•••
Tiga bulan kemudian....
"Saya terima nikah dan kawin nya Andini kharisma Putri wijaya dengan mas kawin satu villa di Bali atas nama Andini kharisma Putri wijaya, satu mobil Alphard, uang sebesar lima ratus juta rupiah di tambah peralatan alat sholat di bayar tunai!" Ucap Aldebaran dengan suara lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Kata penghulu tersebut.
"SAH!"
Tak terasa, air mata andin menitik begitu saja. Rasa bahagia, sedih, kecewa menyatu semua. Andin memang bahagia namun Andin juga kecewa dan sedih.
Ia menatap Aldebaran perlahan, terlihat lelaki itu hanya diam tanpa melakukan sesuatu.
Dan bila di pikir lagi, apakah dirinya akan bahagia?
°°°
"Andin, semoga Lo bahagia ya. Lo hebat bisa dapetin pak Al." Celetuk Elsa sembari memeluk Andin erat.
Andin terkekeh kecil, dirinya lalu melepaskan pelukannya. "Makasih ya sa udah Dateng, makasih juga atas doanya."
Elsa tersenyum, ia lalu memeluk kembali sahabatnya itu. Ia bahagia jika Andin bahagia.
Beralih pada Aldebaran yang hanya diam memandang istri dan juga mantan siswinya.
Tunggu, istri? Ya memang seperti itu kan?
Elsa lalu beralih menatap Aldebaran, "bapak awas aja kalau nyakitin hati Andin, saya geprek sampe gepeng!" Ancamnya yang tak di pedulikan oleh Aldebaran.
"Udah sa, gue pasti bakal baik-baik aja kok." Kata Andin.
Elsa menatap Andin lalu mengangguk, "Lo harus bahagia, kalau ada apa apa hubungin gue aja, gue selalu siap buat Lo ndin."
Andin tersenyum, "makasih sa."
°
°°
Jam menunjukkan pukul tujuh malam, acara sudah selesai sejak sore tadi.
Setelah berbincang-bincang sedikit dengan keluarga barunya, Andin memilih untuk segera kekamar saja. Badannya kini sangat pegal, bahkan rasanya untuk bergerak saja Andin tidak mampu.
Ia membuka pintu kamar Aldebaran, dari sore dirinya tidak menemui keberadaan Aldebaran yang membuatnya bingung.
Kamar yang bernuansa formal itu membuat Andin sedikit lebih lega. Ia sebenarnya gugup jika harus sekamar dengan Aldebaran yang statusnya adalah suaminya itu.
Huh, sudahlah. Yang penting dirinya bisa beristirahat dengan tenang.
Namun belum beberapa menit Andin menutup mata. Pintu kamar perlahan di buka oleh seseorang yang membuat Andin segera membuka matanya kembali.
Pandangannya tertuju pada Aldebaran yang kembali dengan pakaian yang sama, hanya saja lelaki itu tidak menggunakan jas nya.
"Saya mencarimu, ternyata kau ada di sini." Entah dorongan dari mana Andin berani menatap Aldebaran kembali setelah sedari tadi pagi berdiam-diaman.
"Maaf saya lancang memasuki kamar bap-"
"Jangan memanggil saya bapa! Umur kita hanya berbeda 4 tahun kamu ingat?!"
YOU ARE READING
AKU DAN KAMU
General FictionCerita kedua °°° Bagaimana jadinya jika seorang Andin yang keras kepala bertemu dengan seorang dosen yang udah dingin, songong, judes dan galak? Ini adalah kisah Andin dan Aldebaran. Andini kharisma Putri wijaya. Perempuan berparas cantik yang saya...