15. Ganjil

902 125 15
                                    

Mobil kotak milik Valery, berhenti di depan sebuah bangunan kecil sederhana dengan warna putih, pink dan coklat pastel. Valery melihat kearah Erisa, yang tengah melepaskan sabuk pengaman yang menempel pada tubuhnya. Apakah benar, Erisa tinggal di tempat ini? Sebab ini bukanlah sebuah rumah, tapi tempat dimana Valery dan teman-temannya, sering berkumpul entah untuk bermain atau hanya sekedar mengerjakan tugas.

Ini adalah tempat yang Nabila juluki Hidden gem ditengah padatnya kota mereka. Ini adalah Kafe Will, kafe dengan dessert terbaik yang pernah Valery coba. Oh tidak hanya dessertnya saja yang patut mendapat pujian. Semua varian minumannya, bahkan makanan berat, layak mendapatkan dua acungan jempol. Jarang sekali kan kafe murah dan semua makanan maupun minumannya enak-enak, makanya banyak anak muda sering sekali menjadikan tempat ini sebagai spot nongkrong atau belajar.

Lalu kenapa Erisa berhenti di tempat ini? Bukankah Valery harusnya mengantarnya pulang, apa Erisa hanya sekedar mampir? Atau jangan-jangan ia akan pergi kencan dengan Jovano di tempat ini? Loh seingat Valery, Erisa tadi bilang bahwa dia dan Jovano tak memiliki hubungan apapun. Apa Valery ditipu?

"Terimakasih banyak ya Valery sudah mau nganterin aku pulang, kamu mau mampir dulu?" tanya Erisa, melihat Valery.

Valery mengedipkan matanya beberapa kali. "Lo betulan tinggal di sini?" tanya Valery.

Erisa tersenyum tipis dan mengangguk. "Ini kafe orangtua aku, rumah aku pas banget di belakangnya," jelas Erisa.

Valery melongo, seperti orang bego. Kafe ini milik orangtua Erisa? Kalau begitu kenapa mereka tidak pernah bertemu, ketika Valery dan kawan-kawan nongkrong di tempat itu?

"Kok kita gak pernah ketemu? gue sama yang lain sering main disini loh," tanya Valery berusaha mengorek informasi.

"Aku memang jarang bantu di depan, aku cuman bantu kalau lagi nganggur sama kalau papa mamaku lagi keluar," jawab Erisa.

Ah! Valery baru mengingat, pertama kalinya mereka datang ke kafe ini. Seorang perempuan paruh baya yang melayani mereka, memberikan cheese cake gratis. Kata perempuan itu, anggap saja kue itu sebagai hadiah, karna anaknya juga bersekolah di tempat yang sama. Ternyata anak yang di maksud adalah Erisa.

"Lain kali kalau kesini boleh makan gratis?" tanya Valery.

Erisa tertawa kecil "Boleh aja kok, tapi kabarin aku dulu ya, biar nanti kamu gak di usir," kata Erisa.

"Itupun kalau kamu memang benaran mau," lanjut Erisa dengan suara yang lirih.

Valery menatap Erisa sedih, mungkin jika besok tidak ada yang terjadi pada dirinya, ia bisa mencoba percaya dan berteman dengan Erisa. Dengan tersenyum kecil, Valery menepuk bahu Erisa. "Kita lihat besok ya," tutur Valery.

Setelah Erisa turun dari mobil, Valery langsung menginjak gas dan pergi dari sana.

Erisa membalikan tubuhnya ingin masuk kedalam rumah, hanya saja dia dihentikan oleh sosok besar yang berdiri tepat di depannya. "Kenapa baru pulang?" tanya Cakra.

Erisa mengelus dadanya terkejut dengan sosok ayahnya yang berdiri tegap dengan gagahnya. "Papa ini bikin kaget aja loh!" gerutu Erisa.

"Maaf ya sayang. Papa tanya lagi, anak papa yang paling cantik dan baik di dunia ini, kenapa baru pulang?" tanya Cakra mengelus kepala Erisa sayang.

"Tadi mampir kerumah teman dulu," jawab Erisa.

"Lain kali kabarin papa atau mama dulu ya, biar papa sama mama gak khawatir," nasihat Cakra.

Erisa mengangguk mengerti, kemudian masuk kedalam. Kafe mereka sama seperti hari lain selalu saja ramai. Baru saja masuk Erisa kini di sapa oleh mamanya yang sudah rapih menggunakan t-shirt putih dan celana kain coklat. Kalau dipikir-pikir lagi, Cakra juga berpakaian rapih, bahkan rambutnya ditata styling menggunakan pomade, apakah kedua orangtua Erisa akan pergi keluar?

Dear MamaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora