Chapter 1.5 | Sadar

81 11 3
                                    

"Semua cepat berlalu hingga tanpa sadar sudah kehilangan semua kepercayaan tanpa sebuah pembuktian."

💅💅💅

Mereka yang ada di ruangan tersebut seketika tegang menunggu penjelasan dokter mengenai Raja. "Jadi, begini ... Nak Raja sudah mulai membaik, sistem sarafnya juga sudah mulai berfungsi. Itu adalah respon saraf yang terjadi jika keadaan tubuh mulai membaik. Saya prediksi, Raja akan sadar beberapa jam lagi. Jika sadar, kalian bisa memanggil saya lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut," cakap dokter tersebut.

"Baik dokter, terima kasih atas pemberitahuannya," jawab Casia.

"Kalau begitu, saya permisi." Dokter pun keluar dari ruangan diikuti oleh suster dibelakangnya.

Setelah dokter pergi, Casia menghampiri anaknya. "Raja, kamu cepat sadar ya, Nak. Mama menderita liat kamu seperti ini, kalau kamu sadar, mama janji akan carikan kamu mata pengganti agar bisa melihat dunia lagi."

Altezza yang melihatnya hanya bisa terdiam, dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Dia bisa merasakan betapa menderitanya Casia karena melihat keadaan Raja seperti itu.

"Tante nggak makan? Mau Teza beliin makanan?" tawar Altezza.

Casia menggelengkan kepalanya. "Tante nggak pengen makan Al. Tante nggak nafsu makan kalau liat Raja begini," jawab Casia sendu.

"Tapi, kalau nanti Raja sadar dan tau Tante nggak makan gimana? Tante makan aja, biar Teza yang beliin makan. Kalau sampek Raja tau tante nggak makan dia pasti marah," ujar Altezza, berusaha membujuk Casia untuk makan.

"Tapi—" ucapan Casia terpotong akibat seruan dari Ardiaz yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

"Makan!" Membuat Casia yang tadinya ingin menolak menjadi menundukkan kepalanya.

"Teza, om minta tolong ya. Belikan tante kamu ini makanan, apa saja. Ini." Ardiaz menyodorkan uang berwarna merah dua lembar kehadapan Altezza.

"Nggak usah om, Teza bawa bekel kok. Pakek itu aja dulu." Altezza menolak halus pemberian Ardiaz padanya.

"Om nggak terima penolakan! Belikan diri kamu juga makanan, selain teman-teman perempuan kamu yang sering menjenguk, kamu juga sama. Jangan sampai kamu sakit gara-gara merawat Raja, sudah sana. Oh, iya om juga dibelikan makanan ya. Kebetulan om juga belum makan dari pagi," ucap Ardiaz panjang lebar.

Altezza menghela nafasnya, dia hanya bisa menganggukan kepalanya. Tak bisa melawan kehendak Om Ardiaz karena itu benar adanya, Altezza keluar dari ruangan Raja dan berjalan menuju kantin rumah sakit.

Sesampainya di kantin, dia langsung memesan beberapa makanan untuk dirinya, Casia dan Ardiaz. Sedang asik menunggu, bahunya di tepuk dari belakang, Altezza sontak menoleh kearah belakang.

Dilihatnya tiga perempuan di belakangnya. "Loh, kalian!" tunjuk Altezza.

"Hm?" salah satu perempuan tersebut mengernyitkan alisnya.

"Gue kira kalian hari ini nggak bakal jenguk Raja," tebak Altezza.

"Mana bisa gue ninggalin Raja kek gitu. Terus ngapain lo di kantin jam segini? Bukannya seharusnya lo di ruangan?" tanya seorang perempuan yang membawa keranjang berisi buah.

"Gue beliin Om Ardiaz sama Tante Casia makan, sekalian gue juga sih. Sekarang gue tanya balik, kenapa kalian di kantin juga?"

"Gue rencananya nggak ikut nih bocah jenguk sahabat lo itu. Tapi dia maksa dan nyari gue ke rumah! Makan aja belum gue njer, makanya gue minta dia mampir ke kantin beli makan," ketus perempuan dengan rambut pendek.

