Bab 8

154 24 0
                                    

●● Disebuah ruangan di bawah castil ●●

"Kakak, ayo kita pergi ke telaga bersama-sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kakak, ayo kita pergi ke telaga bersama-sama. Sudah lama bukan kita tidak menghabiskan waktu di sana"

"Bukankah kalian berdua sudah ke sana?"

"Hanya aku dan kak Kagura, bukan bersama kalian bertiga" Lucia memopotkan bibirnya.

"Baiklah, setelah selesai dengan ini kita ke sana"

"Sungguh?" Binar mata Lucia dengan ucapan dari kakak tertuanya Iris yang lalu ia jawab dengan anggukan.

"Ivona bisa kau bantu Hanabi sebentar, kakak mau meminta izin pada Ibunda" Tanpa basa-basi Ivona mengambil alih pekerjaan Iris dan membantu Hanabi.

*
*
*

●● Sampai di telaga mereka menyeburkan diri kedalamnya ●●

"Oh!" pekik Ishid melihat Lima gadis muncul dari sisi lain telaga. Membuat kelima gadis itu terkejut begitupun yang lainnya.

[~Sisi lain telaga~]

"Bukankah kau gadis yang bersama dengan Yustaf  hari itu?" Serunya lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bukankah kau gadis yang bersama dengan Yustaf  hari itu?" Serunya lagi.

"Dan kalian gadis yang menyelam ke telaga ini kemarin" Leonardo dan juga Emel menatap tidak percaya ketika mereka bertemu kembali, walau hanya mereka berdua yang tau.

●● Iris berjalan di ikuti ke empat saudarinya di belakang, anehnya pakaian ke Lima gadis itu tidak basah sama sekali ●●

"Kita berjumpa lagi" sapa iris kepada mereka dengan senyum tipisnya.

"Kakak..." Sentuh baju Iris.

"Tidak apa-apa, mereka orang baik Iv"

"Tapi..." Melihat Damian dengan sorot mata tak suka.

"Tenang saja, jika dia memberitahu. Kau bisa menjahilinya" kekeh Iris melihat wajah Damian.

"Aku tidak ada niat untuk bercerita, jadi tenang saja" ucapnya mencairkan suasana.

"Sebelum itu, bisakah kita berkenalan?" Pinta Carl yang mendapat tatapan dari ke Lima gadis tersebut.

"Berkenalan? Saya tidak berminat untuk berkenalan dengan kalian" Hanabi berjalan keluar lebih dulu.

"Astaga, jahat sekali wanita itu" tanpa sadar Emel berucap.

"Maafkan dia, adikku memang seperti itu pada orang asing"

Deg!

●● Seperti sebuah duri yang menusuk jantungnya, Yustaf langsung memegang dadanya yang terasa sesak ketika gadis di depannya mengucapkan kata orang asing ●●

"Yus, kau tidak apa-apa?" Khawatir melihat Yustaf Claude memegang lengannya.

"Tidak, aku baik-baik saja kak"

*
*
*

●● Di sebuah tempat yang tidak jauh dari sisi lain telaga tadi, ada sebuah pemandangan indah membentang  ●●

●● Di sebuah tempat yang tidak jauh dari sisi lain telaga tadi, ada sebuah pemandangan indah membentang  ●●

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Wah, ada tempat seperti ini juga ternyata"

"Memang benar jika hutan ini begitu misterius, terlebih dengan julukannya"

"Memang apa julukan hutan ini?" Tanya Ivona.

"Hutan Kematian" jawabnya pada Ivona.

"Hutan dimana para Demon tinggal" tambah Claude.

"Tapi siapa sangka hutan ini memiliki keindahan tersendiri" kali ini adalah Leonardo.

"Jika para manusia itu tidak serakah, mereka tidak akan mati" nada dingin itu beralih pada gadis bermata kucing yang sorot matanya kian menajam.

●● Yustaf yang seakan mengenal sorot mata itu dengan sigap menutup telinga gadis tersebut, membuat semuanya tercengang ●●

"Tidak usah di dengar" serunya yang lagi-lagi membuat semuanya melotot.













































°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

N
E
X
T

P
A
R
T

👋🏻

The Demon Castel Where stories live. Discover now