Chapter 1.6 | Dingin

78 9 1
                                    

"Semua tak bisa diungkapkan dengan sebuah kata, terjadi begitu saja dan membuat sebuah trauma."

💅💅💅

Setelah kejadian itu, semua kembali ke kegiatan mereka masing-masing. Zalfa dkk yang mulai makan, begitu pun yang lain seperti Casia, Ardiaz dan Altezza.

Raja memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya. Sangat malas berbicara, karena, semenjak dirinya sadar setiap melakukan apapun dia akan cepat lelah termasuk berbicara.

Di sela kegiatannya, Raja berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Mulai dari dia datang ke gudang buku dekat alfam**t, hingga kepala dipukul dari belakang dan ... sebentar, siapa yang melakukan ini dengannya.

Raja berusaha mengulang kembali ingatannya, setelah beberapa menit dia kembali mendapat ingatannya, yang dia ingat adalah ... Dia sempat sadar saat semua tubuhnya terluka parah. Dia mendengar samar-samar suara beberapa laki-laki di dekatnya.

Deg!

'Dezka,' batin Raja.

Ya, suara yang ada di ingatannya adalah Dezka. Tetapi, sepertinya mereka tau jika Raja sadar dan kembali memukul kepalanya. Raja lagi tak sadarkan diri hingga dia sadar sudah ada di rumah sakit dengan bau obat-obatan yang kuat.

"Raja," remaja laki-laki tersebut membuka matanya. Ya walaupun percuma juga jika tak bisa melihat. "Hm?" gumam Raja.

"Mama mau nanya, sebenarnya apa yang terjadi sampai kamu seperti ini?" tanya Casia kearah anaknya.

Raja diam, dia tak ingin bicara. Jika sampai kedua orang tuanya tau pasti masalahnya akan semakin besar. Mungkin nanti dia akan bicara pada Altezza saja, lebih baik dia membicarakan ini pada sahabatnya agar lebih aman.

Casia masih menunggu jawaban Raja, tetapi, di sepanjang dia menunggu tak ada jawaban yang dia dapatkan. "Kamu nggak mau ceritain?" tanya Casia.

Raja masih terdiam, Ardiaz yang melihatnya memberikan pengertian pada Casia, istrinya. "Sayang, jangan dipaksa Rajanya ya? Mungkin dia masih syok untuk nyeritain semua, kasi dia waktu istirahat," Ardiaz mengelus bahu sang istri.

***
Genap satu minggu Raja dirawat inap, kini Raja sudah berada di rumah untuk melakukan rawat jalan. Hanya perlu beberapa kali rawat jalan, maka Raja akan di pastikan sudah sembuh total dan boleh kembali melakukan kegiatan pembelajarannya kembali.

Di kamarnya, Raja sedang memainkan gitarnya. Sangat bosan jika kerjaannya hanya tidur, makan dan minum obat. Raja nyetel beberapa kunci gitar agar pas di pendengarannya.

Setelah pas, Raja mulai memainkan gitarnya, suara gitar terdengar merdu dari petikan jari indah milik Raja.

"Coba nyanyi deh," gumam Raja. Laki-laki tersebut memikirkan lagu apa yang cocok untuknya ...

Setelah mendapatkannya, laki-laki itu mulai bernyanyi.

Tak ku sangka, semua seperti ini
Semua yang indah, berubah jadi sirna
Tak habis fikir, kau tega seperti ini
Meninggalkan aku, tanpa suatu kepastian.
Ku hanya bisa berharap, kau bahagia disana
Karena dia pilihanmu, walau dia sahabatku
Biar aku yang pergi~
Biar aku yang tersakiti~
Biar aku yang berhenti, berhenti mengharapkanmu
Oh tuhan kuatkan aku
Menerima semua ini~
Jika dia memang untukku
Ku harap kembalikan dia pada ku~

Prok! Prok! Prok!

Suara tepuk tangan terdengar dari arah luar pintu kamar Raja. Lelaki itu tampak panik saat mendengar seseorang mengetahui suaranya yang sudah ia pendam selama lebih dari tujuh tahun.

Raja Brawijaya Место, где живут истории. Откройте их для себя