❥ 0. Pendahuluan

695 119 64
                                    


Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Gleam For You : R_Aira

๑๑๑


"Pamaaan! Hahaha ... aku rindu sekali." Tubuh tegap itu nyaris terjungkal ke belakang, saat tubuh mungil seorang gadis kecil berlari kencang kearahnya, lantas menerjangnya dengan pelukan erat. Keterkejutan dan ketidaksiapannya untuk menerima pelukan sekian, membuat ia nyaris terdorong dan jatuh membentur undakan tangga marmer- jika saja tangan besar seseorang tidak menahan kedua pundaknya.

"Sarada, jangan mendadak menubruk Pamanmu begitu! Berbahaya. Untung refleks Papa cepat, kalau tidak tadinya Pamanmu pasti jatuh!" Lelaki berambut hitam memberi peringatan tegas. Dini ia bersama sang sepupu sampai dilantai bawah, putrinya yang baru pulang sekolah langsung menerjang tubuh Naruto- saudara sepupunya itu. Jelas hal demikian tindakan berbahaya, mengingat Naruto samasekali tak mampu melihat segala hal yang datang menghampirinya, hingga tak bisa bersiap lebih dulu untuk menerima tubrukan sekian.

Mendengar teguran yang lebih mirip hardikan dari mulut sang papa seketika membuat raut gadis kecil itu berubah sendu. Pelan, ia melepaskan tangan-tangan mungilnya dari memeluk tubuh sang paman. "Maaf..." Menyesal dengan perbuatannya, ia menunduk pilu.

"Jangan terlalu keras pada kesayanganku, Sasuke. Tindakannya tidak salah. Dia hanya terlampau merindukan Pamannya, dan itu wajar. Bukankah begitu, Peri kecilku?" Pembelaan dari sang paman pun usapan lembut pada ubun-ubunnya seketika membuat Sarada menengadahkan kepalanya. Ia lihat bagaimana sang paman pelan berjongkok demi menyejajarkan tinggi tubuh mereka.

Kini, tubuh jangkung itu sudah sejajar dengan tubuh mungilnya. Sarada lihat mata biru sang paman menatapnya begitu teduh, meski ia tahu yang pamannya tangkap tak ubah kegelapan semata. Namun, terlepas dari semua itu, mata biru tersebut jelas tetap menyiratkan seribu kasih.

Tak cukup sampai disitu, setelahnya ia lihat pula jempol sang paman mengelus kedua pipinya, lantas menghadiahinya dengan seuntai senyuman hangat. Tak pelak hatinya menghangat mendapat perlakuan sekian. Selalu saja begini. Ia selalu melihat sosok papa yang penyayang dari dalam diri Naruto. Terharu, hingga mata hitamnya terlihat samar berkaca-kaca.

Namun, pembelaan dan interaksi sekian justru memancing Sasuke mendengus kasar. "Kau terlalu memanjakannya. Jika terus begitu, kelak dia pasti menjadi wanita yang tidak mengenal etiket. Liar dan juga selamba. Persis seperti Ibunya. Oh ya, aku lupa. Buah 'kan memang tidak jatuh jauh dari pohonnya. Seorang anak yang lahir dari rahim wanita rendahan, pasti kelak menjadi wanita rendahan pula-"

"Sasuke cukup!"

Naruto sontak berteriak marah. Ia bahkan berdiri dari posisi jongkoknya. Terlihat ia meraba-raba udara demi menggapai kerah baju Sasuke, setelah dirasa dapat ia mencengkeramnya dengan kuat.

Sementara Sarada sendiri terkejut mendengar ucapan menohok dari mulut papa, pun bentakan keras yang paman tudingkan terhadap papa. Bulir-bulir bening bahkan sudah luruh dari kelopak matanya yang dilindungi oleh kacamata berlis merah.

Dilain pihak, kentara iris biru Naruto berkilat penuh amarah. Cengkeramannya pada kerah Sasuke pun kian menguat. Pandangan matanya menatap wajah Sasuke dengan begitu tajam- meski sebenarnya arah tatapan itu tak benar-benar tepat.

"Apa pantas bicara kasar begitu pada anak kecil?! Terlebih dia adalah putri kandungmu! Aku tahu kau sangat membenci Ibunya. Meski begitu, kau tetap tidak dibenarkan untuk turut membenci keponakanku. Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu! Didalam tubuhnya mengalir deras darahmu. Asal kau tahu Sasuke, tindakanmu yang seperti itu mungkin bisa merusak psikologis putrimu di masa depan. Sepertinya aku harus memukul kepalamu dulu agar kau sadar. Jika sikap kasarmu terhadap anakmu selama ini adalah dosa yang sangat besar!"

Gleam For You [NaruHina]Where stories live. Discover now