23

364 83 18
                                    

Typo bertebaran~
Happy reading❤️❤️❤️

•••••




"AAAAAAAAAAAAAAAA!!! TUHAN, GUE KANGEN SATYA AKSA SAMUDERAAA!!!!"

Sepuluh...

Kaisar, remaja itu sejak lima belas menit lalu berdiri persis si depan pintu kamar Wendy. Hanya berdiri, sambil menghitung nama Satya yang terus di teriaki oleh tunangannya itu. Seulas senyum terbentuk di wajah remaja itu. Ia sengaja tidak masuk karena ingin mendengar apa yang Wendy obrolkan dengan sahabatnya, Azka.

Oh ralat, calon kakak iparnya? Tidak... tidak itu terlalu berlebihan. Lagi pula ia belum tentu berjodoh dengan Wendy meski mereka sudah bertungangan? Apa lagi Kaisar punya saingan yang bernama Satya, sahabatnya sendiri. Satya... seperti tidak peduli dengan dirinya. Kalau Kaisar jadi Satya, ia akan memilih mundur karena gadis yang ia sukai sudah punya orang lain. Ya sebenarnya Kaisar tahu kalau dari awal Wendy sudah menyukai Satya bukan dirinya.

Tapi Kaisar sudah terlanjur jatuh cinta pada Wendy, ia tidak mungkin melepaskan Wendy begitu saja. Sudah begitu Wendy adalah tunangannya, jadi lebih banyak peluang untuk Kaisar membuat Wendy jatuh cinta pada dirinya. Nyatanya tidak semudah itu, Wendy bahkan tidak melirik dirinya sedikit pun. Mungkin sekarang waktunya untuk menyerah, mengalah? 

Mengalah lebih baik kan? Salah dirinya juga, ingin di cintai balik tapi masih sering kali menghawatirkan Yara. Iya mengalah lebih baik, ini demi kebahagiaan Wendy. Agar kesehatan Wendy terjaga, demi gadis yang ia sukai, Kaisar tidak masalah kalau Wendy bahagia dengan orang lain bahkan kalau orang itu adalah sahabatnya sendiri. Ia sadar tidak pernah membuat Wendy bahagia sekali pun.

Setelah sibuk dengan pikiran di otaknya, Kaisar menarik nafas panjang. Ia siap untuk mengalah.

Kaisar menggenggam kuat kenop pintu kamar Wendy, lalu membuka pintu kamar itu terlebih dahulu. Tidak peduli dengan tatapan Wendy dan Azka yang seakan-akan bertanya, kenapa remaja itu masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ayo pergi sama gue, wen. Kita jenguk Satya. Pasti kalo sama gue boleh." Tutur Kaisar dengan wajah yang sangat serius.

Azka menatap Kaisar tidak suka, remaja itu mengerutkan dahinya seraya memiringkan kepala. "Kesamber petir lo di jalan? Biasanya nggak mau banget Wendy sama Satya. Bukannya seharusnya lo seneng karena sekarang mereka ke pisah? Waktu lo berduaan sama Wendy jadi lebih banyak."

Kaisar menatap Azka dengan sinis sebentar, lalu berpindah menatap Wendy. Kaisar lalu melepas cincin yang melingkar di jarinya. "Gue mau kita udahan. Jujur kita masih terlalu dini untuk hal begini. Gue juga nggak pernah bisa bahagiain, lo. Lo juga udah nemu orang yang bikin lo terus bertahan sampai sekarang kan? Gue mau jadi temen lo aja. Walaupun gue sebenernya udah cinta sama lo, tapi nggak papa. Cinta itu kan soal mengikhlaskan. Gue bahagia kok liat lo bahagia sama Satya." Kaisar merasa matanya mulai perih. 

Wendy terbengong dengan kalimat yang mengalir begitu saja keluar dari mulut seorang Kaisar, perasaannya campur aduk. Entah ia harus sedih atau bahagia mendengarnya. Azka hanya terdiam, kedua tangannya menyilang di depan dadanya. Jujur, Kaisar terlihat sangat menyedihkan sekarang di mata Azka. Mantan idaman kaum Hawa di sekolah bisa patah hati juga ternyata. Tho kita semua memang manusia biasa.  

Wendy tidak bisa berkata-kata, ia lalu memeluk Kaisar. Membisikkan kata maaf dan terima kasih. 














"Jadi ayo sekarang kita ketemu Satya."

"Enggak bakal bisa... Lo ngomong seenak jidat!" Sangkal Azka.

"Gue yakin boleh kok..." Kaisar meyakinkan.

HITAM PUTIH WARNAWARNI [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora