Airlangga

4 0 0
                                    

Pesta pernikahan Airlangga dan Nuha dilaksanakan dengan sangat mewah. Bak dinegri dongeng dengan tema 1001 malam.

"Sekarang Airlangga sudah menjadi milik Nuha, papa harap kamu segera menjauhinya," ujar Pak Reen.

Elmeera menoleh, papanya itu memperlakukan ia seperti seorang pelakor. Ia hanya menghela napas panjang, lalu memejamkan mata.

"Sikapku itu menurun dari Papa, mau bagaimanapun buah itu bagaimana pohonnya," ungkap Elmeera.

Pak Reen kesal, belum menjawab. Namun, ada rekan bisnisnya yang memanggil. Membuat ia segera meninggalkan Elmeera.

Wanita itu hanya duduk sendiri melihat Air dan Nuha di pelaminan. Ibunya sibuk mengabadikan moment-moment itu dengan beberapa kali mengambil gambar.

"El."

Elmeera menoleh ia melihat bu Natalia bersama pak Firdaus mendekatinya.

"Menangislah, Sayang jika itu dapat menghilangkan sesak di dadamu," ungkap Bu Natalia.

Mereka berdua adalah orang tua dari Airlangga. Elmeera memang sudah dekat dengan orang tua Air, bahkan wanita itu mendapatkan cinta dan kasih yang lebih dari bu Natalia. El segera memeluk wanita itu dengan erat.

"Maafkan ayah, El, yang tidak bisa melakukan apa-apa," ujar Pak Firdaus.

Elmeera menggeleng, orang tua dari Airlangga tidak bersalah. Mereka hanya terjebak dengan situasi seperti ini saja. Ia juga tahu jika mereka sangat menyayanginya.

"Bukan salah Ayah, ini sudah menjadi takdir El," ungkap Elmeera.

"Air, bukan tidak mencintaimu, dia juga sangat terluka akan hal ini," ungkap Bu Natalia.

Elmeera menoleh ke arah papanya yang tengah menyaksikan interaksi dirinya dan orang tua dari Airlangga. Tatapan pak Reen begitu tajam membuat El, segera melepaskan pelukan dari bu Natalia dan memilih untuk pamit.

"El," ujar Bu Cassandra.

"El, mau pulang Ma. El, capek mau istirahat," ucap Elmeera.

Orang tuanya tidak memedulikan tentang ia yang tengah sakit hati. Bahkan dirinya sakit dan ingin diperhatikan dulu pun dikatakan manja, seharusnya dirinya sudah terbiasa mandiri seperti ini.

Elmeera segera melangkah meninggalkan gedung, ia begitu hancur saat melihat pernikahan Airlangga. Lelaki yang dirinya cintai itu.

"Mungkin aku memang tidak ditakdirkan untuk menjadi istrinya Air," gumam Elmeera.

Tadi dirinya datang ke tempat ini bersama keluarga, kini ia tengah mencari taksi. Air mata yang terus mengalir seakan tidak ada habisnya. Entah kesalahan apa yang dirinya buat, entah hati siapa yang telah ia sakiti sampai dirinya merasakan sakit seperti ini. Entah apa yang membuatnya ingin dilahirkan ke dunia jika tahu akan merasakan rasa sakit yang mendalam.

El melihat taksi yang dirinya pesan sudah datang, ia memilih untuk masuk.

"Mau ke mana, Mbak?"

Elmeera terdiam, ia tak mau pulang. Dirinya sedang tidak ingin masuk ke rumah itu. Tak ada rumah yang dapat membuatnya merasa nyaman sekarang.

"Jalan aja, Pak," ujar Elmeera.

Sepanjang perjalanan dirinya hanya melamun, melihat bagaimana kehidupan malam di kota Jakarta. Ada bapak-bapak yang belum pulang seharian mencari nafkah, ada seorang wanita yang tengah berdiri di pinggir jalan dia tengah mencari kehidupan untuk dirinya. Ada anak-anak jalanan yang tengah asik bermain gitar seolah hidupnya tak pernah memiliki masalah.

