09. Bioskop

3.7K 208 0
                                    

Happy reading😊

Seneng banget cerita ini yang baca hampir 1k, ini cerita ke limaku selama nulis hampir 1 tahun, Ini yang paling cepet dapet pembaca hampir 1k, rasanya seneng banget.
.
.
.

"Anna," panggil Regan sambil menepuk pelan pipi wanita itu.

"Anna, apa kamu ingin kita menginap di sini?" Ucap Regan lalu menyampirkan rambutnya yang menutupi wajah Anna.

"Hoam....oh maafkan aku Jay, aku ketiduran," ucap Anna lalu bangun dan menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Jangan minta maaf Anna, apa punggungmu sakit? Sofa ini sangat keras," ucap Regan sambil meninju sofa.

Anna tertawa dengan pelan, tingkah suaminya ini makin lucu saja membuatnya tak kuasa menahan tawa.

"Kamu kenapa tertawa Anna? Apa ada yang lucu?"

"Tidak papa Jay, lupakan saja."

"Benarkah?"

"Iya Jay, aku baik-baik saja kamu tidak perlu khawatir," ucap Anna lalu mengusap wajah Regan yang mulai di tumbuhi bulu-bulu halus itu dengan pelan.

"Lalu bagaimana dengan punggungmu itu?"

"Baik-baik saja Jay, aku bahkan sangat nyenyak tidur di sofa ini."

"Tapi sofa ini sekeras batu," gumam Regan sambil memalingkan wajahnya.

"Aku minta maaf karna tadi meninggalkan mu Anna," lanjutnya.

"Tidak perlu minta maaf Jay, aku bosan mendengarmu minta maaf terus," ujar Anna sambil memutar bola matanya malas.

Regan tersenyum tipis, lalu menarik tangan Anna dan membawanya ke bibirnya.

Cup

"Anna, aku mencintaimu," ucap Regan dengan pandangan lurus ke mata Anna.

"Aku tidak tahu isi hatimu yang sebenarnya Jay, tapi aku juga mencintaimu Jay," ucap Anna lalu melayangankan kecupan ringan pipi Regan.

"Aku ingin ciuman Anna, bukan sekedar kecupan ringan. Ayo cium aku," pinta Regan sambil menunjuk bibirnya.

"Kamu ini sangat rakus Jay," ucap Anna lalu menangkup wajah Regan, dan mengelusi seluruh wajah itu.

Tangan Anna sangat hangat, sangat kontras dengan wajahnya yang teras dingin.

Ini sangat nyaman, batin Regan sambil memejamkan matanya.

Cup

Anna mencium bibir Regan, bukan sebuah kecupan singkat seperti biasanya, ia mencecap seluruh permukaan bibir Regan yang cukup tebal.

Saat Anna ingin melepas tautan bibir itu, Regan menahan belakang kepalanya untuk memperdalam ciuman itu.

Lebih dari 5 menita mereka habiskan untuk berciuman, Anna menyerah lebih. Wanita itu tak sanggup menahan nafasnya lebih lama.

"Jangan tertawa!" Sungut Anna dengan nafas ngos-ngosan, lalu mengusap bibirnya yang basah.

"Maaf Anna, tapi kamu sangat lucu," ucap Regan sambil terkekeh geli.

Anna memalingkan wajahnya ke samping, wajahnya memerah seperti tomat. Ia sangat malu, untuk pertama kalinya ia berinisiatif mencium Regan lebih dulu.

Tadi aku dan Jay, batin Anna dengan wajah yang semakin memerah.

"Anna, wajahmu semakin memerah. Apa kamu sedang membayangkan yang tadi?" Ucap Regan sambil menaik turunkan alisnya.

"Bu-bukan, tadi ka-kamu mengajakku nonton ke bioskopkan, apa kita bisa pergi sekarang?" Ucap Anna sambil mengedip-mengedipkan matanya.

"Astaga! Anna ku ini sangat imut," ucap Regan sambil mengusap wajahnya.

"Ayo kita pergi," lanjutnya lalu mengulurkan tangannya pada Anna.

Anna menerima uluran itu dengan rasa bahagia yang sangat membuncah, membuatnya tak kuasa melebarkan senyumnya.

________________

Anna memeluk lengan Regan sangat erat sejak menjejakan kakinya ke dalam bioskop, bahkan satu tangannya ia gunakan untuk menutupi matanya.

"Jay, aku sangat takut."

"Tenang Anna di sini ada aku," lirih Regan lalu mengelus puncak kepala Anna.

"Apa kita tidak bisa pergi sekarang Jay?" Tanya Anna dengan mata yang mengintip lewat sela-sela jarinya.

"Tidak bisa Anna, kan kamu yang ingin menonto film horor, aku sudah menyarankan mu untuk menonton film romantis tadi."

"Maaf Jay, tapi aku sangat takut hingga rasanya aku ingin buang air di celana."

"Rasanya seperti aku membawa bayi dari pada seorang istri," ledek Regan sambil terkekeh pelan.

"Jay, kamu sangat keterlaluan. Umur kita padahal hanya berjarak 5 tahun," sungut Anna lalu bersidekap dada.

"Baiklah, tapi lihat ke depan Anna."

"Ahhhh!!" Teriak Anna sangat kencang.

Tapi di sana bukan hanya Anna yang berteriak, hampir semua penonto juga berteriak karna sebuah adegan di layar sangat mengerikan.

"Anna, jangan takut. Aku akan memelukmu," ujar Regan lalu menarik Anna ke dalam pelukannya.

"Apa sudah lebih baik?" Lanjutnya berbisik di telinga Anna.

Anna menganggukn pelan, ia tak berani membuka matanya sekarang.

"Jay, kapan filmnya selesai?"

"Mungkin besok pagi."

Anna langsung mendorong Regan hingga pelukan itu lepas.

"Kamu jangan membohongiku Jay."

"Baiklah filmnya sudah selesai Anna."

Anna melirik di sekitanya, ternyata banyak orang yang sedak berdesak-dessk untuk keluar.

"Padahal aku ingin memelukmu lebih lama," gumam Regan dengan lesu.

"Kamu bisa memelukku kapanpun Jay," ucap Anna dengan senyum lebar.

"Ten-tentu saja, aku ini suamimu," ucap Regan dengan detak jantung yang tak beraturan.

"Ayo kita keluar, bioskopnya sudah sepi dan aku pikir ini lebih menakutkan Jay," ajak Anna sambil melirik kanan dan kiri.

"Baiklah."

Anna ingin bangun, tapi kakinya lemas rasanya seperti jelly.

"Ada apa Anna?"

"Anu Jay, kakiku."

"Ada apa dengan kakimu?" Ucap Regan lalu berlutut di depan Anna.

Regan menarik kaki Anna di pahanya, lalu mengusap dan memijat kaki itu dengan lembut.

"Aku tidak papa," ucap Anna dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Anna, kenapa menangis? Apa ini sakit, katakan padaku."

"Tidak Jay, aku hanya bahagia. Terima kasih Jay."

"Aku bilang jangan menangis Anna," ucap Regan lalu mengelap air mata itu dengan ujung jarinya.

"Kamu adalah mimpiku Jay, saat kamu menatapku dengan lembut dan memperlakukanku seperti berlian yang sangat berharga."

"Kamu lebih berharga dari berlian Anna."

"Benarkah? Apa ini yang berdiri di depanku Regan yang terkenal gila harta itu?"

"Itu dulu Anna, sekarang kegilaanku hanya dirimu."

"Lalu bagaimana dengan Zia, cinta pertamamu?"

_______________

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun ini. Makasih semuanya.....

To Be Continue


Iris (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang