05🌊; Kurang kasih sayang Ibu

93K 7.6K 2.9K
                                    

“Basuki!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Basuki!”

Kembali lagi pada rutinitas setiap senin. Apta terlihat begitu muak selepas ingat di pertengahan jalan tadi menuju sekolah, kalau ternyata PR Bahasa Indonesia miliknya sama sekali belum dikerjakan. Padahal jauh sebelum menginjak hari senin, Apta punya banyak sekali waktu untuk menyelesaikan tugasnya.

Dengan langkah tergesa yang dibuat seperti berlari, Apta melompati tembok pembatas setinggi pinggang dan melangkah masuk ke dalam warung langganan bersama teman-temannya di belakang sekolah.

“Bas, PR Bahasa Indonesia mu udah dikerjakan belum?” napas Apta memburu, berbeda dengan sahabatnya–Basuki, yang justru terlihat sangat santai sembari menikmati bala-bala jagung di tangan nya.

Satu kali sedotan es teh manis menjadi cara Basuki untuk menyelesaikan aktivitas sarapannya. Lantas bocah itu mendongak, menatap ke arah Apta dengan pandangan yang terlihat begitu kesal.

Asu, ya? Aku beda kelas karo koe, Ta! Bocah gendeng.”

Sedangkan Apta yang mendengar itu hanya bisa tertawa, merasa lucu dengan kebodohannya sendiri. Jelas-jelas ia tidak satu kelas dengan Basuki, tapi bodohnya Apta malah bertanya yang justru walaupun satu kelas, Basuki tidak akan peduli dengan hal semacam itu.

Basuki itu anak yang paling bandel, bandelnya tidak ada yang bisa menandingi. Apta juga kadang kewalahan menggurui bocah itu kalau tiba-tiba saja kelakuannya membuat semua orang geleng-geleng kepala.

Hembusan napas kasar terdengar ketika Apta mulai mendudukkan bokongnya di bangku panjang, bersampingan dengan Basuki yang kembali mencomot satu mendoan hangat bersama bumbu kacang.

Ora usah melu upacara lah, Ta. Aku wedi mbok kecepirit mengko. Rusdi nek pidato suwe ne minta ampun! Kesel aku.”

Apta yang mendengar itu hanya mengangguk. Sebab Apta juga sama seperti Basuki, kalau perut sudah di isi pagi-pagi, pasti mendadak sakit dan ingin buang air besar. Sedangkan Apta tidak bisa melakukan itu di sekolah, kamar mandinya kotor dan terlihat tidak terurus.

Mboh lah, aku ge males nek Rusdi wis kebagian pidato.” lantas kemudian Apta menoleh ke arah Basuki sembari mengunyah mendoan hangat, “Tapi kalau ketahuan bisa habis kita di jemur, Bas.”

Bicara tentang Rusdi, laki-laki itu adalah kepala sekolah baru di sekolahnya. Banyak kalangan anak bermasalah seperti Apta dan Basuki yang tidak menyukai Pak Rusdi diangkat menjadi Kepala Sekolah baru, salah satu alasannya karena Pak Rusdi berkali-kali lipat lebih tegas dan galak dibanding dengan kepala sekolah yang dulu. Apta dan teman-temannya sudah lebih dari dua kali kedapatan sedang bolos pelajaran oleh Pak Rusdi, tak jarang juga Apta mendapatkan hukuman berat walaupun tidak seberat hukuman Basuki yang saat itu kepergok merokok di belakang kamar mandi sekolah.

“Ya gampang, kita masuk lewat gerbang belakang.”

“Lompat?”

“Terbang.”

Laut pasang, 1994 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang