02. Early spring

967 96 1
                                    

Setelah melalui berbagai drama yang di buat Amon agar putri kecil nya tidak meninggalkan kediaman mereka, akhirnya Iris berhasil membawa Lamia pergi dengan paksaan hingga pria paruh baya berusia 30 tahun itu merengek seperti bocah yang mainan nya di rebut. Benar-benar tidak sadar dengan usia sendiri.

Sekitar 15 menit perjalanan menggunakan kereta kuda milik Iris ,tiba lah mereka di sebuah mansion indah dengan kesan mewah yang tak terlalu mencolok. Mansion nya memang tidak sebesar milik kediaman Berenice, namun halaman luas yang mengelilingi mansion itu lah yang membuat mansion milik Iris terkenal seibu kota.

“Ayo, sini Bibi gendong.”

Iris turun dari kereta kuda terlebih dahulu, setelah kereta kuda mereka berhenti tepat di depan gerbang. Ia merentangkan tangan nya pada Lamia yang langsung menjatuhkan tubuhnya dalam dekapan Iris sebelum wanita lajang itu menggendong keponakan nya, dan membawa lamia berjalan menyusuri halaman depan mansion nya yang luas.

“Odi, bawa barang-barang Lamia ke kamar yang sudah di siapkan.” Titah Iris pada seorang pria muda berseragam Maid yang baru saja menghampiri mereka.

“Baik, Nyonya.” Ujarnya segera berlari menuju kereta kuda yang masih bersemayam di depan gerbang mansion yang terbuka.

“Ah, Kak Odi!” Panggil Lamia yang reflek membuat langkah Iris dan pria muda bernama Odi itu terhenti.

“Iya, Nona? Apa anda butuh sesuatu?” Tanya Odi setelah berbalik dan menatap Lamia dengan senyuman.

“Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih! Soalnya barang bawaan ku banyak, pasti Kak Odi lelah.” Lamia balas tersenyum. “Nanti sore ayo minum teh bersama! Tentu saja bersama bibi juga!”

“Ah, anda tidak perlu repot-repot. Ini memang pekerjaan saya, Nona.” Odi menggenggam kedua tangan nya sambil menatap Lamia penuh haru. “Nona kami benar-benar seperti malaikat!”

Iris mendengus pelan sembari tersenyum. Tangan nya terangkat untuk mengacak rambut keponakan nya yang sangat menggemaskan. “Datang saja nanti sore Odi, aku akan memanggilmu.”

“Baiklah, kalau begitu. Saya dengan senang hati akan datang!” Odi tersenyum lebar. “Nah, sekarang saya permisi dulu, Nona. Sampai jumpa nanti.” Odi membungkuk memberi hormat setelah itu kembali bergegas menuju kereta kuda yang masih menunggu di depan gerbang.

Iris kembali melanjutkan langkah nya menyusuri halaman kediaman nya yg sangat luas. Sebelah kiri terdapat taman bunga mawar merah yang senada dengan surai panjang Iris yang bergelombang indah. Lamia diam-diam menatap rambut Iris serta bunga mawar yang bermekaran secara bergantian. Binar matanya bersinar penuh kagum. Gadis kecil itu pernah berharap warna rambutnya serupa dengan Iris.

Back to topic, sebelah kanan terdapat lapangan luas serta alat-alat yang biasa di gunakan oleh para Kesatria untuk melakukan latihan. Para Kesatria juga selalu berlatih di sana entah itu pagi, siang, sore, atau pun malam. Tempat itu jarang sekali sepi apalagi saat sore. Iris sengaja menyediakan fasilitas yang lengkap dan berkualitas tinggi agar anggota nya merasa nyaman selama berlatih di kediaman nya. Ia bahkan membuat gedung khusus tempat tinggal Kesatria di sebelah mansion nya jika ada yang masih ingin menetap atau terpaksa tidak pulang.

“Halo Nona Lamia!”

“Wah, ada Nona!”

“Nona Lamia! Lama tidak bertemu!”

I'll protect my little wife!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin