38. Full Sun 🌻

3.9K 274 3
                                    

Vote nya dong. Gak susah kok tinggal pencet tanda bintang. Simpel kan?

🌻🌻🌻

Suara detik jarum jam memenuhi ruangan. Ruangan yang di duga adalah sebuah kamar. Jarum jam menunjukkan pukul 08.00 malam, KST. Gorden jendela berkibaran sealun dengan angin yang berhembus. Di kamar itu terbaring sosok anak laki-laki tampan, berusia 19 tahun. Sedang tertidur dengan posisi tak teratur di sana. Matanya terpejam, tapi sesekali bola matanya bergerak, wajahnya nampak pucat berkeringat. Laki-laki itu seperti sedang mengigau kan sesuatu dalam tidurnya.

Kepalanya tergerak ke kanan, dan kiri. Seperti sedang menggeleng. Terlihat laki-laki itu juga sesekali memanggil nama, "Haechan". Pelupuk mata laki-laki itu mengeluarkan air mata, dan kemudian, laki-laki itu membuka matanya.

Di pandangi nya langit-langit kamar itu, sambil terus mengatur nafasnya yang memburu. Keringat membasahi seluruh badannya, dan juga seprei tidurnya. Jantung nya berdetak sangat kencang, tetapi ia  tetap terbaring sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Anak laki-laki itu terbangun pukul 08.00 malam. Ia menoleh cepat ke arah pintu, di mana ada wanita yang di duga Ibu nya yang datang ke kamarnya. Karena wanita itu mendengar suara dari kamar laki-laki itu, akhirnya wanita itu langsung menghampiri kamar putranya itu.

"Mark, kamu kenapa?"

"Mark, kamu kenapa?"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mark tak menjawab. Ia terdiam linglung, bukannya dirinya mati? Tapi kenapa ia bisa ada di sini?

"Mark!" So-jeong mengguncang tubuh Mark agar tersadar dari lamunan nya. Mark segera bangkit duduk, terdiam sejenak sebelum dirinya menoleh ke sana kemari.

"M-ma, Mark masih hidup?"

So-jeong mengerutkan keningnya bingung. "Kamu ngomong apa sih?" Tanyanya heran.

Sekali lagi ia mencoba memastikan jika memang diri nya masih hidup. Ia beranjak turun dari ranjang, lalu memeriksa kakinya apakah kakinya, nampak di lantai atau tidak. Tapi ternyata, kakinya menyentuh lantai. Entah harus lega atau tidak, ia masih harus memastikan satu hal lagi.

"M-ma Haechan—masih hidupkan?"
tanyanya ragu-ragu, alih-alih mendengarkan jawaban sang Ibu, Mark malah menutup telinga nya. Ia takut.

"Mark!"

Tangan So-jeong menepis tangan Mark, agar anak itu mau mendengarkan nya. "Kamu habis mimpi buruk?"

"M-mimpi buruk?" ucapnya pelan.

Benar. Jika ia masih hidup, mungkin saja semua yang ia lihat itu, hanyalah mimpi buruk, akan tetapi mengapa mimpi itu terasa begitu nyata?. Apakah mimpi bisa sereal itu?

A Little Story Full Sun | Lee Haechan ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora