Nuha Taleetha Kaureen

2 0 0
                                    

Elmeera duduk termenung. Hamparan bunga yang berwarna-warni tak mampu menarik atensinya dari pikiran yang tengah bertengkar hebat. Pasminah biru langit itu tertiup angin kadangkala menutupi separuh wajahnya.

"Aku sudah mencarimu ke mana-mana, El."

Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Mata yang berkaca-kaca kini luruh. Air mata membasahi pipi.

"El, kamu kenapa?" tanya Airlangga.

Elmeera menggelang. Ia mengusap jejak air mata yang telah membasahi pipi.

"Aku punya salah apa, sih, Air?" tanya Elmeera.

Airlangga yang mendapat pertanyaan tersebut lantas menggeleng. Keduanya duduk berhadapan dengan beralaskan rumput hijau.

"Mengapa Allah, terus merenggut kebahagianku? Mengapa papa merenggut kebebasanku?" tanya Elmeera kembali dengan deraian air mata yang terus mengalir.

Ya, dirinya bak boneka hidup yang selalu diarahkan dalam hal apa pun. Pilihan sang papa seperti titah yang tak dapat dibantah. Keputusannya telah mutlak.

"Istigfar, El, jangan ngomong seperti itu," jawab Airlangga. Lelaki itu telah membukakan botol mineral yang tadi dirinya bawa.

Elmeera kembali menggeleng, ia menolak air mineral yang diberikan Airlangga.

"Aku iri pada Nuha, yang merenggut seluruh perhatian papa dan mama. Bahkan apa-apa aku harus mengikuti apa pilihan Nuha, dia menjadi prioritas di rumah dan diriku terlupakan,"

Ya, apa yang Nuha pinta dituruti dan dirinya hanya bisa menikmati barang bekas pakai saudaranya itu. Kini cintanya pun harus pupus karena hal tersebut.

"Sekarang Nuha menginginkanmu," ucap Elmeera.

Air dan El, keduanya sama-sama saling menyukai. Bahkan mereka berdua sepakat untuk menyembunyikan hal itu dari Nuha.

Elmeera menceritakan semuanya, tentang keputusan sang papa yang akan membicarakan perihal perjodohan Airlangga dan juga Nuha. Untuk saat ini keputusan papanya adalah hal mutlak, yang tidak bisa dibantah oleh siapapun. Terkadang ia merasa jika dirinya hanyalah seorang anak pungut, tetapi kenyataannya adalah dirinya putri kandung dari mereka berdua.

"Yang benar saja?" tanya Airlangga.

Beralasan karena Nuha adalah seorang yatim piatu, seolah kebahagiaan yang direnggut saat kedua orang tuanya telah tiada. Maka dari itu orang tua El selalu memberikan apa yang Nuha inginkan agar wanita itu bahagia sesuai janji yang diikrarkan oleh sang papa kepada orang tua Nuha.

Elmeera mengangguk, tangisnya semakin pecah. Begitu juga dengan Airlangga, lelaki itu sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh wanita yang selama ini dirinya cintai.

"Kita, bisa mengatakan hubungan kita ini kepada papamu El, ayo."

Airlangga bangkit, ia segera menggenggam tangan Elmeera agar wanita itu mengikutinya.

Elmeera menggeleng, ia yakin jika papanya tidak akan merubah keputusan apapun apalagi ini menyangkut tentang kebahagiaan dari Nuha putri emas dari papanya.

"Kamu pasti tahu, keputusan papa seperti apa," ujar Elmeera.

"Tak ada seorang ayah pun yang ingin melihat putrinya menangis dan menderita. Dia ayah kandungmu El," ucap Airlangga.

"Itu untuk ayah gadis lain, tidak dengan diriku," ungkap Elmeera.

Airlangga terus memaksa, hingga akhirnya Elmeera mau mengikuti langkah lelaki itu. Keduanya segera memasuki mobil dan Air langsung melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi menuju perusahaan papanya Elmeera.

