Blunt Number 1

9.7K 298 16
                                    

Kamar gelap gulita masih menjadi tempat terakhir kali dirinya merebahkan badan jangkung miliknya dan menutup mata hingga 25 jam, sekarang pukul 03.35 pagi. Jendelanya masih rap- tidak, bahkan matahari belum mengintip sama sekali dari ufuk timur. Kepalanya berdenyut hebat saat mendengar dentuman musik yang sangat keras di pagi buta, entah sejak kamarnya yang kedap suara ini menjadi tipis dan membiarkan semua suara masuk ke dalamnya. Rambut panjangnya terurai begitu saja, bercampur dengan amarahnya yang sudah di ujung kepala. Ia menyeret kaki lemasnya hingga terantuk pintu dan pergi keluar kamar, rambut bagian kanan kepala ia tarik-tarik guna mengurangi rasa pusingnya. Hal pertama yang ia lihat adalah lampu ruang tengah dengan kerlipan disko dan rumbai-rumbai dari pita hiasannya yang berputar mengelilingi bola diskotik itu, ia mengernyit dan segera mengedarkan pandangannya ke arah tersangka utama.

'Dia' sudah berdiri terpaku sejak dirinya keluar dari kamar, menyambar gawai miliknya dan pergi berlari begitu saja ke dalam kamar. Membiarkan seorang Jaemin Rancliffe- pemuda dengan rambut panjang terurai ini mengerang sekuat tenaga sebelum akhirnya menendang stereotype disampingnya. Ia menyalakan lampu normal dan mematikan perangkat disc jockey milik adiknya- pemuda yang lari sebelum terpaku melihat kakaknya yang menyeramkan ini. Jaemin pergi ke dapur dan mencari kudapan manis yang bisa dia makan, sekotak croffle ia temukan di dalam lemari pendingin. Tidak peduli pemiliknya akan marah nanti, yang paling penting adalah memperbaiki suasana hatinya. Selesai dengan 4 potong croffle dan segelas coklat dingin, Jaemin pergi ke ruang tengah dan melanjutkan tidurnya.

Barulah pukul 09.00 pagi, dirinya terbangun akibat suara vacuum cleaner dari dapur. Decakan keluar dari bibirnya sebelum beranjak dari kasur, beberapa pelayan datang ke arahnya.

“Selamat pagi, Tuan Muda Jaemin.” Sapa salah satu dari pelayan itu, “Adakah menu spesial yang ingin anda makan hari ini?”

Jaemin menggeleng, selera makannya sudah menguap sejak kejadian dini hari, “Dimana ‘dia’?”

“Tuan muda sudah keluar sejak pukul 06.00 pagi tadi.”

Jawaban ini membuat Jaemin berdecak dan pergi ke kamarnya, “Aku makan diluar saja.” ia bergegas mandi untuk memulai harinya.

Beruntunglah ini hari minggu, jadi tidak perlu pergi ke sekolah dan mendengarkan materi yang membosankan dari guru-guru itu. Semua hari sama saja, tidak ada pengaruh bagi Jaemin. Toh, ia tidak peduli pada nilai-nilainya. Jaemin duduk didepan meja riasnya, ia membersihkan mejanya dengan desinfektan yang tersedia dan mulai memberikan vitamin untuk wajah serta rambut panjangnya yang berwarna persik merah muda. Sebuah panggilan ia terima dari gawainya, itu panggilan dari wakilnya.

“Kamu datang kemari?”

Jaemin menyelesaikan 2 kepangan kanan dan kiri pada rambutnya lalu mengikatnya dengan ikat hitam yang sangat kontras dari warna rambutnya, “Sebentar lagi.”

“Alligator sepertinya ingin berunding dengan kita.”

