Opening Scene

1.3K 80 0
                                    

20 September 2000, Damyang-gun, Jeolla Selatan, Korea Selatan.

Dunia dipenuhi berbagai macam makhluk hidup. Baik itu makhluk yang bisa dilihat dengan mata telanjang atau makhluk mikroskopik yang bisa dilihat menggunakan alat-alat tertentu, atau mungkin makhluk tak kasat mata sekali pun. Di dunia ini, masih banyak misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan oleh manusia, sebagian bisa terpecahkan dengan bantuan teknologi, sebagian lagi hanya mengandalkan akal dan logika.

Dunia mempunyai segudang misteri yang membuat penasaran, contohnya Witcher, Elf, Unicorn, Werewolf, Banshe, Gumiho, Siren, dan berbagai makhluk supranatural lainnya. Orang-orang zaman dulu percaya adanya makhluk-makhluk tersebut, mereka percaya pada hal-hal diluar nalar manusia normal. Berbagai bukti yang ditemukan menjadi daya tarik utama para arkeolog atau pecinta sejarah untuk mengupas lebih dalam terkait makhluk-makhluk tersebut, meskipun kemungkinannya sangat kecil.

Namun kenyataannya, makhluk-makhluk seperti itu ada. Hidup berdampingan dengan kita semua. Bersembunyi dan mempunyai identitas yang berbeda, mempunyai kekuatan diluar nalar manusia. Mereka bisa menjadi baik atau jahat sesuai tekad yang dimiliki, mencintai atau membenci.

Disebuah rumah yang berada di seberang pemukiman, satu keluarga tengah menikmati hidangan makan malam yang baru dibuat oleh mereka. Mereka menikmatinya dengan canda tawa di sepanjang malam, sambil berbagi cerita satu sama lain. Kedua orang tuanya saling bertatapan, ekspresi wajah mereka tidak bisa ditebak dan seakan-akan jika kesedihan akan terjadi.

Namun, hari itu adalah hari terakhir keluarga tersebut berkumpul satu sama lain. Saat lolongan keras terdengar sangat jelas, saat suara lonceng terdengar jelas karena angin, semua setelah itu hanya menyisakan sesuatu yang tak seharusnya terjadi.

Bulan purnama sedang terjadi. Sebuah mata merah muncul di kegelapan, makhluk yang sangat terkenal oleh orang-orang dan dianggap sebagai pertanda buruk itu siap untuk melakukan yang seharusnya dilakukan.

"Apa yang—"

Semuanya terjadi dalam sekejap saja tanpa hitungan detik, tanpa persiapan yang matang. Pintu rusak, cakaran pada setiap benda atau dinding rumah, bau amis yang tercium sangat menyengat pada hidung, suara teriakan menggema di seluruh ruangan, puluhan anak panah yang menancap pada dinding dan udara musim gugur yang membuat tubuh menggigil.

"Cepat bawa adikmu pergi!" Ibunya menyuruh mereka pergi dari sana. Kakaknya membawa adiknya keluar rumah namun sepertinya itu sia-sia, werewolf itu melihat mereka dan mendekatinya dengan cepat. Kakaknya mendorong adiknya hingga kepalanya terbentur keras ke dinding, makhluk itu mencakar punggung Kakaknya hingga darah mengalir keluar dari luka.

"M—aafkan aku, H—" Kakaknya tewas setelah menerima luka yang sangat serius. Semuanya dibantai dalam satu malam, tidak menyisakan apa pun. Hanya seorang gadis kecil yang tergeletak di dekat tangga dengan kepala yang berlumuran darah akibat terbentur keras ke dinding, matanya sedikit terbuka dan melihat sesosok makhluk berbadan besar dengan tangan bercakar yang berlumuran darah sedang berada di depan mayat Kakaknya.

"Satu persatu keluarga pemburu sudah dihabisi!"

Satu lagi makhluk yang terlihat mirip mendekatinya, namun makhluk yang baru saja datang terlihat seperti tidak kuasa melihat apa yang baru saja terjadi, berbeda dengan yang satunya. Setelah itu, perlahan matanya mulai menutup dan hanya sedikit yang bisa didengarnya jika kedua makhluk itu sedang berkelahi satu sama lain.

***

Autumn Flowers (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang