02 | So, There's Something New to Learn, But ...

43 2 12
                                    

♟️

♟️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♟️

BULU mata Veyn tersingkap lamat-lamat, kesadarannya tengah berkumpul kembali. Bermula dari menapakkan kakinya di atas karpet anyam. Kemudian dihadirkan pada permukaan pijakan yang bersulam bulu domba, menciptakan rasa lembut dan ringan menyentuh kulit di antara celah jari kakinya. Terlihat beberapa helai sulaman berjuntai menyelimuti lantai berkayu ek. Arah pandangnya beralih pada dinding bercat putih, merangkak naik lalu tiba di sebuah bingkai kayu berukir tua.

Ada tiga sosok yang terlukis di dalamnya. Akan tetapi, Veyn hanya bisa sampai pada figur bocah berambut keperakan dengan rompi hitam yang membungkus rapi kemeja putih di baliknya. Bocah itu duduk di pangkuan seseorang yang memakai gaun brokat putih hingga menyentuh kaki kursi. Di belakangnya lagi, terlihat persona gagah berbalut zirah kokoh, membawa pedang besar bersarung logam di sisi pinggangnya. Seakan-akan seperti ada kegelapan yang menghisap perawakan wajah mereka, sampai-sampai kepala Veyn terasa berat bagaikan ditusuk-tusuk benda tajam ketika dipaksakan untuk menyelisik kedua wajah selain si bocah.

Atensi Veyn teralihkan oleh kemunculan aroma gosong yang menyusup malu-malu masuk ke hidungnya. Terdengar suara keretek demi keretek menyusuri telinga, seperti sesuatu yang tengah menghanguskannya. Ia pun berbalik, menjumpai rona keoranyean yang menyala-nyala, membakar kayu dalam rongga dinding yang terbuat dari susunan batu bata.

"Tubuhmu bakal meleleh kalau terlalu lama berdiri dekat dengan perapian, Nak."

Veyn lekas membalikkan badan begitu muncul suara seorang wanita. Entah mengapa ia merasa suara itu seperti memiliki nada keibuan.

Namun, hanya terdapat lorong kosong menganga lebar, seolah siap melahap siapa pun yang melaluinya. Orientasi Veyn yang masih morat-marit tidak bisa membedakan apakah entitas suara itu memiliki jiwa atau hanyalah ilusi. Jika itu semua hanya proyeksi khayalan, tetapi terasa nyata berputar-putar di sekitarnya. Seolah-olah dirinya yang memasuki dunia itu secara langsung, alih-alih didatangi.

"Siapa kau!?" seru Veyn bergema. Ia langsung melangkah memasuki lorong gulita tanpa ragu.

Kendati mengejar suara dengan berlari tanpa ancang-ancang, tiba-tiba saja kaki Veyn seperti ditarik oleh sesuatu, sembari lalu terjerembab ke dalam semak-semak hutan begitu saja. Entah datang dari mana, muncul akar-akar gantung melilit tubuhnya yang mengambang terjun ke jurang.

Semuanya menjadi kabur. Gelap dan menyisakan keheningan.

Derit pintu balok kayu terbelalak lebar, membawa tangan-tangan fajar untuk menghangatkan udara dingin yang bergumul di dalam kandang kuda semalaman. Seorang pria tua berbaju kemeja flanel tengah membawa beberapa ember aluminium. Gerald membenarkan topi serat batang padi keringnya yang longgar dan beberapa kali melorot menutupi pandangannya. Ia hendak memberikan pangan sarapan untuk kuda-kuda gembalanya. Ditemani gonggongan herder yang menerjang lebih dahulu, berlarian memasuki tumpukan jerami dan mengendus sesuatu di balik gundukan.

"So the Hunt Begins, But..." (MASO WARBYAZAH MONTH 2022) ― ⌠ongoing⌡Where stories live. Discover now