Jaemin terus mendengarkan informasi terbaru yang dibawakan oleh wakilnya. Jaemin adalah ketua geng yang memegang wilayah Seoul, termasuk wilayah hiburan di dalamnya seperti Myeongdong dan Itaewon. Ia bergegas memakai seragam gengnya dan pergi ke garasi untuk memacu panas motor trail miliknya, telinganya masih menerima beberapa informasi dari wakilnya lewat intercom yang terpasang. Jalanan cukup padat mengingat ini adalah jantung Korea Selatan, Jaemin menyusup lewat gang-gang kecil agar cepat sampai ke markasnya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di depan markas, ia melemparkan kunci motornya ke arah bawahannya dan membiarkan si bawahan memarkirkan motornya di basement. Kaki panjangnya melangkah masuk ke dalam markas, bau asap rokok menjadi hal pertama yang menyapa indera penciumannya. Banyak anggota geng lainnya yang sedang berkumpul di dalam markas. Entah berjudi, minum, merokok, bermain game, dan yang lainnya. Jaemin pergi ke ruang belakang, dimana setengah dari anggota inti berkumpul.

Ia duduk di kursi terdekat dan menyilangkan kakinya, kedua tangannya sudah sibuk menyulut rokok yang entah ia dapatkan darimana.

“Sepertinya Alligator mengalami masa sulit setelah melawan Onyx beberapa minggu lalu.” Ucap Sunghoon memulai percakapan terlebih dahulu, ketua divisi 4 itu menatap Jaemin dan menunggu tanggapan yang diberikan.

Sementara Jaemin sibuk dengan asap yang ia hembuskan lewat hidungnya, Hyunjin memberikan tanggapan terlebih dahulu, “Aku lebih penasaran, siapa yang berhasil membujuk Jeno untuk melakukan diskusi dengan kita.”

Kekehan terdengar dari beberapa bibir, hening selama beberapa menit sebelum akhirnya Hiyye meletakkan beberapa botol teh dingin diatas meja.

“Yang membujuknya adalah salah satu anggota kita.” Semuanya terdiam dan menegang usai mendengar tanggapan dari Jaemin.

Semua orang tahu bahwa Alligator memiliki masalah internal dengan Blunt- geng Jaemin, yang bisa memicu ledakan hebat di tengah kedua geng ini. Terkutuklah dia yang berani membujuk seorang Jeno O’Derick- ketua Alligator, untuk berdiskusi dengan Jaemin. Nyalinya seluas samudra.

Melihat para anggota gengnya tegang, Jaemin melemparkan pandangannya ke arah wakil divisi 2, “Hiyye. Kalau tidak salah ingat, kakakmu salah satu ketua divisi di Alligator.” Semua mata tertuju pada Hiyye, menunggu jawaban yang pasti.

“Entahlah, dia tidak berbicara apapun padaku.” Jawab perempuan itu sembari mengikat rambut pirangnya, ia duduk diatas kontainer kecil dan menggerak-gerakkan kakinya dengan santai.

Jisung- ketua divisi 2, menyampaikan tanggapannya guna membela Hiyye, “Sepertinya bukan Hiyye.”

Jaemin menikmati rokoknya yang sisa sedikit, menerawang langit. Sebelum akhirnya pandangan tajam itu jatuh pada wakilnya, hembusan asap rokok terakhir menjadi penutup pandangan curiga itu.

“Kak Mark, apa tanggapanmu?” tanya Jaemin pada ketua divisi 1 usai mematikan rokoknya pada asbak yang tersedia.

Bukannya menjawab, Mark justru kembali bertanya, “Perlukah kita bertanya pada Lena?”

“Lena adalah sumber terbaik, kurasa dia tahu.” Ucap Jisung.

“Lena tidak bisa diganggu hingga bulan depan, sepertinya ada sedikit urusan dengan polisi.”

Jaemin kembali menatap tajam wakilnya, “Itu… kau ‘kan?” semua mata tertuju pada wakil ketua Blunt.

RANCLIFFETISH 🔞 - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang