026

743 55 20
                                    

Part ini kureng memuaskan. (Belum revisi)

Jadi turunkan ekspektasi dulu, yuk, tentang kepenulisannya.

Selamat membaca guyes!

***DEATH REUNION***

Nurna mengumpat. Gadis itu tak henti-hentinya memaki Syifa yang membunuh Hana dengan cara brutal. Ia bergegas pergi dari balik pohon itu, lantas mengajak Echa meninggalkan tempat itu sejauh mungkin.

"Hana mati. Ayo Cha, kita pergi," kata Nurna seraya mengaitkan lengan Echa di pundaknya dan membawanya berlari.

"N-nur, lepasin aku. Kita nggak akan selamat kalau kamu terus bantu aku," ujar Echa di sela-sela mereka berlari.

"Selamat gak selamat urusan belakangan. Kita harus usaha lebih dulu, Cha," balas Nurna, membantu Echa melompati bebatuan yang menghalangi jalan mereka. "Gue nggak pengen punya penyesalan di masa depan dengan ninggalin lo sendirian," imbuhnya, menyusul Echa di depan.

"Tapi Nur–"

"Awas, Cha!" teriak Nurna saat melihat sebilah bambu runcing melayang ke arah Echa saat sahabatnya itu tak sengaja menginjak ranjau yang terhubung ke benda tersebut.

Dengan gesit Nurna menarik Echa, kemudian keduanya berguling di antara dedaunan yang berserakan dengan jantung yang berdebar kencang.

Echa membantu Nurna berdiri.

"Kamu gak papa, Nur?" tanyanya khawatir.

Nurna menggeleng. Gadis itu mengedarkan pandangannya sembari mengatur napasnya yang keluar tak beraturan. Di depan sana ada tanjakan tempat Fadil dibunuh, kemungkinan masih ada ranjau-ranjau tersebar di area sekitar yang tak diketahui keberadaannya.

"Kita harus hati-hati Cha. Perhatikan setiap langkah lo. Sekali kita lengah, nyawa kita taruhannya," pesan Nurna yang dibuahi anggukan oleh Echa. "Lo ikutin gue dari belakang, biar gue jalan lebih dulu,"

Nurna dan Echa berjalan hati-hati. Keduanya menuruni tanjakan itu sambil sesekali menendang daun-daun berserak untuk memastikan tak ada ranjau yang mereka pijak. Setelah beberapa meter melewati dari tempat itu, mereka menghela napas lega.

"Sampai kapanpun gue gak akan pernah lupain kejadian ini dan maafin perbuatan Syifa. Dia—"

Bruk.

"Nurna!" Echa mendekati Nurna yang terperosok ke lubang galian yang tertimbun dedaunan berserakan.

Nurna meringis merasakan perih akibat luka-luka lecet di sekitar punggung lengan dan mata kakinya. Tak hanya itu, kening Nurna bahkan menghancurkan darah karena terantuk batu besar di bawah sana.

"Ayo Nur, aku bantu naik," ujar Echa seraya menyodorkan tangan.

"Nurna! Echa! Di mana kalian?! Ada yang perlu gue omongin! Gue gak akan nyakitin kalian!" Belum sempat menerima uluran tangan itu, teriakan Syifa yang tak jauh dari tempat itu membuat keduanya panik.

"Pergi Cha! Gue bisa urus diri gue sendiri," usir Nurna kasar.

"Nggak Nur. Ayo naik, sebelum Syifa nemuin kita!" balas Echa kukuh.

"Kita bisa mati bareng kalau lo nggak nurutin omongan gue, Cha!" Nurna greget. "Pergi! Selamatkan diri lo. Gue mohon, ini demi kita semua agar kasus ini gak tenggelam. Lo harus selamat."

Nurna menatap wajah Echa sekilas. Sahabatnya itu tampak berkaca-kaca. Nurna tak banyak tahu tentang ekspresi seseorang, tapi gadis itu benar-benar mengandalkan Echa dalam hal ini.

Echa berlari dari tempat itu tanpa sepatah kata pun.

Sepeninggalan Echa, Nurna buru-buru memutar otak. Ia terdiam saat melihat pecahan kaca tergeletak tak jauh dari jangkauannya. Garis itu meraihnya dengan susah payah, lantas dengan nekat ia menggoreskannya pada betisnya hingga mengucurkan banyak darah.

Death ReunionWhere stories live. Discover now