•••
Sesampainya di rumah aldebaran, Andin di buat tercengang oleh rumah aldebaran yang cukup besar dan pastinya mewah.
Andin perlahan turun dari mobil. Menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu membuat bokong Andin terasa pegal karena terlalu lama duduk.
Aldebaran kini tengah menurunkan barang-barang dari bagasi mobil. Andin lalu menghampiri aldebaran berniat untuk membantu lelaki tersebut.
"Mas, aku bantu ya." Tawar Andin. Aldebaran menatap sekilas lalu menggeleng.
"Gausah, saya bisa sendiri. Kamu buka pintu rumah aja, ini kuncinya." Kata Aldebaran sembari memberikan sebuah kunci rumah.
Andin mengangguk, ia lalu berjalan menuju pintu utama rumah tersebut. Ia langsung membukanya dan masuk secara perlahan.
"Assalamualaikum."
Andin lalu menoleh kebelakang, di sana terlihat Aldebaran berjalan kearahnya sembari mendorong dua koper berisi pakaian mereka.
Tak lama di situ, segera aldebaran membawanya keatas. Namun sebelum itu Andin sempat menahan tangannya terlebih dahulu.
"Mas, kamarnya ada berapa?" Ucap Andin pelan. Aldebaran mengernyit, "di bawah dua di atas tiga. Kenapa?"
Andin memilih pakaian, berusaha untuk tidak canggung saat berbicara dengan Aldebaran. "Aku tidur di kamar yang lain aja boleh ga?"
Aldebaran yang paham pun lalu mengangguk. "Boleh, kamar kamu di sebelah kamar saya. Tapi kalau lagi ada mama sama papa, kita harus tidur sekamar." Jelas Aldebaran yang di angguki Andin.
"Iya mas."
°°°
Andin memasuki kamarnya, ia menatap sekeliling sembari mendorong koper berisi pakaiannya.
Kamar dengan cat putih abu di tambah beberapa barang yang membuat kamar tersebut tampak terlihat lebih nyaman dan santai. Di sana juga terdapat sebuah balkon kecil.
Ia lalu berjalan menghampiri kasus king size nya, ia lalu mendudukkan dirinya yang terasa pegal-pegal.
"Untuk dia mau pisah kamar," katanya sembari merebahkan tubuhnya.
Ia seketika teringat sesuatu yang membuat dirinya bingung sendiri memikirkannya.
"Maybe, but it seems because of you." Jawab aldebaran dengan suara seraknya.
Andin mengusap wajahnya pelan, kenapa juga Aldebaran harus berbicara seperti itu. Ia lalu memilih melupakan hal tersebut dan berlaku pada tidurnya.
Beralih pada Aldebaran, lelaki itu kini tengah membereskan pakaiannya dan di simpan di lemari, lalu membereskan beberapa barang lainnya.
Aldebaran menghentikan aktivitasnya saat menemukan sebuah foto di dalam kopernya. Foto yang tampak tak asing bagi dirinya.
Ia terdiam saat melihat foto seseorang tersebut. Tangannya bergerak mengusap wajah seseorang yang ada di dalam foto tersebut.
"Saya hanya ingin bersama mu ,awan."
Awan, gadis tersebut tersenyum dengan air mata yang berjatuhan.
"Al, tapi maaf."
Aldebaran mengerutkan keningnya, "maaf? Untuk apa?"
Awan mengusap air matanya yang malah semakin deras, dirinya lalu berusaha untuk menatap Aldebaran walaupun itu sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN KAMU
General FictionCerita kedua °°° Bagaimana jadinya jika seorang Andin yang keras kepala bertemu dengan seorang dosen yang udah dingin, songong, judes dan galak? Ini adalah kisah Andin dan Aldebaran. Andini kharisma Putri wijaya. Perempuan berparas cantik yang saya...