27. Sekutu

18.9K 2.2K 131
                                    

Masih di hari yang sama.

Saat Kanya dan Karel turun dari mobil yang menjemput mereka di kediaman Gustava, hampir seluruh pekerja di kediaman tersebut menyambut mereka dengan membungkukkan badan.

Tentu saja hal itu membuat Kanya ketar-ketir. Kanya semakin sadar sepenting apa sosok orang yang tubuhnya ia masuki ini. Kejadian seperti ini hanya terjadi di drama-drama yang pernah ia tonton.

"Anjir, gue tremor." Kanya berbisik pada Karel. Kedua tangannya menggenggam erat tote bag yang berisi barang-barang keramatnya.

Karel hanya terkekeh. Tangannya menyentuh puncak kepala Kanya, bermaksud untuk sedikit membuatnya tenang.

"Udah berapa tahun lo gak ke sini?"

Pertanyaan Karel menimbulkan senyum tipis di wajah Kanya. Sudah berapa tahun katanya? Bagi Kanya yang 'sekarang' justru ini pertama kali baginya datang ke kediaman utama keluarga Gustava.

Karena malas berpikir, Kanya hanya menyelutuk dengan, "Hitung aja sendiri."

Yang mana kemudian dibalas dengan tawaan kecil oleh Karel.

Kanya dan Karel kemudian berjalan masuk ke mansion dituntun oleh seseorang yang sepertinya kepala pelayan, dan diikuti beberapa pelayan lainnya.

Kanya berusaha menahan decak kagumnya. Kediaman ini benar-benar mansion yang mewah. Membuatnya menggeleng-gelengkan kepala mengingat mansion besar ini hanya ditempati oleh dua orang selama beberapa tahun terakhir.

Kanya berhasil menahan keinginannya untuk menjerit kagum akan semua kemewahan ini dan sampai di ruang utama bersama Karel.

Pintu ruang utama dibuka, memperlihatkan bukan hanya sosok wibawa Darel, sang ayah, namun juga beberapa sosok yang merupakan anggota keluarganya yang lain.

Ada sepasang suami istri yang duduk berdampingan di sofa yang  Kanya yakini adalah adik dari ayahnya, Dami, dan sang suami. Di antara mereka seorang anak kecil menatap Kanya dengan polosnya.

Selain mereka, ada pula beberapa orang yang Kanya yakini adalah sepupu dari sang ayah. Tatapan mereka pada Kanya begitu tajam, hingga Kanya merinding dibuatnya.

Ruangan utama itu besar, dengan beberapa sofa yang saling berhadapan di tengah ruangan. Darel duduk di sofa tunggal yang menunjukkan bahwa ia adalah kepala keluarganya.

"Kanya, Karel. Kalian sudah datang."

Kanya dan Karel saling melirik. Karel memberikan senyuman tipis sebagai penyemangat agar Kanya bisa melewati situasi ini. Dan Kanya membalas senyumannya.

"Ya, Ayah."

"Udah lama ya, Kanya." Dami bersuara, menyunggingkan senyuman yang terlihat tulus. Namun Kanya tidak yakin apakah dalam hatinya wanita itu benar-benar tulus.

"Iya, Tante. Tante sehat?" tanya Kanya, sedikit berbasa-basi.

"Sehat. Oh iya, kenalin ini Arya. Kalian belum pernah ketemu kan?" Dami merangkul anak kecil di sebelahnya, yang berumur sekisar empat tahun itu.

Kanya menatap si kecil Arya sambil tersenyum. Sepupu ya. Sudah lama rasanya sejak Kanya mempunyai sepupu yang masih anak-anak pada kehidupannya yang lama. Kebanyakan sepupunya seumuran dan semuanya ber spek dakjal.

Ketika Kanya dan Karel dipersilakan untuk duduk di sofa kosong tepat di samping sofa Darel, mereka akhirnya memulai perbincangan. Tentang kehadiran Kanya ini tentunya.

"Seperti yang kalian lihat, Kanya kembali ke keluarga ini dan akan saya kenalkan secara resmi kepada publik sebagai putri kandung saya dan saudara kembar Karel."

EXTRA'S HELP #TRANSMIGRASIOnde histórias criam vida. Descubra agora