkannya? Bahkan Shareen tidak mengerti perkataan papanya kemarin. Jelas-jelas orangtua aslinya sudah membuangnya, kan? Dan, sejak kapan mereka meninggal? Shareen tidak tahu menahu karena saat itu masih kecil.

Psychopatic Guy✓Where stories live. Discover now