Bab 16 : Sikap yang tersembunyi

8 3 0
                                    

Aliza menatap seorang murid perempuan dengan rambut yang digerai sangat indah. Perempuan itu sedang bercermin di sampingnya. Berusaha merapikan rambutnya setelah ber–cuci tangan di wastafel toilet.

Seketika, Aliza teringat dengan dirinya yang dulu. Dia rindu menjadi Aliza yang asli, penuh kebebasan atas tindakan dan ucapan maupun berpakaian. Rasanya, sekarang Aliza sangat tidak mengenali dirinya setelah menatap dirinya juga di cermin.

"Lo Aliza, ya?" Perempuan di sampingnya tiba-tiba bertanya.

"Iya."

"Lo cantik, pantes aja banyak yang gak suka sama lo," ucap perempuan itu, Aliza merasa tersanjung.

"Bukan karena fisik, mungkin mereka lebih ke arah sikap," balas Aliza membenarkan.

"Semangat, ya. Lo pasti bisa menjadi perempuan yang lebih baik, dan membuktikan sama mereka, kalau lo bukan Aliza yang mereka kenal buruk." Kata-katanya membuat Aliza terdiam. Perempuan itu pergi keluar dari toilet.

"Rasanya gue tambah buruk di saat kayak gini."

Disaat sedang terbawa perasaan, setelah pergi ke toilet dan balik ke kelas, emosi Aliza tiba-tiba berubah karena ada suara yang tak sopan di dengar oleh ditelinga nya.

"Gue yakin, yang kemarin jebak lo itu Aliza," ucap Remi sangat yakin.

"Kita gak punya bukti," sahut Devlon.

"Jangan ikut campur, lo. Urus aja game lo itu!" balas Arman. Merasa kesal karena Devlon seperti tidak ada kepedulian terhadap sahabat nya sendiri.

"Alquinsha makin gak suka sama gue ...," lirih Arnan, dia sangat putus asa.

"Lo harus balas dendam!" Paksa Remi menggebu-gebu.

"Iya, gue setuju sama Remi. Tuh cewek makin sini makin ngelunjak! gayanya aja kayak perempuan baik-baik!" Si mulut seperti perempuan ada dalam diri Arman. Sangat julid.

"Tuh mulut mau gue robek!" Suara tegas Aliza keluar. Kerudung nya di kebelakang kan supaya tidak ribet untuk adu mulut.

"Robek mulut lo dulu!" sahut Remi.

"Ngaku gak lo! lo kan yang sebenarnya bikin akun fake kayak gitu!" tuduh Arnan, mendesak Aliza.

"Gimana ya, boy. Gue itu cuman mau nolongin lo kok," balas Aliza. Arnan bukan orang yang lemot, dia cepat mencerna ucapan Aliza.

Emosi yang sudah menguasai, tak dapat ditahan Arnan. Dia menendang kursi lain yang masih kosong dengan tangan yang mengepal kuat.

"Sekarang, gue tanya. Masalah gue sama lo apa?" Masih bersikap baik, Arnan bertanya.

"Nah, lo udah kenal diri gue kan. Itulah gue," ucap Aliza. Sepele dan tanpa ekspresi takut.

"Oh, jadi lo cewek yang haus perhatian orang-orang disekitar, lo. Gak punya temen lo, sampai bertindak kayak gini!" Tahu akan situasi ini, Aliza tetap bersantai. Karena, bukan kali pertamanya dia begini.

"Gimana, ya. Cewek yang gak punya temen ini, tahu semua tentang lo dan temen-temen gak guna lo itu!" Balasan Aliza tak disangka-sangka. Nyalinya cukup diacungi jempol karena masih bertahan dan tak menangis seperti kebanyakan perempuan.

"Terserah, lo mau tahu hidup gue atau enggak. Tapi satu hal yang harus lo ingat! gue gak suka lo ikut campur urusan pribadi gue!" Arnan terbawa emosi karena ucapan Aliza.

"Gue gak ikut campur sih, gue cuman main-main karena itu yang buat gue seneng. Sekaligus, gue bantuin lo juga, untuk ngambil perhatian Alquinsha." Faktanya memang begitu, baginya kisah percintaan Arnan yang tak kunjung sampai-sampai membuat Aliza gemas sendiri.

Let me in your lifeWhere stories live. Discover now