Bab 14

124 22 0
                                    

●● Pagi berikutnya Iris beserta para pangeran mencari apa yang menjadi tujuan mereka ●●

"Bisakah kau tidak mengikuti ku?" Iris.

"Bukankah kita satu tim?" Yustaf.

"Dan bukankah aku sudah menyuruh untuk tidak mengikuti ku? Aku ke selatan, kau ke timur" kesalnya.

"Jika aku tersesat bagaimana? Hutan ini kan berbahaya" Iris merotasi matanya.

"Kau tetap saja menyebalkan" gumamnya.

"Maksudmu?"

"Apa?! Intinya kita pergi sendiri-sendiri! " Nyolot.

"Tidak, aku tidak mau" kekehnya. Iris hanya menghela nafas.

"Memangnya kenapa, kau tidak mau bersamaku?"

"Bukannya kau yang meninggalkan ku" tanpa sadar Iris berkata demikian yang membuat Yustaf bingung.

"Kapan aku meninggalkanmu, sejak tadi kau yang meninggalkan ku"

"Sudahlah, ingat! Ikuti tepat di belakang ku jika kau tak mau tertinggal" Iris melangkahkan kakinya.

"Sikapnya berubah-ubah" batin Yustaf.

●● Yah, Iris akan menjadi sedikit emosional ketika pulang dari Istana itu ●●

*
*
*

"Bolehkah aku bertanya?" Iris menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bolehkah aku bertanya?" Iris menoleh.

"Tanya apa?" Sedikit ketus.

"Apakah sikapmu selalu seperti ini?"

●● Mereka berdua istirahat di tepi sungai setelah dua jam perjalanan. Yah, mereka berjalan kaki ●●

"Kenapa? Kau tidak suka?" Tatap Iris.

"Iya" Yustaf yang berkata demikian membuat Iris berdecak.

"Tapi... Aku merasa nyaman di dekatmu, ya walaupun kau bersikap seperti ini" pandangan Yustaf lurus sedangkan Iris kini menatapnya.

"Kau tau?" Tolehnya.

"Bagaimana aku bisa tau jika kau tidak memberi tau" merotasi matanya, membuat Yustaf terkekeh.

"Aku merasa kita dekat, entah karena apa. Itu membuatku penasaran dengan mu" Yustaf menatap Iris yang tengah memandang lurus ke depan.

"Apa boleh aku tau lebih dalam tentang mu?" Pintanya.

"Tidak, kau dan aku berbeda" Iris berdiri.

"Ayo, di sini berbahaya jika malam" Ajaknya.

"Lalu?" Tanya Yustaf yang masih duduk.

"Demon dan Manusia. Bukankah itu sungguh berbeda" jawabnya dengan wajah datar. Lalu ia melangkahkan kakinya.

"Jika kau mau di sini terserah" ucapnya sambil berjalan.

*
*
*

"Ishid ini bukan yang kau cari?" Hanabi.

"Kau benar, bagaimana kau bisa menemukannya secepat itu?"

"Aku selalu melewati daerah ini jika sedang bertugas, jadi wajar jika aku tau"

"Ya baiklah, ayo kembali"

"Sudah malam, kita pergi ke tempat peristirahatan. Ayo ikuti aku"

●● Dengan tanaman yang sudah di dapat, Ishid dan Hanabi pergi ke tempatnya peristirahatan ●●

*
*
*

"Kalian sudah di sini?" Hanabi.

"Kami sudah dari tadi di sini, tapi kak Iris belom datang" Lucia.

"Kak Ishid, kau mendapat apa yang kau cari?" Ishid mengangguk dan menunjukkan tanaman tersebut.

"Kalian?" Ishid bertanya.

"Aku dan Leonardo juga sudah mendapatkannya"

"Itu artinya misi kita selesai" Leonardo.

"Baguslah, kalau misi kalian sudah selesai" Hanabi.

"Sepertinya kau sangat senang jika kami pergi dari sini" Carl yang baru datang.

"Kenapa? Kau mau tinggal di sini hah?!" Ivona.

"Tsk, kenapa sih kau nyolot sekali padaku?" Geram Carl.

"Kau masih bertanya? Dasar"

"Jujur ya, kalau boleh tau kenapa kalian sangat tidak suka pada kami?" Carl.

"Yang terlahir menjadi manusia, lebih baik diam saja" Kagura.

"Jika bukan terlahir sebagai manusia? Lalu sebagai apa? Seperti kalian?" Jawab Carl tidak percaya.

"Ck, lihat? Siapa dia berani berkata seperti itu" Lucia merotasi matanya.

"Apa maksudmu?" Emel.

"Cih jika bukan karena mereka berdua, memangnya ini akan terjadi" batin Kagura.

●● Semua berada di tempat peristirahatan kecuali Iris dan Yustaf yang masih melanjutkan perjalanan, tempat dimana tanaman itu lumayan cukup jauh yang mengharuskan mereka tidak bisa bermalam di tempat istirahat ●●







































































°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

N
E
X
T

P
A
R
T

👋🏻

The Demon Castel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang