CHAPTER 8 - SCARS

231 20 1
                                    

Disclaimer : All the pics i use in this book isn't mine..


Happy reading..


-AUTHOR POV-


Di rumah sakit..


Saat sampai di rumah sakit, Seokjin dengan tergesa membawa V ke IGD dan bergegas meminta tolong suster dan dokter yang sedang bertugas pada sore itu. Setelah V berada ditangan yang tepat, Seokjin di minta oleh suster untuk pergi mengurus administrasi di depan. Tanpa banyak kata, Seokjin berjalan ke meja bagian administrasi dan mengurus segala sesuatunya disana. Berhubung ia sudah mengetahui identitas V, Seokjin dengan cepat mengisi formulir yang diberikan oleh petugas administrasi. Selesai dengan urusan administrasi, Seokjin menyusul V yang tadi dibawa oleh suster.


Seokjin tau dari suster bahwa V sekarang sedang berada di ruang operasi akibat luka tembak yang diterimanya tadi. Tidak sampai lima menit, Seokjin telah menginjakkan kaki nya di depan ruang operasi. Berjalan ke depan, ke belakang, begitu seterusnya entah berapa kali. Hingga kemudian ia memutuskan untuk duduk. Melipat kedua tangan di depan dada, berdoa dengan tulus agar Tuhan menyelamatkan nyawa pria es batu yang ada di dalam sana. Seokjin memejamkan mata erat. Jika pria es itu tidak selamat, entah apa yang akan terjadi pada Seokjin.


Sebenarnya Seokjin memiliki trauma yang lumayan dalam mengenai ruang operasi. Hal itu membuatnya benci ruang operasi. Ini untuk pertama kalinya setelah lima tahun, Seokjin kembali menginjakkan kakinya di depan ruangan yang dikhususkan untuk melakukan operasi tersebut.


Seokjin membuka matanya saat sang dokter keluar dari ruang operasi dan ingin berbicara kepadanya. Sang dokter mengatakan bahwa operasinya sukses. Peluru yang mengenai pinggang V tidak terlalu dalam, namun jika saja Seokjin terlambat membawa V ke rumah sakit, nyawa V bisa saja tidak selamat akibat kekurangan darah. Seokjin menghela napas lega, setelah mengucapkan terima kasih, sang dokter beranjak pergi meninggalkan Seokjin. Sebelumnya Seokjin telah diberi tau bahwa ia bisa menjenguknya segera setelah mereka memindahkan V.


SKIP..


Kini Seokjin berada di ruang IGD tempat dimana V beristirahat pasca operasi. Dapat Seokjin lihat V terbaring dengan selang infus yang tertancap di lengan dan sudah di pakaikan seragam khusus pasien. Sebelum keluar, suster berpesan ke Seokjin, seandainya sang pasien sadar, Seokjin di minta untuk mengawasi agar pasien tidak banyak bergerak dulu sementara. Jika V telah sadar sepenuhnya, suster akan memindahkan V ke ruang rawat inap. Untuk sekarang, V di letakkan di IGD agar para dokter dan suster bisa mengontrol keadaan V dan langsung melakukan penanganan.


Seokjin hanya duduk di samping ranjang pesakitan V melihat kosong ke arah V. Tidak, lebih tepatnya ke arah perban V. Sebenarnya seokjin marah pada V yang menyelamatkannya sore tadi. Mengapa ia tidak dibiarkan mati saja. Bukankah lebih baik mati dan meninggalkan dunia yang sesak ini ketimbang ia harus tersiksa menghadapi mimpi yang rutin mendatanginya hampir setiap malam. Membuat tidurnya tidak lelap dan terus dihantui rasa bersalah yang bahkan tidak seharusnya ia rasakan. Egois memang, tapi itulah yang tadinya Seokjin inginkan. Ia lelah, sungguh lelah. Permainan apa yang Tuhan  mainkan untuk dirinya, dosa apa yang ia lakukan hingga Tuhan menghukumnya atas kesalahan yang bahkan tidak ia perbuat. Dan lagi, ada apa sebenarnya dengan pria bernama V yang sekarang sedang terbaring damai didepannya. Mengapa Seokjin merasa terikat akan sosok yang bahkan belum lama ini ia kenal. Tidak, mereka bahkan tidak berkenalan resmi. Hanya Seokjin seorang yang memaksa untuk mengetahui nama dari pria itu.

INNOCENT EVIL | TAEJINOù les histoires vivent. Découvrez maintenant