³⁸. tigapuluh delapan

6.1K 1K 313
                                    

Udah follow aku belum?😊

Oh iya buat yang belum kenal, jangan panggil aku THOR/AUTHOR, aku punya nama loh, panggil shella/shell/kashell aja yaa🥀

Makasih buat yang nungguin story ini ❤️

Happy reading 💗






Setelah kejadian di taman itu, Shareen terus merasakan jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, menggelikan sekaligus menyenangkan. Ketika maniknya tak sengaja bertubrukan dengan Sunghoon, gadis itu akan tersenyum kikuk menutupi gelagat aneh yang sebenarnya ingin keluar. Apalagi mereka berada dalam satu rumah yang sama. Saat Sunghoon tak sengaja menyentuh lengannya, dia akan salah tingkah sendiri.

Senyum di bibirnya masih mengembang selagi membawa buku-buku pinjaman kelasnya yang akan dikumpulkan ke perpustakaan.

Baru saja selesai menyusun buku-buku, dia terlonjak kaget kala Jay tiba-tiba menyembulkan kepalanya dari salah satu rak.

"Hai, Shanis."

"Shanis?" Alis Shareen langsung berkerut.

"Shareen manis hehehe."

"Nama aku Shareen bukan Shanis." Dia mengisi buku tamu perpustakaan pertanda sudah mengembalikan buku. Setelah selesai, dia hendak berangkat, suara dari Jay mengalihkan pandangannya.

"Liat nih, ini buku-buku kesukaan aku."

Mulanya Shareen tetap ingin mengabaikan, tetapi buku yang diangkat tinggi-tinggi oleh Jay itu mencuri seluruh atensinya.

"Hutan dan Bulan Penyihir?!" Bola mata gadis itu yang sudah bulat semakin membulat. Tanpa sadar dia mendekat. "Kamu suka ini? Aku kira cuma aku yang dikira aneh karena baca ini."

"Idih aneh, siapa yang bilang kamu gitu? Lagian gak cuma buku itu, satu rak penuh ini udah jadi koleksi aku semua. Udah aku cek dan beberapa gak lengkap, sama kamu gak sih?" Ditatanya satu rak berisi buku-buku dongeng misteri yang juga menjadi favorit Shareen itu.

"Ah iya, ada beberapa aku pinjemin ke temen aku. Kamu beneran suka dongeng beginian?" Tangannya terjulur mengambil salah satu buku.

Jay berdecak, "Justru ini tuh udah jadi makanan sehari-hari. Mau baca berulang kali gak bakal bosen." Dia menjentik jari dengan semangat, "Chapter 15, inget gak pas kelinci bilang 'momen paling berharga adalah melupakan sebuah kenangan menyakitkan' itu tuh paling berkesan!"

Mata Shareen ikut berbinar, "Bener! Selain itu ada di chapter 28!"

"Tupai mati?" tebak Jay langsung.

"Iya!"

"Gila, aku juga suka bagian itu!"

"Di situ sedih banget, air mataku gak berhenti keluar." Dia tertawa.

Jay terbahak. Tidak dia sangka seleranya tidak jauh beda dari Shareen. Apa ini sebuah kebetulan atau bagaimana? Soal pesawat terbang itu juga Jay tidak berbohong, entah bagaimana tepat sekali Shareen orangnya. Jay sama sekali tidak merencanakannya. Gila, bukan? Di sisi lain Jay merasa itu adalah sebuah takdir, memudahkannya untuk mencapai tujuannya.

"Mau ke toko buku bareng, gak?"

"Mau!" jawab Shareen refleks, detik berikutnya dia membekap bibirnya sendiri. Saking semangatnya membahas buku-buku yang sedari kecil sudah menarik perhatiannya dia tidak sadar menjawab hal tersebut. Selama ini Shareen tak pernah bertemu orang yang sefrekuensi dengannya, dia pikir hanya dia yang aneh di antara banyaknya orang memilih novel atau komik percintaan. Melihat Jay saat ini bagai hal mustahil yang pernah ada.

Psychopatic Guy✓Where stories live. Discover now