Chapter 03

652 190 37
                                    

"Dia tidak mati?"

"Aku tidak tahu orang gila bisa sekuat ini."

"Hei, hei! Ayo pergi! Sepertinya akan ada yang datang."

"Sampai jumpa lagi kalau begitu, Song Gila Hyeongjun!"

Suara langkah-langkah kaki tak beraturan itu segera saja menghilang dan berubah senyap. 

Pemuda yang terengah-engah nan terluka ini ditinggalkan di atap sekolah. Ia meringkuk. Oh Tuhan, sekujur tubuhnya sakit. Saat ia membuka pandangannya, terlihat warna merah. Ah, sepertinya kepalanya bocor. 

Darah yang keluar dari sana-sini membuat Hyeongjun tak sanggup berdiri. Kali ini perundungannya lebih sulit untuk ditoleransi daripada beberapa hari yang lampau. Hyeongjun pikir, dia akan sekarat kemudian mati disana sebab kehilangan darah.

Ia tertawa miris, memeluk dirinya sendiri dan pasrah. Pikirnya, kadang-kadang kita memang harus menyerah. Si pemuda malang terdiam seorang diri hingga langit berubah warna menjadi jingga. Bahkan saat terdengar suara ketukan samar di atap serta ujung jarinya yang terasa basah, Hyeongjun masih tak berkutik.

Akhirnya, kepalanya yang berdarah itu basah terkena air hujan. Setelah seragamnya kuyup total, ia mendengar suara berisik lain.

"Sudah kuduga."

"Hyeongjun hyung! Kau bisa mendengarku? Hyung?"

Yang namanya dipanggil perlahan membuka netranya, di sela-sela warna merah, ia melihat dua buah siluet. "Siapa..?"

"Ini Jungwon, aku bareng Taehyun hyung."

Jungwon berjongkok, lalu menyeka pelan darah di dahi Hyeongjun lantas berbisik pada Taehyun, "Darahnya masih mengalir."

Taehyun mengangguk, ia merangkul Hyeongjun yang basah dan memeluk dirinya sendiri. "Ayo pulang."

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

Heeseung menghela napasnya, ia baru selesai membalut luka di dahi Hyeongjun. "Ada yang terluka lagi nggak?"

Hyeongjun yang bersandar pada bangsal UKS menggeleng. Setelah satu gelas air disodorkan padanya, ia segera meneguknya hingga habis.

"Bagaimana kalian bisa menemukanku?"

"Kau nggak kembali sejak jam istirahat kedua." balas Jay. Begitu pula, anak-anak di kelasnya semenjak istirahat berlangsung terus menyebut-nyebut nama 'Song Gila'.

Hyeongjun menghela napasnya lelah, ia sangat ingin mengeluh. Pemuda itu menahan lisannya sendiri sambil mengikuti arahan teman-temannya yang mengajaknya pulang ke rumah. Teman-temannya itu membereskan barangnya, memasukkan buku-bukunya yang telah dirusak ke dalam tasnya yang sebelumnya terisi penuh sampah. Bahkan meja belajarnya penuh coretan yang menyuruhnya untuk terbang menuju Tuhan.

"Serahkan saja pada kami. Besok, mejamu akan bersih lagi. Sekarang pulang dan beristirahatlah." Heeseung melambai pada Hyeongjun yang akan diantar oleh Jungkook menggunakan mobilnya.

Pemuda yang pipi tembamnya telah mengurus itu mengangguk samar, mengucapkan terima kasihnya lalu memeluk tasnya dan duduk di kursi tengah mobil. Bersamanya, Kai dan Jungwon ikut serta. Mobil kemudian melaju dengan suara dengung rendah mesinnya. Lampu-lampu jalanan mulai dinyalakan sementara malam makin menjelang.

"Mau makan malam dulu?" tanya Jungkook sembari melirik Hyeongjun yang tengah dirangkul Kai.

Hyeongjun menelungkupkan kepalanya lantas menggeleng pelan. "Tolong, langsung pulang saja."

"Sangat lelah, ya?"

"Ya.." dan tiba-tiba, anak laki-laki itu menangis, terisak-isak hingga Kai kebingungan apakah rangkulannya mengenai luka Hyeongjun.

After GizhiWhere stories live. Discover now