19%

1.1K 102 45
                                    

Kokonoi terbangun dengan keringat dingin setelah bermimpi aneh. Matanya terbuka memandang langit langit drngan plafon kumuh bersarang laba laba juga cat yang terkelupas, pandnagan nya mengedar kesegala arah dimana prabotan sederhana, lukisan murah juga sebuah lampu kamar dan kursi kayu menghiasi kamar ini. Jika tebakan nya benar makan ia saat ini berada di motel.

Ia berusaha bangun dengan kesakitan, saat menunduk, dirinya yang setengah telanjang bisa melihat sebuah perban di lengan nya dengan noda darah. Pakaian nya terlibat di atas kursi, siapa yang—

Seketika kokonoi melotot, melihat kekiri dan kanan namun tak menemukan apa yang ia cari, hendak berdiri dan pergi sebelum suara pintu yang terbuka dan seseorang yang sejak tadi kokonoi cari muncul dari balik pintu dengan sebuah kantong keresek menatap kokonoi bingung juga sedikit kekhawatiran di dalam nya.

Kokonoi tampa permisi mendekat dan memeluk nya erat erat seakan tak mengizinkan sosok ini pergi. Dihadiahi tatapan bingung juga suasana canggung karena hanya kokonoi yang memluk erat. Tangan inui seishu menggantung di udara tampa niatan membalas.

"Kau kenapa?"

"Aku hanya mengira.. kau.. meninggalkan ku sendirian di sini" jawab kokonoi, inui mendorong pria itu pelan berusaha tak menyentuh lengan nya

"Aku bukan diri mu, meninggalkan seseorang disaat ia membutuhkan nya"

Seketika membuat kokonoi terdiam, Inui masih membencinya. Lantas ini tak lebih dari rasa kasihan, kokonoi menertawakan dirinya di dalam hati ini lah karma yang harus ia tanggung.

"Kemari, mengapa kau berdiri lama luka mu akan terbuka lagi" inui menyeret kokonoi menuju kasur dan mendudukan nya, begitupun dirinya. Ia mendudukan dirinya dan membuka kantung plastik yang ia bawa, sebuah obat, air, roti murahan, dan plester luka. Inui menyerahkan air dan roti serta obat pada kokonoi namun di hadiahi tatapan bingung. Membuat inui sedikit berdecak.

"Ini pereda nyeri, minum lah setelah makan roti. Kau pasti tak makan apapun sebelum nya aku hanya mampu membeli ini karena tak membawa uang banyak" ujar inui

"Tidak, ini lebih dari cukup. Lalu bagaimana dengan mu"

"Aku? Aku tidak begitu lapar, aku sudah makan sebelum pulang kerja. Untuk mu saja"

Kokonoi membuka bungkus roti, roti itu bertekstur agak keras dengan sedikit toping keju diatas nya. Kokonoi membelah nya dan menyodorkan nya kepada inui.

"Kau memberikan nya kepada ku, jadi aku bebas mau membaginya dengan siapapun. Ambil lah"

"Hah.. baik baik tuan muda" ejek inui mengambil nya dan memakn nya. Suasana kembali hening, etika yang selalu mereka pegang yaitu tidak boleh ada suara saat makan untuk memberi penghormatan juga etika yang baik di meja makan.

Inui bukan lah sosok dari keluarga tak mampu, mereka tergolong kalangan elit karna itu sikap anggun dan tenang melekat padanya. Semuanya baik baik saja sebelum kebakaran itu terjadi, mereka kehilangan segalanya termasuk seorang adik yang kehilangan kakak nya.

Mereka selesai makan, inui membukakan segel pada botol minuman dan memberinya kepada kokonoi untuk meminum obat. Kokonoi menerimanya, luka di lengan nya akibat serpihan kaca yang menembus kulit nya cukup dalam saat mobil yang mereka kemudikan terbalik di jalanan curam di ujung bukit. Kokonoi meraih inui dan memeluk nya untuk melindungi inui dari benturan. Membuat lengan juga beberapa bagian tubuh nya luka, inui segera menyeret kokonoi yang setengah sadar keluar dari mobil sebelum meledak.

Ia bopong kokonoi kesebuah motel untuk bersembunyi, karena orang suruhan yang mengejar mereka kembali mengecek mobil itu dan tak meenmukan mereka. Beruntung nya ada sebuah motel tua yang terlihat kosong membuat inui berinisiatif membawa koko yang mengalami  pendarahan kesana. Disana juga ia mengobati dan mengurus luka luka kokonoi. Menghentikan pendarahan dengan alat seadanya, merobek kaus putih nya untuk menjadi perban darurat.

N I E R V A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang