5; trouble maker

192 17 0
                                    




• happy reading! •

Sepulang sekolah, Raya langsung pulang ke rumah. Ia memarkirkan mobilnya lalu ia masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam, tepatnya di ruang tamu sudah ada kedua orangtua nya menunggu Raya pulang.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Fandi, papanya Raya.

"Biasa aja pa." jawab Raya singkat sambil melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu.

"Kamu ikut olimpiade tahun ini kan?" tanya Fandi lagi.

Raya menggeleng. "Aku nggak ikut pa."

"Kenapa? Harusnya kamu ikut Raya, kalau tim kamu menang di olimpiade nanti kamu ada kesempatan buat dapat beasiswa kuliah di luar negeri." ucap Fandi dengan nada sedikit tinggi.

"Tapi papa mampu kan biayain aku kuliah di luar negeri? Bisa kan tanpa beasiswa?" balas Raya.

"Udahlah pa, mama juga yang nyuruh Raya buat nggak ikut olimpiade tahun ini. Raya pasti bakal capek banget nanti." ucap Karin, mama Raya.

"Capek? Kalau capek nggak usah sekolah. Nggak usah jadi dokter, nggak usah kuliah di luar negeri. Tidur aja kamu di rumah." sentak Fandi.

Raya menghela nafas berat.

"Dengerin kemauan aku sekali aja pa, please. Harusnya papa bersyukur punya anak satu satunya kayak aku. Aku pasti bakal berusaha yang terbaik buat banggain mama papa juga kok. Aku cuman mau istirahat sebentar aja pa." ucap Raya membuat Fandi dan Karin terdiam.

"Jangan buat anaknya patah semangat pa. Untung aja mama bisa ngertiin aku." ucap Raya sebelum ia pergi meninggalkan ruang tamu.

21.00 AM

Raya melewatkan makan malam. Ia masih tidak mood untuk bertemu ayahnya. Ah, bahkan ia juga melewatkan makan siang.

Raya sedang menonton TV di kamarnya dan tiba-tiba ibunya mengetuk pintu.

"Raya, makan sayang. Mama bawain kamu makanan!" panggil Karin dari luar kamar.

"Nggak ma! Aku nggak laper!" balas Raya.

Raya bohong kalau ia tidak lapar. Tentu ia sangat lapar tapi ia juga malas untuk makan.

"Nanti kamu sakit gimana?" tanya Karin dari luar kamar Raya.

"Aku nggak laper ma! Serius!" balas Raya lagi.

Karin pun menghela nafas berat. Akhirnya ia menyerah dan pergi.

Drrt Drrt~

Raya menoleh ke nakas, dimana ada ponselnya disitu. Raya mengambil ponselnya.

David is calling📞

Raya menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Apaan?"

[gue tebak lo pasti belum makan.]

"Kok dia tau?" tanya Raya dalam hati.

"Terus?"

[liat jendela deh.]

"Ngapain sih?"

[liat aja.]

Raya pun pergi melihat ke jendela kamarnya. Ia lihat ada David berdiri di depan pagar. Tepatnya masih diluar pagar sambil melambaikan tangannya ke Raya.

Dear Ketos ; Ssungwint [END] ✔Where stories live. Discover now