Mereka melewati resepsionis yang berada di depan, jika anggota keluarga mendapatkan kebebasan untuk masuk ke ruangan pimpinan perusahaan. Elmeera segera masuk ke dalam ruangan papanya.

Pak Reen segera menoleh, ia tersenyum tanpa arti melihat kedatangan mereka berdua ke ruangannya. Sebelum Airlangga angkat bicara, lelaki itu sudah mengangkat tangannya pertanda bila dirinya ingin berbicara lebih awal.

"Jika kalian berdua ingin mengatakan kalau kalian saling mencintai itu sangat terlambat. Papa, sudah mengatur pertunangan kamu Air dan juga Nuha, stop. Jangan berkomentar dahulu dengarkan saya, jika kamu berani menolak ingat nyawa ibumu akan dalam bahaya pengobatan cuci darah ibumu itu membutuhkan biaya yang sangat besar gaji ayahmu sebagai seorang dosen takkan cukup. Dan, jika kalian berdua berniat untuk lari ancaman saya tidak akan main-main."

Elmeera tak menyangka, papanya bahkan sangat membela Nuha mati-matian. Ia tidak memedulikan tentang kebahagiaan dari putri kandungnya sendiri dan lebih memilih untuk membahagiakan putri angkatnya.

Airlangga terdiam, kini dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin bersama dengan Eleemra, ingin membawa wanita itu pergi dari cekalan ayahnya. Namun, nyawa ibunya yang kini dalam bahaya.

"Pa, El, ini anak kandung Papa," ujar Elmeera.

"Stop El, jangan pernah mengatakan hal itu lagi," ungkap Pak Reen.

Elmeera tidak kuasa menahan sesak di dadanya, ia memilih untuk berlari keluar. Seharusnya dirinya sadar karena sejak dulu kebahagiaan Nuha adalah nomor satu.

***

Acara pertunangan dilangsungkan setelah tiga hari kedatangan Airlangga dan Elmeera ke perusahaan pak Reen.

Tak ada tawa bahagia, dari wajah orang tua Airlangga ataupun lelaki itu sendiri. Hanya Nuha yang tersenyum bahagia.

[Engagement moment.]

Nuha membuat instanstory dan tak lupa menandai Airlangga serta menyematkan foto mereka berdua.

Semua orang sibuk mengurus pertunangan itu, hanya Elmeera yang berada di kamar dengan tangisan.

Tak ada rasa peduli sedikitpun sang papa untuk dirinya. Bahkan lelaki itu sengaja mengurung El di kamar takut jika putrinya menghancurkan pertunangan Nuha.

Elmeera menatap bingkai foto masa kecilnya yang sangat bahagia sebelum adanya Nuha. Ia dicintai dan disayangi oleh mereka berdua.

"Aku ingin kalian berdua seperti dulu," ungkap Elmeera.

Wanita itu memejamkan mata setelah lelah menangis.

***

Nuha terus memperhatikan cincin yang melingkar di jari manisnya, ia tersenyum bahagia.

"Sarapan dulu," ujar Bu Cassandra.

"El, aku hari ini tidak kuliah mau feeting baju pengantin," ungkap Nuha.

Elmeera hanya fokus pada sarapannya saja. Ia tidak menyukai telur dan sarapan kali ini roti dan telur. Dirinya hanya mengambil susu lalu meneguknya dan segera pamit.

"Aku naik taksi aja," ujar Elmeera saat sang papa mengeluarkan kunci mobil.

Wanita itu bergegas pergi kini dirinya telah sadar ada dan tidak dirinya takkan berarti untuk papa dan mamanya.

***

"Air, sudah mata-mata papa ada dimana-mana. Aku tidak ingin menyulitkan hidupmu," ungkap Elmeera.

"Maaf, El, tetapi aku berjanji aku akan  berusaha ada untukmu. Aku akan berusaha mewujudkan kebahagiaanmu," papar Airlangga.

"Kamu tidak perlu berjanji seperti itu," sahut Elmeera.

Janji AirlanggaWhere stories live. Discover now