HIRAETH 6 : Eternallife

52 25 2
                                    

Tubuh Jace dibersihkan oleh robot setinggi bahunya, jenis robot yang tak memiliki kaki layaknya manusia melainkan roda. Robot itu mengeluarkan berbagai macam ekspresi saat melayaninya, dan mengomel tentang betapa malang dirinya mati karena kecelakaan mengenaskan.

Jace kini memakai setelan tuksedo dan jas berekor, ditambah dengan kristal di dadanya dan sabuk perak yang tampaknya lebih mahal dibanding sabuk manapun. Sepatu pantofelnya sangat mengilap dan dilengkapi fitur-fitur; seperti dapat meluncur di lantai atau menahan kaki saat berada di permukaan licin –– sepatu ini bahkan tak mengeluarkan suara.

Rambutnya ditata sedemikian rupa. Jace menolak saat ditawari akan diberi gel atau tidak. Alhasil dia hanya diberi pengharum yang aromanya tak parah-parah amat.

Jace kembali ke ruang singgasana dengan berpakaian layaknya pengantin. Dia tak nyaman bukan main, tapi tak bisa mengatakan apa-apa karena dua robot pelayan tak memperbolehkannya mengenakan jins dan kaus.

Dia menatap diri sendiri, akhirnya menyadari dirinya tak terlalu mirip pengantin. Baju ini memberi kesan seperti tuan muda bangsawan Eropa, yang mau menghadiri debutante atau semacam itu. Jace bahkan tak heran saat robot pelayan membungkuk padanya. Hewan di luar pun ikutan memperhatikannya.

Hades tengah menyantap daging ham saat dia datang. Singgasana itu berubah menjadi ruang makan dadakan, dengan meja panjang yang dilengkapi taplak merah dan peranti makan emas.

Dewa kekayaan, jadi jangan heran. Aku yakin tak ada yang bisa mengalahkan kekayaan Dad, batin Jace.

Seorang wanita duduk di samping Hades, memiliki rambut cokelat terang dan diberi mahkota bunga. Matanya berwarna biru gelap, tapi memiliki percampuran hijau di bawahnya. Tubuhnya langsing, tampak jelas di balik gaun berenda yang membelah punggungnya cukup panjang. Secara keseluruhan, ia lebih cantik dibanding Chloe. Dan Jace benci karena memikirkannya.

"Persephone, ini Jace." Hades mengenalkannya.

Persephone tersenyum, tapi Jace mendapati itu dipenuhi kecanggungan dan kedengkian mendalam. Itu wajar, Jace adalah anak dari wanita lain dan menjadi anak satu-satunya Hades. Jace juga tak berekspetasi akan diperlakukan baik oleh Persephone.

"Putra Chloe, senang bertemu denganmu," katanya saat Jace duduk di seberang meja. Daging ham telah tersaji di depannya, tapi Jace sama sekali tak menyentuhnya. Mendadak teringat jika siapapun yang sudah memakan makanan Dunia Bawah, takkan bisa keluar dari sana. Meskipun dia sudah mati dan tampaknya tak perlu mengkhawatirkan hal itu. Dia tersenyum sekadarnya pada Persephone, tapi malah membuat kesan seperti menyeringai.

Hades menyanggah, "Dia putraku, Persephone. Seorang demigod, dia akan disebut dengan nama ayah atau ibunya yang merupakan dewa. Aku tahu kau tak menerima ini, tapi Jace putraku dan akan selalu menjadi seperti itu sampai kapanpun."

Jace mau tak mau merasa terharu. Tersingkir sudah pemikiran yang membenci Ayahnya.

Persephone membanting pisau dan garpu. "Aku pergi." Ia berjalan keluar dengan terburu-buru, meninggalkan makanannya yang tersisa setengah. Ruangan itu lenggang sejenak.

"Apa ia akan pulang ke Olympus?" tanya Jace asal-asalan.

"Tidak, ini bukan waktunya pulang ke sana. Lagipula ia bisa menghubungi Demeter sepuasnya, Eternallife mengizinkannya. Dibanding itu, aku ingin tahu kabar Ibumu."

"Yah, kami kecelakaan. Mom tidak mati, aku tahu jelas itu. Aku tak tahu di mana atau bagaimana keadaannya sekarang, semoga saja lukanya tak terlalu parah."

"Sejak kapan kau bisa melihat kematian?" Hades meminum nektar, ia begitu cepat menghabiskan makanannya.

"Sejak enam tahun, barangkali. Aku tak begitu ingat. Dan... kenapa Dad sama sekali menemui kami? Apa kau tahu betapa aku sangat mengharapkan kemunculanmu, tapi kemudian menghilang setelah kau tak pernah muncul. Aku bahkan tak tahu wajahmu." Jace memainkan jari di bawah meja.

Mythology Universe (1) : HIRAETHWhere stories live. Discover now