"Zalfaaa! Jangan kek gitu, kalau mau jenguk Raja nggak harus sama mereka. Emang kenapa kalau gak sama mereka hm? Tinggal telpon gue apa susahnya sih?" geram Altezza dengan perempuan satu ini.

"Tau nih, asal ngajak aja. Gue lagi enak maskeran di spam chat, sama telpon di WA." Kesal perempuan yang ada di samping Zalfa dengan raut wajah cemberut.

Zalfa hanya cengengesan, jelas saja dia mengajak kedua sahabatnya karena tidak ingin terlihat jomblo. Heleh, perempuan satu ini memang aneh, semua orang ingin terlihat jomblo tapi dia tak ingin terlihat seperti itu.

"Ya udah, kalau gitu mo beli apa? Gue pesenin dah." Altezza memilih mengalah, malas berurusan dengan perempuan satu ini.

"Hm... nasi goreng deh, sama es teh. Dibungkus ya? Kalau kalian apa?" tanya Zalfa kearah kedua sahabatnya.

"Gue samain aja kek lo, tapi minumnya air putih biasa. Lo sama gak Va?" Ava menganggukan kepalanya tanda setuju.

"Berarti nasi gorengnya tiga, es teh satu, sama air putihnya dua gitu? Ada tambahan lain? Biar sekalian," tanya Altezza.

Laki-laki tersebut menatap ketiga perempuan yang ada di depannya satu per satu. Mereka yang di tatap hanya menggelengkan kepalanya.

"Berarti nggak ada ya? Gue pesen dulu." Altezza berjalan menuju stand makanan dan minuman lalu memesan pesanan yang Zalfa dkk pesan.

Selang 30 menit, pesanan mereka semua datang. Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka kembali menuju ruangan Raja.

Zalfa mengetuk pintu ruangan Raja. "Masuk!" ujar Ardiaz dari dalam ruangan.

Mereka semua memasuki ruangan, dan apa yang pertama mereka lihat adalah ... Raja, sahabat sekaligus teman mereka sudah sadar namun belum bisa sepenuhnya untuk bangun.

Raja masih dalam keadaan tidur, Casia terlihat menyuapi Raja beberapa buah yang sudah perempuan itu kupas.

Altezza yang melihat Raja, seketika kegirangan. Senangnya dalam hati melihat Raja sudah kembali sadar setelah beberapa hari koma di rumah sakit dan tak bisa menjalankan pembelajaran seperti biasa.

"Raja!" seru Altezza berjalan ke arah Raja dan memeluk laki-laki tersebut, yang di peluk hanya diam tanpa mengatakan apapun.

"Kapan lo sadar?" tanya Altezza.

"Tadi," jawab Raja singkat.

Perasaan Raja teralih pada ketiga perempuan di hadapannya. Raja mengernyitkan alisnya, Altezza yang mengerti akan semua yang dilakukan Raja pun mulai menjelaskannya.

"Jadi, mereka bertiga itu rajin jenguk lo pas masih koma. Kadang mereka nginep juga jagain lo," ujar Altezza memberitahu Raja.

Raja hanya diam mendengar ucapan Altezza. "Lo ... nggak ada tanggapan gitu? Gue sama sahabat-sahabat gue udah mau jenguk dan ngerawat lo selama ini. Lo cuma diem aja gitu? nggak mau bilang makasi?" cerca Zalfa sedikit kesal.

"Nggak."

'What! Gila, pertama kali gue ketemu cowok kek lo anj! Gak tau terima kasih!' batin Ava.

"Raja, nggak boleh gitu dong. Maaf ya Nak Zalfa, Raja emang anaknya rada suka kesel atau badmood gitu. Kalau gitu, tante mau bilang makasi sama kalian semua yang mau ngerawat anak tante selama ini. Tanpa kalian, tante gak tau mau gimana, pasti tante sendiri." Casia berdiri dan memeluk Zalfa.

Zalfa yang dipeluk terkejut, lalu membalas pelukan Casia pelan. "Iya Tante sama-sama, maaf kalau tadi ucapan Zalfa ke Raja agak ngeselin."

"Nggak papa, dianya yang salah," jawab Casia sedikit tersenyum.

TBC

Raja Brawijaya Where stories live. Discover now