Hampir 15 menit perjalanan, Elmeera melihat sebuah perpustakaan. Ia meminta untuk berhenti, dan segera membayarkan ongkos cargo. Wanita itu segera memasuki perpustakaan, perpustakaan yang menjadi tempatnya dan Airlangga bertemu.

"Eh, Neng. Tumben sendiri," ujar Pak Hardi.

"Iya, Pak," jawab Elmeera.

Wanita itu segera berlari memasuki lorong-lorong perpustakaan, ia mencari tempat ternyaman untuk dirinya meluapkan segala rasa sakit hati. El menangis, sekarang dirinya tengah merasakan putus asa yang sangat mendalam.

"Neng, kata orang kalau lagi sedih itu menggambar atau buat coret-coretan di kertas bisa ngurangin sakitnya."

Pak Hardi memberikan kertas dan juga pensil untuk El, tak seperti biasanya wanita itu datang ke perpustakaan dengan wajah sembab dan bahkan tadi dirinya mendengar tangisan. Elmeera bukanlah wanita yang ceria, bahkan menurut dirinya wanita itu begitu kaku dan minim ekspresi.

"Makasih, Pak," ujar Elmeera.

Ia menerima benda-benda itu.

"Pintu, jika sudah tutup Bapak tutup, ya. Kalau Neng, mau menenangkan diri di sini boleh, kalau mau keluar lewat samping."

Elmeera mengangguk paham.

Pak Hardi memilih untuk pergi dan membiarkan wanita itu menenangkan diri.

Sebelum ada Nuha hidupnya sangat bahagia, ia bagaikan putri emas untuk papanya. Setelah Nuha datang dirinya tercampakkan begitu saja.

Elmeera meraih pensil dan kertas-kertas itu disertai tangisan ia mencoret-coret kertas, meluapkan rasa sakit dan kekecewaannya. Dirinya menggambar seorang wanita yang berada seorang diri di tengah hujan di sebuah padang rumput.

Tangannya terus menggambar, dia juga telah mematikan ponsel. Dirinya tahu jika di ponsel itu ada sebuah aplikasi yang terhubung dengan papanya untuk mengetahui di mana lokasi dirinya berada. Ia terus menggambar, sampai pukul 02.30 WIB. Sampai tangisnya berhenti terus menggambar.

Elmeera yang terlalu lelah, akhirnya ia telah di atas kertas yang dirinya gambar.

***

Di kediaman pak Reen semuanya sibuk mencari keberadaan Elmeera, bu Cassandra telah menanyakan keberadaan El pada asisten rumah, tetapi tak ada yang melihatnya bahkan cctv depan pun tidak menampilkan sosok Elmeera pulang.

"Ke mana anak itu!"

Lelaki itu sudah sangat kesal karena anaknya tak pulang semalaman, apalagi ia yakin jika Elmeera sengaja mematikan ponsel.

Air yang daritadi duduk di meja makan pun bingung ke mana Elmeera pergi. Ia juga sangat mengkhawatirkan keadaan El.

"Nuha, kamu tahu siapa teman-teman El?" tanya Bu Cassandra.

"Setahu Nuha, El tidak memiliki teman selain Nuha dan Air saja, Ma," jawab Nuha.

"Anak itu benar-benar," gumam Pak Reen.

Ia lelah seharian mengurusi pesta dari putrinya, sekarang ditambah lagi dengan keberadaan El yang tidak diketahui.

"Sudahlah, ayo kita sarapan," ujar Pak Reen.

"Iya, Nuha sangat lapar," ujar Nuha.

Airlangga hanya terdiam. Bisa-bisanya ia melihat pak Reen dan bu Cassandra sarapan dengan tenang tanpa kehadiran putrinya yang bahkan belum diketahui kabarnya. Lelaki itu juga, sudah meminta beberapa temannya untuk ikut mencari. Ia juga merasakan rasa sakit hati dan bersalah bersamaan kepada wanita itu, dirinya berjanji akan selalu ada di samping wanita itu ada, mengusap air matanya karena perlakuan orang tuanya. Namun, sekarang pun jadinya tidak bisa melakukan itu.

Janji Airlanggaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें